Showing posts with label Resensi Buku. Show all posts
Showing posts with label Resensi Buku. Show all posts

Wednesday, May 15, 2013

Hening: Perjalanan ke Dalam

Judul Buku                    :Hening (Perjalanan ke Dalam Diri untuk Mensyukuri Ni’mat-Nya.
Penulis                          :Cahyu Purnawan
Penerbit                       :  PT Elex Media Komputindo, Jakarta
TahunTerbit               : 2011
Jumlah Halaman          :251

Minggu ini saya akan membahas buku yang berjudul “Hening”, buah karya Cahyu Purnawan. Sang penulis adalah kakak senior saya saat beraktivitas di Karisma Salman ITB. Buku ini adalah kumpulan tulisan dan renungan sang penulis atas berbagai fenomena, kejadian dan keresahan sang penulis pada hiruk pikuk dan kesibukan dunia. Buku ini mengingatkan kita, untuk mengadakan perjalanan yang jarang kita lakukan yaitu perjalanan ke dalam. Seringkali kita melakukan perjalanan ke beberapa tempat, perjalanan ke luar daerah, ke luar negeri dan melupakan perjalanan sesungguhnya yaitu perjalanan ke dalam diri …

Wednesday, April 17, 2013

Bekal Memasuki Gerbang Pernikahan

Judul Buku                    :Kado Pernikahan untuk Istriku
Penulis                          :Mohammad Fauzil Adhim
Penerbit                        :  Mitra Pustaka, Yogyakarta
TahunTerbit                  : 1999 (cetakan ke-4)
Jumlah Halaman              :610

Minggu ini saya akan membahas buku tentangpernikahan karya Mohammad Fauzil Adhim. Tema pernikahan adalah tema yang selalumenjadi “hot news”, entah kenapa. Dan tak seperti sebelum-sebelumnya, kali ini sayakhatam membaca buku yang tebalnya lebih dari 600 halaman ini, padahal biasanyasaya hanya membaca garis besarnya saja buku yang akan saya resensi. Mungkin karenasebentar lagi, episode hidup setengah agama ini, akan segera saya jalani. Dan sayamembutuhkan buku ini, untuk mempersiapkan diri memasuki dunia baru.

Wednesday, March 20, 2013

BERBICARA DAN MENDENGAR

Judul Buku               : Berbicara Agar Anak Mau Mendengar dan Mendengar Agar Anak Mau Berbicara (diterjemahkan dari “How to Talk so Kids will Listen”)
Penulis                    : Adele Faber & Elaine Mazlish
Penerjemah              : Damaring Tyas
Penerbit                 : Buah Hati (Imprint dari Lentera Hati)
Tahun Terbit          : 2009
Jumlah Halaman     : 359

Wednesday, February 20, 2013

Bahkan Tuhan Pun Berpuasa


Judul Buku               : Tuhan Pun Berpuasa
Penulis                    : Emha Ainun Nadjib
Penerbit                 : Kompas
Tahun Terbit          : 2012
Jumlah Halaman     : 230

Buku karya Emha ini sebenarnya diterbitkan pertama kali pada tahun 1996 oleh Penerbit Zaituna Yogyakarta. Lalu, 9 tahun kemudian, yaitu pada tahun 2005, diterbitkan kembali oleh Progress Jakarta dengan judul Puasa itu Puasa, tetapi untuk kalangan terbatas. Pada tahun 2012 lalu diterbitkan kembali dengan tambahan 2 tulisan.

Wednesday, January 16, 2013

Inti Kemujizatan Al-Qur'an adalah Bahasa

 Judul Buku               : Al-Qur’an yang Menakjubkan
                              (Bacaan Terpilih dalam Tafsir Klasik hingga Modern dari seorang Ilmuwan Katolik)
Penulis                   : Prof. DR. Issa J. Boullata
Penerjemah            : Bachrum B, Taufik A. D & Haris Abdul Hakim
Penerbit                 : Lentera Hati
Tahun Terbit          : 2008

Jumlah Halaman     : 424


Buku yang akan dibahas ini adalah buku pilihan dari Prof. Quraisy Shihab. Ulama yang sudah tak diragukan lagi keilmuannya ini, pasti tidak sembarangan merekomendasikan buku. Buku ini merupakan karya dari seorang ilmuwan Katolik yang bernama Prof. DR. Issa J. Boullata ini berusaha menggali seluk beluk kemujizatan al-Qur’an dari beberapa ulama dan ahli bahasa. Karya yang judul aslinya adalah “Ijaz al-Qur’an al-Karim Abra at-Tarikh” ini, diterbitkan di Libanon, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Tim Penerjemah Lentera Hati.


Thursday, December 20, 2012

Sebuah Pencerahan yang lebih dari Indah

Judul Buku               : The Quantum of Happiness
                                   (Meraih Kebahagiaan dengan Psikologi Kesadaran)
Penulis                    : Vikas Malkani dan Deepak Chopra
Penerbit                 : Baca
Tahun Terbit          : 2008
Jumlah Halaman     : 346

Suatu saat, sahabat saya merekomendasikan sebuah buku yang akan membantu saya dalam menjawab beberapa pertanyaan saya tentang esensi segala hal dan kejadian yang dialami. Buku yang direkomendasikan sahabat saya itu adalah buku ini, yang akan kita bahas. Saat saya diberitahu tentang buku ini, awalnya saya enggan untuk membaca, apalagi membelinya. Judulnya saja The Quantum of Happiness, jika saya membaca buku ini, saya merasa seolah-olah saya tidak merasa bahagia dalam hidup ini. Saya bergumam, bukan itu yang saya rasakan dan bukan itu yang saya cari. Tapi saya memutuskan untuk meminjam dulu buku ini. Pada saat saya membacanya, ternyata saya larut dalam menikmati hidangan buku ini dan dengan cepat saya melahap buku setebal 346 halaman ini.

Menariknya, di bagian awal buku ini, sang penulis langsung mengawali tulisan nya dengan ungkapan yang sensasional yaitu “Saya mempunyai sebuah masalah. Masalah saya adalah Tuhan. Saya tidak merasa puas mempunyai Dia. Tuhan tidak membiarkan anda dalam kedamaian. Anda berusaha menjauh dari-nya, tapi Dia selalu menarik Anda kembali dalam satu atau lain cara – dengan cinta, dengan luka, dengan rasa sakit secara fisik dan mental, dengan kegembiraan, dengan pemahaman, dan dengan konflik. Semua ini adalah media-media-Nya”. Ungkapan-ungkapan inilah yang membuat saya penasaran bagaimana cara penulis ini mencari solusi atas masalahnya, yang mungkin juga adalah masalah kita semua. Apa solusi-solusi yang ditawarkan sang penulis? Secara lengkapnya, bisa dibaca sendiri. Tapi secara umum, mari kita lanjutkan petualangan spiritual ini.

Sang penulis membagi buku ini ke dalam 9 bab yaitu Apa yang anda minta, akan anda dapatkan; membedakan kelereng dan mutiara; jari yang menunjuk bulan; berenang di samudera; psikologi pencerahan; psikologi pembebasan; mendobrak pengondisian, menabur benih dan menuai hasilnya; Pesan dibalik kata-kata. Penulis mengemas setiap pembahasan dengan sangat menarik karena di setiap bab nya, penulis menyampaikan beberapa cerita yang bermakna. Selain itu, di setiap bab nya juga ada sesi pertanyaan dan pembahasan yang menjawab pertanyaan tersebut. Dan untuk memudahkan pemahaman, sang penulis banyak menggunakan analogi-analogi yang berhasil menyederhanakan hal-hal yang pelik untuk difahami. Penulis membahas berbagai hal secara mendalam dan tuntas, baik tentang proses menuju pencerahan, esensi sebuah perjalanan spiritual dll.

Tentang penulisnya, Vikas Malkani, pendiri soulcentre, adalah seorang guru metafisika internasional dan seorang pakar Kesuksesan, Kepemimpinan, dan Hubungan antarmanusia. Sebagai penulis buku-buku laris, Vikas telah menerima banyak penghargaan atas karya revolusionernya dalam memaksimalkan potensi manusia.

Penulis kedua, Deepak Chopra merupakan pria kelahiran India yang menjadi seorang dokter, pembicara, dan penulis di Amerika Serikat. Nama Chopra semakin populer setelah dirinya menjadi guru spiritual bagi para selebritis disana. Chopra lahir di New Delhi, India pada tanggal 22 October 1946. Chopra menyelesaikan pendidikan dasarnya di Saint Columba's School, New Delhi yang kemudian dilanjutkan di All India Institute of Medical Sciences (AIIMS). Pada tahun 1968, Chopra memutuskan untuk berimigrasi ke Amerika Serikat. Setiba disana, Chopra langsung mengikuti kursus medis yang diadakan oleh Muhlenberg Hospital di Plainfield, New Jersey. Pada tahun 1973, Chopra memperoleh lisensi medisnya dari Massachusetts dan pada tahun 2004 dia memperoleh lisensi medis dari California. Dia kemudian membuka praktek medis dengan spesialisasi endrokinologi.
Kekurangan buku ini (kalau mau disebut kekurangan) hanya bersifat redaksional, yaitu ada beberapa istilah khas milik sebuah agama tertentu yang mungkin agak sedikit “mengganggu” dan asing bagi pemula seperti saya, seolah-olah kita sebagai seorang muslim seperti membaca “kitab suci” agama lain. Tetapi secara esensi, pembahasan dalam buku ini bersifat universal. Ada beberapa yang bisa kita analogikan ke dalam ajaran agama kita, seperti meditasi bisa dipraktekkan dalam aktivitas shalat, walaupun tidak sepenuhnya sama.

Secara pribadi, saya cukup menikmati sajian buku ini. Hal-hal baik dalam buku ini, bisa kita aplikasikan dalam kehidupan. Kadang saya lebih menikmati membaca buku-buku seperti ini karena dikemas dengan bahasa yang indah, cerita yang menarik dan analogi-analogi yang pas dalam memudahkan pemahaman. Kemasan ternyata memang sama pentingnya dengan content (isi). Sedangkan hal-hal yang tidak sesuai dengan keyakinan kita, tentu tak mesti kita ikuti.


Wassalam
Eva Novita Ungu
Rabu, 19 Desember 2012
“Buku ini dibeli pada tanggal 10 Juni 2012.
Saat Pencerahan menyapa dengan indahnya dan datang pada saat yang tepat”

Saturday, November 24, 2012

Sosok Amien Rais di mata putri nya

Tak butuh waktu lama, bagi saya untuk melahap habis buku “Menapak Jejak Amien Rais, Persembahan seorang putri untuk ayah tercinta” yang berjumlah kurang lebih 300 halaman ini, hanya dalam waktu 3 hari. Banyak hal menarik di dalamnya yang belum diungkap penulis biografi Amien Rais lainnya. Hanum, penulis buku ini, yang merupakan putri kedua dari 5 orang putra-putrinya, menceritakan dengan sangat mengalir dan menyentuh hati.

Ada beberapa cerita yang sangat berkesan di hati saya tentang sosok Amien Rais di mata putrinya.

Cerita pertama, saat Hanum mengikuti lomba antar sekolah di Yogyakarta, lomba MTQ, tapi Hanum sebagai pembaca saritilawahnya. Saat itu Amien Rais masih menjabat sebagai ketua PP Muhammadiyah periode 1995-2000. Hanum tampil pukul 10 malam, dan dia berharap bapaknya dating. Sebelum dan ketika tampil, Hanum mencari sosok bapaknya tapi tak jua menemukannya, Hanum sudah pesimis bapaknya tidak akan menyaksikannya berlomba. Karena jika datang, panitia pasti sudah mempersilakan Amien Rais untuk duduk di deretan bangku depan sebagai penghormatan kepadanya. Esok harinya, barulah temannya berkomentar

“mbak Hanum pasti senang ya bapaknya datang tadi malam?“

Ternyata Amien Rais datang malam itu, tanpa diketahui anaknya. Sang ayah ini menyaksikan anaknya tampil, melihat dari kejauhan dan menolak saat panitia memintanya untuk duduk di depan. Setelah anaknya tampil, sang ayah pun pulang. Tanpa perlu mengabari anaknya, bahwa ia sudah datang.
Cerita tersebut adalah salah satu cerita yang saya suka dari buku ini. Ternyata pemimpin besar sangat memperhatikan kegiatan anaknya. Dan tanpa perlu menggembar gemborkan bahwa ia adalah sosok ayah yang perhatian. Bahkan anaknya saja mengetahuinya dari orang lain.

Cerita kedua, saat di depan rumahnya muncul seorang penjual sapu, Amien Rais menyuruh anaknya Hanum untuk membeli sapu itu dengan memberikan uang Rp 10.000. Nah, dengan “kreativitas” nya Hanum ini ingin memperlihatkan kemampuannya menawar dan berhasil mengembalikan uang Rp 6.500, dengan harga awal sapu Rp 7.000, Hanum berhasil menawar setengah harganya menjadi Rp 3.500 dan membanggakan kemampuannya di hadapan sang ayah. Tapi ternyata tanggapan ayahnya malah di luar dugaan, ayahnya sangat sangat marah, tidak pernah Hanum melihat ayahnya se marah itu. Ayahnya memberinya uang lagi Rp 10.000 dan menyuruh Hanum memberikan uang itu kepada penjual sapu tersebut. Tapi setelah dicari ke segala penjuru, tak jua didapatnya si penjual sapu tersebut. Hal ini membuat Hanum merasa bersalah dalam waktu yang lama. Perasaan ini “dibayar” dengan cara memilih naik kereta daripada pesawat saat perjalanan Jakarta-Jogjakarta, karena saat itulah Hanum bisa membeli makanan dari para pedagang asongan, tanpa harus menawar lagi.

Begitulah cara Amien Rais mendidik anak-anaknya mengasah kepekaan social.

Selain, itu sosok istri Amien Rais juga bukan sosok sembarangan. Saat Amien Rais menyelesaikan pendidikan doktoralnya di Amerika, istrinya menjadi pendamping setia, sekaligus memanfaatkan waktunya dengan bekerja, dari hasil bekerja tersebut ternyata dapat membangun istana kecilnya di Yogyakarta, yang hingga sekarang mereka tempati.

Saat Hanum kecewa dengan hasil pemilihan presiden tahun 2004, dia menyampaikan keinginannya kepada orang tuanya untuk berhenti menuntaskan tanggung jawabnya sebagai mahasiswa Co-Asst di FKG UGM. Tampak kekecewaan terpancar di wajah Amien Rais dan istrinya. Tapi mereka sangat menghormati keputusan anaknya dan tidak ingin memaksakan kehendak. Hingga akhirnya ibunya menyampaikan berita bahwa dia akan kuliah S1 jurusan Bahasa Inggris di sebuah sekolah tinggi di Yogyakarta, sebuah cita-cita terpendam, yang sejak dulu diinginkan tapi lebih memprioritaskan kepentingan anak dan suaminya. Beberapa tahun kemudian, ibunya lulus dengan hasil gemilang, ibunya lulus dengan IPK 3,8. Hal inilah yang membuat Hanum bersemangat kembali melanjutkan pendidikannya. Ibunya yang usianya 50 tahun saja masih bersemangat mengenyam pendidikan, duduk bersama orang-orang yang berusia jauh di bawahnya, mengapa dia yang usianya masih muda malah “menyerah” dengan kegagalan.

Sosok ibunda Amien Rais juga tidak kalah penting peranan nya, saat Amien dicalonkan presiden pada tahun 1999 (saat itu beliau sudah menjadi ketua MPR utk periode 1999-2004), beliau berkonsultasi kepada ibundanya dan pendapat ibunda nya lah yang beliau rujuk. Berikut adalah jawaban ibundanya, “Mien, tanggung jawabmu di MPR baru saja dimulai. Kamu telah disumpah menjadi ketua MPR untuk masa bakti 5 tahun. Jangan berbelok di tikungan. Itu tidak bagus. Aku tidak setuju.” Amien Rais pun menolak dicalonkan.

Benarlah bahwa di balik sosok besar, ada wanita hebat di belakangnya.

Wah, terlalu banyak cerita indah dalam buku tersebut, yang sangat menginspirasi saya dalam banyak hal.

Sebagai penutup, ada nasihat bagus yang ditularkan Amien Rais kepada anak-anaknya yang dikutip dari perkataan Roger federer , seorang petenis dunia yang mengatakan “Kalau kamu ingin sukses, sukses apa saja, kamu harus menyisihkan minimal 3 jam sehari untuk menekuni apa yang kamu sukai”.

Semoga bermanfaat …

Wassalam

Eva Novita
(buku "Menapak Jejak Amien Rais ini adalah hadiah ulang taun dari Hanum, putrinya utk sang ayah, yg  berusia 66 tahun pada April 2010 lalu)

Friday, November 23, 2012

Bahkan Huruf al-Qur’an pun bisa “Berbicara” (Sebuah Resensi Sederhana)


Judul Buku                    : Mu’jizat Huruf-Huruf al-Qur’an
                                      (Memahami Makna al-Qur’an Melalui Kode & Tinjauan Sains)
Penulis                         : Didik Suharyo
Penerbit                       : Salima
Tahun Terbit               : 2012
Jumlah Halaman          : 386

Buku ini ditulis berawal dari kegelisahan sang penulis dan krisis batin yang dialaminya dalam hidup. Di tahun 1990-an, sang penulis mempertanyakan banyak hal dalam hidupnya, bahkan dia mencoba mencari ketenangan dengan mendatangi berbagai macam tempat ibadah, kadang ke vihara, kadang ke gereja, di lain waktu juga ke vihara, hanya untuk mencari obat bagi kegelisahan hidupnya. Hingga akhirnya dia memilih untuk kembali pada al-Qur’an, dia pun belajar Iqra di masa dewasanya, di saat usia menginjak angka 25-an.

Penulis yang merupakan alumni Fakultas Ekonomi, jurusan Management, Universitas Merdeka Malang ini, tidak pernah menempuh pendidikan agama secara akademik dan khusus, baik di Madrasah, maupun di pesantren. Walaupun begitu, keingin tahuannya terhadap al-Qur’an membuatnya selalu bertanya tentang kemu’jizatan al-Qur’an dari sisi sains dan teknologi. Dia pun mempertanyakan hal ini kepada beberapa orang tapi semua jawaban yang didapatnya, tidak ada yang memuaskan. Tidak ada satupun yang bisa menjelaskan secara detail kemujizatan al-Qur’an dari sisi sains dan teknologi. Akhirnya dia pun langsung bertanya pada Allah, yang menurunkan al-Qur’an nya dengan berdoa secara serius dan melakukan penelitian terhadap huruf-huruf dalam al-Qur’an.

Selama hampir setahun, setiap habis shalat, dia selalu berdoa begini, “Ya Allah, kalau memang al-Qur’an merupakan mu’jizat dan berisi banyak ilmu pengetahuan, tolong tunjukkan kepada saya dimana letaknya rumus fisika, kimia, elektronika, optic dan sebagainya?”.
Dan doa selama setahun itu pun berbuah juga. Hingga di suatu ketika, saat membaca surat al-Fatihah, tiba-tiba penulis merasakan sensasi luar biasa, huruf-huruf itu “hidup” dan keluar dari mushaf yang sedang dipegangnya. Huruf-huruf itu keluar begitu saja, seakan-akan memberitahu bahwa setiap huruf dalam rangkaian ayat memiliki “jiwa” masing-masing, memiliki kekuatan dan rahasianya sendiri-sendiri.

Setelah itu, selama lebih dari 10 tahun, sang penulis melakukan penelitian terhadap huruf-huruf al-Qur’an dan menguji penemuan ini dengan menggunakan hukum dan teori fisika, kimia, matematika, gametria dan sains lainnya untuk mengenali mu’jizat huruf dalam al-Qur’an.

Dan hasilnya, luar biasa. Buku ini mengupas secara tuntas tentang mujizat huruf-huruf dalam al-Qur’an dari sisi sains dan teknologi. Dimulai dari peta konsep setiaf huruf dari alif sampai ya, teori sains yang terdapat dari setiap hurufnya hingga pembahasan contoh-contoh kata dari setiap huruf dalam al-Qur’an dan contoh-contoh ayatnya.

Sebagai contoh, saat meneliti huruf sin, dia menguji puluhan bahkan ratusan huruf sin dalam berbagai ayat al-Qur’an. Dia pun menyimpulkan bahwa peta konsep huruf sin adalah radiasi, getaran, impuls, cahaya, spectrum sinar, pendar, suara atau bermakna sebuah pelaksanaan. Peta konsep ini dibuat dengan sangat hati-hati. Setiap kerumitan yang ditemuinya, dia langsung konsultasikan kepada Allah, dengan shalat dzikir dan doa, dia bermunajat agar Allah yang Maha Mengetahui selalu memberikan bimbingan dan pengetahuan.

Contoh kata yang mengandung huruf sin adalah “al-hasan” yang secara bahasa bermakna “baik”. Kata ini terdiri dari huruf alif lam, sin dan ha. Dari peta konsep yang dibuatnya, alif lam berarti “yang”, ha berarti “mendekatkan, mengarahkan” dan sin yang berarti “pelaksanaan”. Jadi dari sudut ilmu huruf ini, al-hasan adalah yang mengarahkan suatu pelaksanaan kepada ketentuannya (taat). Contoh lainnya adalah kata “al-waswas” (bisikan) yang menunjukkan getaran suara, “lisan” juga menunjukkan getaran suara dan “asy’syams” yang mengandung huruf sin di akhir kata, yang berarti “matahari” juga menunjukkan sesuatu yang memancar dan pancarannya sangat terang, sesuatu radiasi radioaktif yang berasal dari fusi dan fisi nuklir.
Contoh huruf lainnya adalah huruf “fa” yang secara peta konsep mengandung makna “simpangan maksimum, amplitude, struktur gelombang, berpikiran dan berwawasan luas.”, huruf “jim” mengandung makna “lensa cembung, segitiga, perspektif/sudut pandang, fokus”
Begitu juga dengan huruf lainnya yang dibahas secara tuntas dan mendalam dari huruf alif sampai huruf ya.

Kelebihan buku ini, menurut saya adalah dari proses penulisannya yang memakan waktu selama lebih dari 10 tahun karena harus melalui pengujian demi pengujian. Setelah selesai dengan peta konsep semua huruf, sang penulis bahkan mempersilakan para ahli bahasa Arab untuk menguji konsistensi makna huruf tersebut dalam perspektif nahwu dan sharaf, dan ternyata hasilnya diluar dugaannya, benar-benar menakjubkan. Bahkan dari testimoninya, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA mengungkapkan bahwa usaha penulis ini tidak bisa dianggap ringan karena langkah ini harus berhadapan dengan karya para ahli tafsir dan pakar ulumul Qur’an.

Kelebihan lain buku ini adalah isinya itu sendiri, peta konsepnya dikemas dengan berbagai tabel dan dilengkapi dengan berbagai gambar yang menarik, pointer-pointer yang jelas dan contoh-contoh ayat.

Kekurangan buku ini, kalau pun bisa disebut kekurangan, contoh-contoh ayat yang disajikan tidak dibahas satu persatu berdasarkan peta konsep yang dibuatnya. Sehingga peta konsep yang sangat banyak untuk setiap huruf, sepertinya memang akan membutuhkan kecerdasan pembaca untuk mengaplikasikannya dalam setiap ayat. Mungkin jika dibahas satu persatu, maka akan sangat tebal sekali jadinya buku ini. Ini saja sudah hampir 400 halaman.

Tapi bagi saya yang pernah sedikit belajar bahasa Arab, buku ini memang sangat luar biasa karena ditulis oleh penulis yang tidak memiliki latar belakang akademik dalam bidang keislaman (pesantren atau madrasah atau kuliah di jurusan bahasa Arab atau al-Qur’an). Jadi, ini bisa memotivasi yang lainnya bahwa untuk menemukan kemu’jizatan al-Qur’an ternyata tidak harus lulusan pesantren. Sepertinya saya memang harus bilang “waw” untuk buku ini.

Wassalam
Eva Novita
-untuk teman-teman IIQ angkatan 2008, kapan kita reunian? Ayo berkarya bersama-



Buku Mujizat Huruf Al-Qur'an

Menikmati Keterasingan sebagai seorang Muslimah di negeri orang (Sebuah Perjalanan Spiritual)


Judul Buku               : Mencari Senyum Tuhan
                              (Catatan Hati Muslimah Pendamba Ridha Allah)
Penulis                    : Miranda Risang Ayu
Penerbit                 : Zaman
Tahun Terbit          : 2008
Jumlah Halaman     : 186

Buku ini ditulis saat sang penulis menempuh pendidikan S3 di Australia. Buku ini adalah kumpulannya tulisannya, yang ditulis secara berkala di Majalah paras dan Majalah Basis. Buku ini merupakan refleksi perjalanan ruhaninya yang ia sebut perjalanan ke dalam atau perjalanan menempuh diri.

Buku ini mengungkapkan berbagai hal yang ia alami di Australia dan sebagai seorang muslimah, ia menerima berbagai pertanyaan tentang ajaran Islam, seperti tentang jilbab dan konsep Islam tentang perempuan, juga merekam jejak konsekuensi memboyong keluarga kesana. Ia, misalnya pernah mengalami kejadian tak mengenakkan berkali-kali setelah peristiwa pengeboman atau kerusuhan yang diduga dilakukan “teroris muslim” yaitu berupa gangguan dari laki-laki yang sedang mabuk dan tak berpendidikan di jalanan, yang anehnya tak dialami oleh teman-teman muslimah nya yang lain. Lalu, keluarganya sakit dalam waktu yang bersamaan, bahkan salah satu anaknya harus dirawat di rumah Sakit. Pengalaman-pengalaman ini membuatnya berfikir bahwa ada pesan yang ingin Allah sampaikan melalui peristiwa-peristiwa yang dialaminya, ada jawaban yang harus ditemukannya. Dan menurutnya jawaban itu ia temukan di tengah malam, dalam balutan mukena dan kening yang luar biasa pening karena matanya sudah terlalu banyak mengeluarkan air dan berada di puncak keletihan. Saat itu, saat menyebut nama Allah, ia merasa ada yang hilang dari dirinya yaitu ego dan penolakan. Kepasrahan yang tiba-tiba muncul dan ia merasa, saat itulah Allah tersenyum, senyum yang sangat mahal dan sangat indah. Ia menyimpulkan bahwa segala logikanya hanya pantas berantakan di atas sajadah.

Buku ini terdiri dari 16 tulisan yaitu Mencari Rumah bagi Jiwa, Menjadi Baik, Saya Beramal maka Saya Ada, Menembus Kemungkinan, Sang Kekasih Allah, Dokar Sang Pejalan, Demi Kemanusiaan, Obat Sang Kekasih, Dan Kuturunkan Kain, Pukullah Perempuan?, Ketika Mencinta Bukan Memetik Bunga, Remaja-Remaja Itu, Sebuah Agenda, Sebuah Pesan Tuhan, Menakar Iman Lewat Sampah dan Suatu Malam di Cihampelas.

Kelebihan buku ini adalah dari penuturan redaksional atau kata-katanya yang sangat tertata indah mencerminkan bahwa sang penulis bukanlah seorang pemula. Selain itu, isinya adalah sebuah perjalanan pencarian akan makna diri yang ditemukan secara berproses melalui pengalaman riil yang dialaminya sebagai muslimah di Australia. Kekurangan buku ini? terus terang saya kesulitan mencarinya. Berbagai tulisannya yang mengalir dan kata-kata yang mendalam serta bermakna, membuat saya terlena dan menikmatinya, hingga lupa untuk mencari kekurangan buku ini. Pengantarnya yang ia beri judul “Merindukan Tuhan” dan penutup nya yang berjudul “Mencari Tuhan”, sangat-sangat menarik dan indah. Saat membacanya, saya merasa seolah-olah itu adalah cermin dari perjalanan hidup saya dan saya menemukan jawaban dari semua pencarian saya selama ini.

Sang Penulis adalah seorang dosen di Fakultas Hukum UNPAD Bandung. Saat remaja, ia adalah seorang aktivis yang memiliki banyak kesibukan hingga menyebabkannya kurang bermain. Masa SMP dan SMA nya dihabiskan dengan mengikuti berbagai kegiatan mulai dari OSIS, Kelompok Ilmiah, Teater sampai sanggar Tari Klasik Bali, Jawa Yogyakarta dan Sunda hingga mengantarkannya menjadi salah satu penari termuda di Istana Negara Jakarta dan Misi Kesenian Indonesia ke Jepang dan Mesir. Kehampaan dan pertanyaan tentang hidup, melandanya sejak masa remaja.

Lalu ia melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Unpad Bandung, dan bergabung di Unit Kegiatan Mahasiswa Gelanggang Seni Sastra, Teater dan Film. Pencariannya akan makna hidup dan Tuhan, tak pernah berhenti. Hingga, ia pun bertemu Emha Ainun Najib di acara diskusi dan baca puisi, yang menganjurkannya untuk bertemu Muhammad Zuhri. Sosok inilah yang mengantarkannya mengenal Tuhan. Sosok Muhammad Zuhri yang dikaguminya, banyak dibahas dalam buku ini.

Miranda menyelesaikan sarjananya selama 6.5 tahun karena ia pernah beberapa kali bolos kuliah untuk menemukan jawaban dari kehampaannya dan juga ia juga memutuskan menikah saat belum lulus menjadi sarjana. Kemudian ia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya pada Master Hukum di Law Faculty, University of Tecjnology Sydney dan diselesaikannya hanya dalam waktu 9,5 bulan. Lalu, ia menempuh program Doktoralnya di Universitas yang sama. Saat itulah, ia mengirimkan tulisan yang mencerminkan  pengalamannya ketika menempuh pendidikan disana dan jadilah buku ini.

Wassalam
Eva Novita Ungu
Rabu, 21 November 2012
Semoga berkurangnya jatah usia di tahun ini, membuat sy makin merasakan dan menikmati senyum Tuhan

Postingan Favorit