Wednesday, February 20, 2013

Bahkan Tuhan Pun Berpuasa


Judul Buku               : Tuhan Pun Berpuasa
Penulis                    : Emha Ainun Nadjib
Penerbit                 : Kompas
Tahun Terbit          : 2012
Jumlah Halaman     : 230

Buku karya Emha ini sebenarnya diterbitkan pertama kali pada tahun 1996 oleh Penerbit Zaituna Yogyakarta. Lalu, 9 tahun kemudian, yaitu pada tahun 2005, diterbitkan kembali oleh Progress Jakarta dengan judul Puasa itu Puasa, tetapi untuk kalangan terbatas. Pada tahun 2012 lalu diterbitkan kembali dengan tambahan 2 tulisan.



Emha Ainun Najib atau Cak Nun lahir di Jombang, pada tanggal 27 Mei 1953. Ia merupakan anak keempat dari 15 bersaudara. Pendidikan formalnya hanya berakhir di Semester 1 Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM). Setelah menikah dengan Novia Kolopaking, Cak Nun tinggal di Yogyakarta bersama 4 orang putranya yaitu Sabrang, Hayya, Jembar dan Rampak. Pada tahun 1998, Cak Nun mendirikan Kiai Kanjeng. Cak Nun dan Kiai Kanjeng pernah diundang ke beberapa Negara, diantaranya Malaysia dan Brunei Darussalam serta ke Finlandia pada tahun 2006.

Cak Nun juga pernah mengikuti lokakarya teater di Filipina (1980), International Writing Program di Universitas Iowa, Amerika Serikat (1984), Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda (1984) dan Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman (1985).

Dalam kesehariannya, Emha terjun langsung di masyarakat dan melakukan aktivitas-aktivitas yang merangkum dan memadukan dinamika kesenian, agama, pendidikan politik, sinergi ekonomi guna menumbuhkan potensialitas rakyat. Pada bulan Maret 2011, Emha memperoleh Penghargaan Satyalancana Kebudayaan 2010 dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, penghargaan diberikan berdasarkan pertimbangan bahwa si penerima memiliki jasa besar di bidang kebudayaan yang telah mampu melestarikan kebudayaan daerah atau nasional serta hasil karyanya berguna dan bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan Negara.

Dalam hal menulis, Cak Nun berprinsip menulis bukanlah untuk menempuh karier sebagai penulis, melainkan untuk keperluan-keperluan sosial. Dengan prinsip itu, ia justru telah menghasilkan banyak tulisan, mulai dari puisi, esai, artikel, naskah drama, cerpen, makalah hingga buku. Tak ketinggalan pula lirik-lirik lagu. Diantara buku yang ditulisnya belakangan ini adalah Kafir Liberal (Progress, Oktober 2005), Istriku Seribu : Polimonogami Monopoligami (Progress, Januari 2007). Orang Maiyah (Progress, Februari 2007).

Buku ini merupakan tulisan-tulisan reflektif Cak Nun seputar puasa. Buku ini dibagi menjadi 4 bagian yaitu Bagian 1 : Asas Maslahat Mudarat, terdiri dari 13 tulisan; Bagian 2 : Takabur dan Uswatun Hasanah, terdiri dari 8 tulisan; Bagian 3 : Dunia Akhirat, terdiri dari 9 tulisan dan Bagian 4 : Penyucian Rohani, terdiri dari 13 tulisan.
Buku ini menarik karena beberapa pemikiran Cak Nun, seperti biasa, seringkali menghadirkan nuansa baru dan berbeda dari pemikiran tokoh lain. Pada salah satu tulisannya yang dijadikan judul buku ini, Allah pun berpuasa, misalnya, Cak Nun menulis “Allah sendiri memberi contoh-contoh dahsyat dan luar biasa soal mengendalikan diri. Dengan amat setia Allah menerbitkan matahari tanpa peduli apakah kita pernah mensyukuri terbitnya matahari atau tidak. Allah memancarkan cahaya matahari tanpa menghitungnya dengan pengkhianatan yang kita lakukan atas-Nya setiap hari. Allah memelihara kesehatan tubuh kita dari detik ke detik meskipun ketika bangun pagi hanya ada satu dua belaka hamba-Nya yang mengucapkan syukur bahwa matanya masih bisa melek. Allah sendiri “berpuasa”. Kalau tidak, kita sudah dilenyapkan oleh-Nya hari ini, karena sangat banyak alasan rasional untuk itu.”

Kelemahan buku ini? Sampai saat ini saya belum bisa menemukannya, sepertinya sudah tertutupi dengan kualitas pemikiran yang tertuang dalam tulisan-tulisannya.

Semoga bermanfaat.

Wassalam
Eva Novita Ungu
Rabu, 20 Februari 2013
Pengendalian diri sendiri itu ternyata tidak mudah …

No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit