Wednesday, May 15, 2013

Hening: Perjalanan ke Dalam

Judul Buku                    :Hening (Perjalanan ke Dalam Diri untuk Mensyukuri Ni’mat-Nya.
Penulis                          :Cahyu Purnawan
Penerbit                       :  PT Elex Media Komputindo, Jakarta
TahunTerbit               : 2011
Jumlah Halaman          :251

Minggu ini saya akan membahas buku yang berjudul “Hening”, buah karya Cahyu Purnawan. Sang penulis adalah kakak senior saya saat beraktivitas di Karisma Salman ITB. Buku ini adalah kumpulan tulisan dan renungan sang penulis atas berbagai fenomena, kejadian dan keresahan sang penulis pada hiruk pikuk dan kesibukan dunia. Buku ini mengingatkan kita, untuk mengadakan perjalanan yang jarang kita lakukan yaitu perjalanan ke dalam. Seringkali kita melakukan perjalanan ke beberapa tempat, perjalanan ke luar daerah, ke luar negeri dan melupakan perjalanan sesungguhnya yaitu perjalanan ke dalam diri …



Buku yang diberi pengantar oleh Kang Jalaluddin Rakhmat ini, terdiri dari 28 tulisan, diantaranya Air Mata Keindahan, Betapa sibuknya diri-Mu, Senyum Sang Nabi, Walau Perih, Jangan Tinggalkan Aku Sendirian, Ilalang yang Hilang dan lain-lain.

Sang penulis, Cahyu Purnawan adalah alumni ITB Bandung yang lahir di Medan, tanggal 26 Agustus 1974. Aktivis organisasi ini, pernah menjadi Ketua Umum Karisma Salman ITB dan senang berbagi ilmu. Kini, penulis yang berdomisili di Dago Bandung ini, aktif sebagai konsultan SDM dan pengajar lepas di berbagai instansi. Ia juga mengasuh beberapa komunitas seperti Alumni Teratai Jauh Indonesia, Facebook Hening Rumah Hati, Sms Hikmah Teratai Jauh serta Awareness Management Coach di Bandung.

Beberapa tema dalam buku ini dibahas oleh penulis dengan sentuhan yang berbeda. Saat mengkritisi tentang televisi misalnya, sang penulis merangkainya dengan kalimat yang sarat makna berikut ini,

“Televisi adalah dunia kita saat ini. Kebisingan, suara yang tak henti, bahkan gambar yang tak pernah berhenti bergerak pun adalah produksinya. Sebuah dunia yang hidup, yang meramaikan kehidupan manusia modern. Dan hebatnya pula, kebisingan dan kesibukan yang tak henti itu pun masih ada bumbu-bumbu hasrat yang menyelip di sana, yang selalu menggoda ego manusia untuk selalu berproduksi terus menghasilkan pikiran-pikiran keinginan penuh nafsu. Dan bila ego sudah bergerak, tak ada lagi diam.”

Setelah mencermati berbagai kesibukan, sang penulis pun menawarkan solusi untukmengatasi berbagai resah atas hiruk pikuk dunia yaitu :

“Sungguh yang kita perlukan saat ini hanyalah sebuah jeda, berhenti sejenak, sepi, sunyi, hening. Setiap pesta keindahan alam ini pastilah berbalut keheningan. Kesunyian mendamba itu pecah, dan kepingan demi kepingannya menghasilkan kedamaian. Oleh karena itu, bagi pencari kedamaian di bumi ini, pastilah ia menyingkir dari kepanikan dunia, kemacetan, gundah gulana, sibuk dan terornya. Ia akan pergi kemana saja, di suatu tempat yang ia dapat mencerap indahnya kesunyian. Kalau ia tak dapat menemukan tempat, ia pasti akan pergi ke suatu tempat yang amat rahasia, yaitu HATINYA sendiri. Dan kunci dari keheningan adalah memberhentikan PIKIRAN. Hanya dengan memberhentikan pikiran maka seseorang akan bisa memasuki keheningan.”

Menariknya, buku ini juga diselingi banyak kisah dari berbagai zaman yang sarat hikmah. Kadang, kita perlu sedikit merelakan hati untuk tak bertanya sumber cerita-cerita tersebut, untuk mendapat hikmah dan pelajaran yang berserakan dari berbagai kisah menarik dalam buku ini. Sebagaimana judul buku ini, ada baiknya “melahap” buku ini juga dalam kondisi hening dan tenang, agar kita dapat mengambil sebanyak mungkin manfaat dan hikmah buku ini.

Semoga bermanfaat.

Wassalam
EvaNovita Ungu
Rabu, 15 Mei2013
Alhamdulillah akhirnya kekejar juga “hutang menulis Rabu’an”  saya pasca menikah …
inilah akibatnya menunda pekerjaan, jadi numpuk saat membayarnya …

No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit