Tuesday, January 10, 2017

Makam Gus Dur : Refleksi Kebermanfaatan untuk Umat (Nazar Bagian Kedua)




Setelah mengunjungi makam Bung Karno di Blitar, kami melanjutkan perjalanan ke kampung Coklat, masih di wilayah Blitar. Ternyata kampung coklat ini luas sekali, berbagai oleh oleh berbahan coklat dan aneka makanan dan minuman yang langsung bisa disantap di tempat, tentu berbahan utama coklat, juga bisa ditemui disana. Bahkan ada area terapi ikan bagi yang tak suka berburu coklat. Eza dan papaya sempat mencoba terapi ikan ini, walau akhirnya Eza ternyata gak berani. Setelah lelah berkeliling, kami pun meninggalkan Kota Blitar sekaligus berpamitan pada orang tua siswa yang telah menyempatkan diri menyambut kami dengan begitu antusias.

Teepat jam lima sore, kami meninggalkan Blitar menuju Batu Malang untuk menuju tempat penginapan. Rasanya tubuh ini memang sudah tak sabar untuk ketemu si kasur untuk sekedar berleha leha dan beristirahat setelah berlelah ria di perjalanan selama 2 hari. Beruntung, tempat penginapan kami sangat luas dan nyaman bagi keluarga besar kami. Rumah besar dua tingkat yang memiliki 9 kamar ini adalah rekomendasi seorang alumni asal Malang, yang lokasinya sangat strategis karena berdekatan dengan tempat wisata di Batu, Malang. Dengan uang sewa satu juta per malam, kami tak menyesal menghabiskan uang dua juta untuk bermalam dua hari di tempat ini. Sangat nyaman dan memuaskan.


Pada hari Selasa tanggal 27 Desember 2016, kami menghabiskan waktu di kota Batu Malang, untuk menikmati wisata di Jatim Park dua. Kami menuju tempat ini dengan menggunakan bis, tapi berhubung biaya masuk nya agak mahal yaitu 120.000 sebagai tiket masuk menuju Museum Satwa dan Batu Secret Zoo, jadi tak semua anggota rombongan kami memasuki area wisatanya. Hanya beberapa orang saja yang memang punya anak kecil, yang masuk area wisata ini. Saya dan dua keluarga kakak saya saja yang membeli tiket ini. Pertama kami jalan jalan dulu ke museum satwa, melihat berbagai satwa dari zaman dulu hingga zaman modern beserta sejarah dan foto fot nya, lanjut ke Batu Secret Zoo, kebun binatang (hidup) yang menarik karena di dalamnya ada banyak area bermain anak, tanpa harus membayar lagi. Eza saja ternyata berani naik arena pesawat pesawat an. Biasanya ia belum berani naik sendiri, kali ini berhasil dan berani naik sendirian, tanpa harus ditemani. Yeah. Sayang, saya sudah ditunggu keluarga lain, yang ternyata sudah pada duduk indah di mobil bis. Jadi belum puas rasanya meng eksplor Jatim park 2 ini.

Setelah mengunjungi Jatim Park 2, kami pun melanjutkan perjalanan dengan berburu oleh oleh khas Malang. Saya tak bergabung karena ternyata Eza badannya agak demam, mungkin karena kecapean dan kurang istirahat. Akhirnya rencana wisata ke BNS (Batu Night Spectacular) di malam hari nya, kami gagalkan. Prioritas utama adalah kesehatan Eza dulu, apalagi panas nya makin tinggi jelang tengah malam. Suami sempat panik dan mengajak ke rumah sakit, untungnya ada Abah yang menenangkan. Sehingga tak perlu ke rumah sakit malam-malam.

Hari Rabu pagi, sebelum melanjutkan perjalanan ke Jombang, kami mampir di RS Baptis Batu Malang untuk berobat Eza. Pelayanannya sangat buruk karena lama dan berbelit belit. Butuh waktu satu jam untuk berobat Eza disana, kasian juga membiarkan keluarga besar menunggu, tapi ini adalah ikhtiar untuk kesembuhan Eza. Barulah jam 7 pagi, kami melanjutkan perjalanan menuju Jombang, makam Gus Dur. Lumayan lama juga perjalanannya, sekitar 3 jam kami habiskan di jalan. Alhamdulillah nyampe juga di Pesantren Tebuireng yang dulu hanya bisa memantau dari TV saja.
Makam Gus Dur ini tak pernah sepi pengunjung. Bersyukur saat kami berkunjung disana, sedang tak ada event besar seperti haul atau hari jadi pesantren, jadi kami bisa leluasa duduk di depan makam keluarga Gus Dur. Ternyata area makam ini cukup sederhana untuk makam sekaliber kyai besar dan mantan presiden, terbuka bagi masyarakat luas, dan yang lebih menarik, di sepanjang jalan menuju area makam, banyak masyarakat berjualan baik makanan, pakaian maupun suvenir khas Jombang dan bergambar Gus Dur. Hal ini sempat saya diskusikan dengan suami, betapa setelah wafatnya saja, Gus Dur masih bermanfaat bagi masyarakat sekitar dan menumbuhkan perekonomian masyarakat Jombang pada umumnya. Saya jadi merefleksi diri sendiri, sejauh mana kemanfaatan saya bagi lingkungan sekitar. Masih jauh sekali yaa ternyata, tak layak lah jika dibandingkan Gus Dur mah, beda level yang sangat jauh. Mudah mudahan bisa belajar banyak dan mengaplikasikan kebermanfaatan keluarga dalam kehidupan sehari-hari.

Semoga Bermanfaat

Senin, 090117.14.27
#odopfor99days#part2#day4

No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit