Setelah mengunjungi makam Bung Karno di Blitar, kami
melanjutkan perjalanan ke kampung Coklat, masih di wilayah Blitar. Ternyata
kampung coklat ini luas sekali, berbagai oleh oleh berbahan coklat dan aneka
makanan dan minuman yang langsung bisa disantap di tempat, tentu berbahan utama
coklat, juga bisa ditemui disana. Bahkan ada area terapi ikan bagi yang tak
suka berburu coklat. Eza dan papaya sempat mencoba terapi ikan ini, walau
akhirnya Eza ternyata gak berani. Setelah lelah berkeliling, kami pun
meninggalkan Kota Blitar sekaligus berpamitan pada orang tua siswa yang telah
menyempatkan diri menyambut kami dengan begitu antusias.
Teepat jam lima sore, kami meninggalkan Blitar menuju
Batu Malang untuk menuju tempat penginapan. Rasanya tubuh ini memang sudah tak
sabar untuk ketemu si kasur untuk sekedar berleha leha dan beristirahat setelah
berlelah ria di perjalanan selama 2 hari. Beruntung, tempat penginapan kami
sangat luas dan nyaman bagi keluarga besar kami. Rumah besar dua tingkat yang
memiliki 9 kamar ini adalah rekomendasi seorang alumni asal Malang, yang
lokasinya sangat strategis karena berdekatan dengan tempat wisata di Batu,
Malang. Dengan uang sewa satu juta per malam, kami tak menyesal menghabiskan
uang dua juta untuk bermalam dua hari di tempat ini. Sangat nyaman dan
memuaskan.
Pada hari Selasa tanggal 27 Desember 2016, kami
menghabiskan waktu di kota Batu Malang, untuk menikmati wisata di Jatim Park
dua. Kami menuju tempat ini dengan menggunakan bis, tapi berhubung biaya masuk
nya agak mahal yaitu 120.000 sebagai tiket masuk menuju Museum Satwa dan Batu Secret
Zoo, jadi tak semua anggota rombongan kami memasuki area wisatanya. Hanya
beberapa orang saja yang memang punya anak kecil, yang masuk area wisata ini.
Saya dan dua keluarga kakak saya saja yang membeli tiket ini. Pertama kami
jalan jalan dulu ke museum satwa, melihat berbagai satwa dari zaman dulu hingga
zaman modern beserta sejarah dan foto fot nya, lanjut ke Batu Secret Zoo, kebun
binatang (hidup) yang menarik karena di dalamnya ada banyak area bermain anak,
tanpa harus membayar lagi. Eza saja ternyata berani naik arena pesawat pesawat
an. Biasanya ia belum berani naik sendiri, kali ini berhasil dan berani naik
sendirian, tanpa harus ditemani. Yeah. Sayang, saya sudah ditunggu keluarga
lain, yang ternyata sudah pada duduk indah di mobil bis. Jadi belum puas
rasanya meng eksplor Jatim park 2 ini.
Setelah mengunjungi Jatim Park 2, kami pun melanjutkan
perjalanan dengan berburu oleh oleh khas Malang. Saya tak bergabung karena
ternyata Eza badannya agak demam, mungkin karena kecapean dan kurang istirahat.
Akhirnya rencana wisata ke BNS (Batu Night Spectacular) di malam hari nya, kami
gagalkan. Prioritas utama adalah kesehatan Eza dulu, apalagi panas nya makin
tinggi jelang tengah malam. Suami sempat panik dan mengajak ke rumah sakit,
untungnya ada Abah yang menenangkan. Sehingga tak perlu ke rumah sakit
malam-malam.
Hari Rabu pagi, sebelum melanjutkan perjalanan ke Jombang,
kami mampir di RS Baptis Batu Malang untuk berobat Eza. Pelayanannya sangat
buruk karena lama dan berbelit belit. Butuh waktu satu jam untuk berobat Eza
disana, kasian juga membiarkan keluarga besar menunggu, tapi ini adalah ikhtiar
untuk kesembuhan Eza. Barulah jam 7 pagi, kami melanjutkan perjalanan menuju
Jombang, makam Gus Dur. Lumayan lama juga perjalanannya, sekitar 3 jam kami
habiskan di jalan. Alhamdulillah nyampe juga di Pesantren Tebuireng yang dulu
hanya bisa memantau dari TV saja.
Makam Gus Dur ini tak pernah sepi pengunjung.
Bersyukur saat kami berkunjung disana, sedang tak ada event besar seperti haul
atau hari jadi pesantren, jadi kami bisa leluasa duduk di depan makam keluarga
Gus Dur. Ternyata area makam ini cukup sederhana untuk makam sekaliber kyai
besar dan mantan presiden, terbuka bagi masyarakat luas, dan yang lebih
menarik, di sepanjang jalan menuju area makam, banyak masyarakat berjualan baik
makanan, pakaian maupun suvenir khas Jombang dan bergambar Gus Dur. Hal ini
sempat saya diskusikan dengan suami, betapa setelah wafatnya saja, Gus Dur
masih bermanfaat bagi masyarakat sekitar dan menumbuhkan perekonomian masyarakat
Jombang pada umumnya. Saya jadi merefleksi diri sendiri, sejauh mana
kemanfaatan saya bagi lingkungan sekitar. Masih jauh sekali yaa ternyata, tak
layak lah jika dibandingkan Gus Dur mah, beda level yang sangat jauh. Mudah
mudahan bisa belajar banyak dan mengaplikasikan kebermanfaatan keluarga dalam
kehidupan sehari-hari.
Semoga Bermanfaat
Senin, 090117.14.27
#odopfor99days#part2#day4
No comments:
Post a Comment