Wednesday, May 29, 2013

KETIKA BEBAN REMAJA SEMAKIN BERAT

Ini sebuah cerita tentang 2 orang remaja, sebut saja namanya Edo dan Desi. Beberapa tahun yang lalu, Edo dan Desi adalah siswa siswi di sekolah kami di Serpong. Keduanya merupakan cermin dari kondisi remaja kita saat ini, walaupun mungkin tak mewakili seluruhnya. Semoga kisah mereka dapat menjadi bahan refleksi kita.


Saat saya mengamati mereka dari luar, mereka terlihat baik-baik saja. Tapi sebenarnya masalah yang mereka hadapi sangat berat, terutama berkaitan dengan orangtuanya. Dulu, orangtua mereka adalah orang yang sangat kaya, bahkan Edo pernah melakukan perjalanan ibadah haji sekeluarga. Tapi perlahan-lahan kekayaan mereka semakin menipis, bisnis pun mengalami kebangkrutan, hingga puncaknya kedua orangtua mereka harus berhadapan dengan pihak kepolisian terkait dengan masalah penipuan di dunia bisnis yang mereka geluti.



Orangtua Edo, terutama ayahnya, dulu termasuk dalam daftar DPO (Daftar Pencarian Orang) yang sangat dicari pihak kepolisian. Sementara Desi, kedua orangtuanya sudah mendekam di penjara sejak bulan Januari 2006 (mungkin sekarang sudah keluar dari penjara). Tidak mudah bagi mereka untuk survive menghadapi hidup ini. Bagaimanapun mereka sudah bukan anak-anak lagi yang bisa cuek dengan permasalahan orangtuanya. Bagaimanapun permasalahan orangtuanya tetaplah akan menjadi beban mereka yang tidak ringan. Tetapi mereka berusaha dengan berbagai cara mencoba bertahan. Ternyata ada yang membedakan cara Edo dan Desi menghadapi permasalahan ini. Edo cenderung melampiaskannya terhadap hal-hal negatif sementara Desi lebih mengalihkannya ke arah yang lebih positif, dengan cara lebih mendekatkan diri terhadap Allah, dan mencoba mengambil hikmahnya. Dalam hal ini, tingkat spiritualitas menjadi faktor penentu yang membedakan mereka dalam menghadapi permasalahan tersebut. Atau dari sisi gender, cara perempuan dan laki-laki memang berbeda dalam mencari pelampiasan??
Edo, saat menjadi siswa di sekolah kami, entah sudah berapa kali harus dipanggil pihak sekolah karena melakukan berbagai pelanggaran, dari mulai sering bolos,sering tidak shalat berjamaah di masjid, dan puncaknya saat bulan Ramadhan beberapa tahun lalu, melakukan aksi pengancaman terhadap salah satu pengurus OSIS yang mengetahui pelanggaran yang dilakukannya. Saat disidang, Edo menceritakan semuanya dengan sikap yang sangat tenang, seolah sudah biasa menghadapi masalah berat. Tidak ada kata penyesalan, bahkan tidak terlihat raut kesedihan. Bagaimanapun, saya bersama guru lain yang mengikuti sidang tersebut dari awal, tidak bisa menyalahkan Edo sepenuhnya mengingat beban berat yang dipikulnya. Tapi, peraturan tetaplah peraturan yang harus ditegakkan sekaligus pembelajaranuntuk siswa lainnya agar tidak melakukan pelanggaran yang sama. Bulan november pun Edo harus mengalami skorsing 2 minggu, itupun sulit sekali mendapatkan alamat rumah orangtuanya karena sering berpindah-pindah, maklum dengan statusnya yang DPO tentu terlalu beresiko jika punya satu tempat tinggal yang tetap.

Sementara Desi, tidak banyak hal negatif yang muncul dari pribadinya. Bahkan saya baru tahu permasalahan yang dialami Desi, dari guru lain, karena memang Desi seperti tidak sedang mengalami masalah berat. Dia sangat rajin pergi ke masjid, menjadi pengurus OSIS yang dipercaya, menjadi kakak kelas yang dapat diteladani adik kelasnya dll. Prestasinya pun stabil. Ketika Desi curhat pada teman saya (guru asramanya Desi), sambil menangis Desi mencoba menegarkan dirinya sendiri, bahwa apa yang dia alami saat ini pasti tidak seberat yang dialami orangtua nya di penjara. Teman saya itu sampai ikut menitikkan air mata mendengarkan alasan Desi kenapa sampaisaat ini dia masih bisa survive. Kedewasaan ini tentu tidak mudah didapat dan melalui proses yang tidak singkat.

Demikian sebagian profil para remaja kita. Kalau saya berada di posisi mereka, entah akan sekuat mereka atau tidak. Yang pasti, para remaja saat ini memangm enanggung beban yang tidak mudah, karenanya sangat wajar jika yang muncul kepermukaan (terutama di kota-kota besar) adalah para remaja yang mencari berbagai cara untuk mencari perhatian, baik dengan hal yang positif maupun yang negatif. Mungkin beberapa kasus remaja yang terlibat hal negatif, salah satu penyebabnya adalah dari orangtuanya sendiri, atau bahkan kita, para pendidik mereka. Semoga dapat menjadi bahan refleksi kita semua.

Yang memiliki berbagai saran dan masukan positif untuk mengatasi berbagai permasalahan remaja, mari berbagi, sharing yo disini ...

Semoga bermanfaat

Wassalam
EvaNovita Ungu
Rabu,29 Mei 2013 (tulisan hasil kenangan 2007)
Memperbaikikualitasi orang lain, mari mulai dengan memperbaiki diri kita sendiri ...

No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit