Sunday, September 17, 2017

Pesta Pernikahan yang Menguji Konsistensi dan Kesabaran



Hari Sabtu minggu lalu adalah puncak hajatan keluarga kami yaitu prosesi akad dan resepsi pernikahan keponakan kami di Gedung Balai Asiyah Ciawi Tasikmalaya. Setelah shubuh, kami sudah harus siap-siap mandi, make up dan tetek bengek persiapan lainnya. Akad nikah yang sedianya dilaksanakan pukul 8 pagi, molor menjadi pukul 9 pagi karena menunggu sang mempelai pria. Prosesi akad nikah pun harus diulang 3 kali karena sang mempelai pria gugup dan grogi saat mengucapkan akad nikah.

Usai akad, dilanjutkan dengan prosesi adat sunda seperti sungkem, saweran dan lain-lain. Keponakan saya memilih untuk menggunakan WO wedding organizer dari teman suaminya, yang ternyata mengecewakan keluarga kami. Sesi foto keluarga besar kami urung dilaksanakan karena pihak WO memprioritaskan keluarga pihak laki-laki dan saking penuhnya tamu, keluarga besar kami perlahan lahan meninggalkan gedung. Saya dan suami memilih bertahan diluar gedung dan langsung menuju panggung untuk berfoto bersama pengantin, tanpa meminta ijin pada pihak WO.

Memilih Jajanan



Materi tantangan level 8 ini adalah tentang cerdas finansial. Selain mengenalkan menabung, saya pun mulai mengenalkan Eza tentang jajan. Karena teman-temannya senang jajan, tak mungkin untuk mensterilkan Eza dari jajan, maka yang saya lakukan adalah mengajarkan Eza tentang memilih jajanan.

Eza semangat sekali jika diajak ke indomaret atau alfamart. Seringkali saya hanya menumpang transfer di indomaret, tapi kalau mengajak Eza, dia pasti minta jajan. Maka yang pertama saya lakukan adalah menanyakan sebelum pergi, nanti akan membeli apa. Agar tidak kalap saat sudah ada disana.

Kemarin, saat saya ajak ke indomaret, saya tanya Eza,
“Mas, mau beli apa?”

“Aku mau beli es krim,” jawab Eza.

“Kan mas baru makan es krim, beli makanan saja ya,” ujar saya

“oh baiklah”, katanya..

Saya beruntung punya anak seperti Eza, jarang tantrum, mudah dibilangin, dan selalu minta maaf kalau berbuat salah.

Akhirnya kami pun pergi ke indomaret, saya transfer ke atm, Eza pun memilih makanan. Awalnya dia memilih jajanan yang mahal, trus saya ajak ngobrol, dan menyuruh dia memilih makanan yang lain. Alhamdulillah dia nurut dan ga menangis. Saya ajak ke bagian makanan lain, dan dia pun memilih mie yang harganya 1.300 rupiah, saya oke kan walau jajanannya tidak sehat. Yang penting dia tahu bahwa dia boleh jajan, hanya harus dipilih jenis dan harga jajanannya...

Semoga Bermanfaat

Ahad, 170917.07.00
#Tantangan10HariLevel8
#day3
#KuliahBunSayIIP
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial
#odopfor99days#semester2#day10

Saturday, September 16, 2017

Mengisi Celengan



Setelah kemarin membeli celengan, saatnya Eza mengisinya. Setiap hari, jika ada uang receh, Eza semangat sekali mengisi celengan. Sudah satu celengan yang penuh diisi, ini adalah celengan kedua Eza. Saat mengisi celengan, saya tanya Eza,

“Mas, ini uangnya untuk apa?”

“Untuk membeli mainan dan es krim,” jawabnya

Haha, jawaban khas anak kecil, yang jujur dan polos, yang tak terfikir tentang masa depan.
Akhirnya saya beri pemahaman bahwa kebutuhan kita di masa depan itu banyak. Untuk sekolah, untuk silaturahmi ke rumah nenek kakeknya di Tasik dan Kudus, dan lain-lain. Semoga sih Eza mengerti. Walau kalau sedang datang masa pengen jajan, tetap saja merengek minta uang jajan, kadang merayu dengan kata, “mohon, bunda”

Duh rayuannya itu bikin hati meleleh ... hingga membuat bapanya seringkali mengabulkan keinginannya. Akhirnya Eza lebih memilih bareng bapanya kalau pengen jajan... harus belajar kompak lagi nih dengan suami untuk mematuhi kesepatakan dengan anak, bersama-sama. Peernya masih banyak... Syemangaat...

Semoga Bermanfaat

Sabtu, 160917.14.00
#Tantangan10HariLevel8
#day2
#KuliahBunSayIIP
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial
#odopfor99days#semester2#day8

Membahagiakan Orangtua



Hari Jumat minggu lalu, lengkap sudah kakak-kakak saya dari Tangerang datang ke rumah orangtua di Tasik. Pernikahan keponakan yaitu anak pertama dari kakak tertua saya yang sekaligus merupakan cucu pertama mamah dan abah, menjadi momentum kami bisa berkumpul sekeluarga lengkap. Riuh rendahnya suasana rumah, ternyata membuat orangtua bahagia. Mamah saya yang awalnya sedang sakit, tangannya kesemutan, saat ditelpon adiknya, bilang bahwa kondisinya sudah membaik. Ternyata anak dan cucu, tetap menjadi obat terbaik dan tercepat dalam menyembuhkan sakit orangtua.

Saya bersyukur sekali orangtua saya dan mertua saya masih lengkap. Banyak lahan ibadah yang bisa saya lakukan terhadap mereka, tentu bukan untuk membalas kebaikan mereka, karena itu takkan pernah membayar perjuangan yang mereka lakukan. Dan keberadaan mereka adalah jimat bagi saya, doa mereka masih sangat saya butuhkan, tentu saja kehadiran mereka juga merupakan berkah tersendiri bagi keluarga kami.

Kembali ke hajatan pernikahan ponakan saya, sehari sebelum pernikahan, dalam adat sunda biasanya ada prosesi siraman. Acara siraman ini dilakukan setelah shalat Jumat hingga sore hari. Momen menyedihkan nan sakral itu terjadi saat sang calon pengantin meminta restu dari orang tuanya, sambil meminta maaf dan minta doa agar dilancarkan dalam semua urusan. Entah ya, bagi saya relasi yang unik dan membuat haru itu adalah antara seorang ayah dengan anak perempuannya. Rasanya saya ikut terharu dan tak bisa menahan tangis saat sang ayah memberi restu dan mendoakan sang calon pengantin.

Bagi saya, membahagiakan orangtua bukanlah tentang berapa rupiah yang kita berikan pada mereka, tapi seberapa besar perhatian kita kepada mereka, seberapa sering kita menelpon mereka dan seberapa intens kita mengunjungi mereka di sela kesibukan kita bekerja dan mengurus keluarga. Semoga dengan begitu, mereka ridha dengan kehidupan saya dan tak lelah mendoakan anaknya ini, yang masih saja merepotkan mereka.

Semoga saya masih punya banyak waktu untuk membahagiakan mereka, termasuk menambah mereka cucu dengan anak saya berikutnya. Dan semoga bukan hanya anak, tapi menjadi generasi penerus keluarga yang membanggakan dan bermanfaat untuk umat. Aamiin

Semoga Bermanfaat

Sabtu, 160917.14.05
#ProgramHamil40HariEpisode3#Hari6
#odopfor99days#sesi3#day7

Friday, September 15, 2017

Membeli Celengan



Tantangan level 8 dengan materi cerdas finansial ini, sebenarnya sudah lama saya lakukan bertahap pada Eza. Jika hanya membiasakan menabung, itu mudah sebenarnya. Tantangannya adalah saat suami membebaskan Eza untuk jajan, dan menahan rasa tega saat anak minta jajan dan mainan seperti teman-temannya.

Usia Eza yang baru menginjak 3,5 tahun, adalah usia senang bersosialisasi, pengen punya barang seperti temannya. Saat teman-temannya beli mobil-mobilan, ia pengen. Saat diajak ke indomaret, pengen beli es krim karena es krim adalah makanan favoritnya.

Kemarin, saat saya mengajak Eza jalan, saya tawarkan untuk membeli celengan karena celengan lama sudah penuh dengan uang receh, maka materi 8 ini adalah momen yang tepat untuk membeli celengan baru. Saya ajak Eza ke toko celengan, membiarkan dia memilih sendiri, ternyata dia antusias sekali. Dia memilih tokoh favoritnya yaitu Robocar Poli. Ga papa lah supaya dia semangat menabung.

Setibanya di rumah, Eza langsung meminta uang, dan semangat sekali memasukkannya ke dalam celengan. Saat temannya datang, ia langsung “pamer” celengan barunya. Euh dasar anak-anak. Semoga ga membuat temannya lapor untuk membeli celengan juga. Tapi jika semangat menabung nya menular, semoga menjadi hal positif.

Syemangaat...

Semoga Bermanfaat

Jumat, 150917.06.00
#Tantangan10HariLevel8
#day1
#KuliahBunSayIIP
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial

#odopfor99days#semester2#day6

Anak sebagai (Alasan) Ujian Kegagalan Shalat Berjamaah



Hari Kamis lalu, saya dan keluarga mempersiapkan pernikahan keponakan di Tasik. Papanya Eza masih di Tangerang, saya dan Eza pulang duluan ke Tasik. Mamah dan Abah senang sekali saat kami datang, walaupun tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Ternyata anak dan cucu itu bisa menjadi obat terbaik bagi kesepian orangtua.

Pagi-pagi, kami ke pasar, ke tukang jahit dan jalan-jalan seputar kota Ciawi. Tiba jam 11 siang di rumah, Eza kecapean, ia pun tertidur dan pengen ditemani, tak terasa saya pun nyenyak tertidur, hingga waktu dhuhur tiba, saya belum shalat. Biasanya saya shalat berjamaah dengan mamah, tapi ternyata mamah sudah shalat dhuhur duluan karena beliau terbiasa shalat di awal waktu setelah adzan beres.

Saya pun segera terbangun, menyesal sekali terlewat shalat berjamaah shalat dhuhur. Ternyata tak mudah juga menjaga shalat berjamaah 40 hari itu, terutama saat lelah dan malas melanda, mencari pembenaran dan alasan untuk tidak shalat berjamaah. Saya lupa memberitahu mamah untuk menunggu saya shalat berjamaah.

Hari ini, di hari kelima, saya menjadikan anak sebagai alasan atas kemalasan dan ketakberdayaan saya untuk menjaga konsistensi shalat berjamaah. Sebenarnya jika memaksakan diri dan saya lebih meniatkan diri, seharusnya saya bisa mengalahkan rasa kantuk saya, tapi apalah daya, saya memilih menemani anak tidur. Semoga Allah mengampuni kekhilafan saya.

Semoga Bermanfaat

Jumat, 150917.06.00
#ProgramHamil40HariEpisode3#Hari5
#odopfor99days#sesi3#day5


Monday, September 11, 2017

Kemacetan dan Tahajud




Hari Rabu malam, saya mudik ke Tasik bareng keluarga kakak laki-laki saya, sementara suami, nanti menyusul usai mengajar di hari Jumat. Kami berangkat dari Tangerang pukul 10 malam, dan ternyata macet sodara-sodara. Saya fikir jika berangkat di hari Rabu malam, tidak akan padat dan macet seperti malam Sabtu yang kabarnya menjadi malam langganan macet bagi para pemudik. Tapi ternyata tetap padat dan macet karena ada perbaikan jalan di beberapa titik ruas jalan, diantarnya jalur Karawang dan Bekasi.

Karena saya ngantuk berat, jadi saat macet pun, saya bisa tidur, walaupun kurang nyenyak. Sesekali bangun, lalu tidur lagi, trus bangun lagi. Kami sempat berhenti di rest area, pukul 1 malam. Tak terfikir untuk tahajud, karena dengan estimasi waktu, saya prediksikan nyampe rumah di Tasik pukul 3 pagi.

Ternyata kakak saya yang menyetir, pengennya sampe Tasik pas adzan subuh karena dia takut kelewat subuhnya jika datang sebelum subuh. Akhirnya saat menjelang kota Ciawi, rumah orang tua saya, ia melambat-lambatkan dalam menyetir, pelan sekali sampai akhirnya saya terbangun dan ingat belum tahajud.

Saat saya dulu menjalani program hamil 40 hari edisi pertama dan kedua, rasanya tahajud itu ringan sekali, saya merasa itulah saat-saat indah berduaan dan curhat dengan Sang Pencipta. Tapi setelah itu, saya putuskan untuk istirahat sejenak dari program hamil 40 hari, dan ibadah saya pun kacau dan hancur berantakan. Nyaris tak terkontrol. Akhirnya saya mulai lagi di hari Rabu kemarin, jadi memang seperti dikejar-kejar saat sadar belum shalat dhuha, belum tahajud, dan ada rasa penyesalan yang mendalam saat saya tak bisa memenuhi target ibadah.

Friday, September 8, 2017

Memudahkan Urusan Orang Lain



Hari Rabu kemarin, di pagi hari jam 10, saya kumpul ma teman-teman saya sesama alumni Karisma Salman zaman dahulu. Alhamdulillah silaturahmi kami masih tersambung setelah berpisah puluhan tahun. Ada momen yang membuat kami bisa kembali bertemu, seperti ada teman yang sakit, jual beli barang, atau hanya sekedar rujakan bareng.

Saya sudah keluar dari rumah sejak pukul 8 pagi, saya mencari barang titipan siswa yang lumayan agak susah nyari nya. Saya mencarinya sejak hari Senin lalu, sampai tadi pagi saya cari di Pasar Modern, ternyata belum ketemu juga. Baru di alfamidi sekitar Rumah sakit Eka, akhirnya saya menemukannya. Senang rasanya jika bisa memberikan pelayanan prima untuk siswa saya. Saya fikir melayani kebutuhan siswa bukan hanya dari sisi akademis, karena sekolah kami sekolah berasrama, maka melayani kebutuhan apapun yang dibutuhkan siswa, adalah termasuk yang harus saya lakukan. 
Saya berharap saat saya memudahkan urusan orang lain, urusan saya juga bisa dimudahkan.

Alhamdulillah hari ini ibadah shalat berjamaah 5 waktu bisa saya tunaikan. Yang masih keteteran adalah mengatur jadwal tadarus, niat sederhana hanya satu juz per hari pun rasanya sebuah perjuangan berat. Dengan banyaknya tugas dan amanah yang harus saya tunaikan, saya tertantang untuk mengatur waktu agar semua urusan, bisa tertunaikan. Mungkin tak bisa optimal di semua lini, tapi usaha untuk  memberi porsi dalam berbagai peran, selalu saya usahakan. 

Thursday, September 7, 2017

Sensasi Mengantar Tamu ke Gambir



Hari Selasa kemarin, teman-teman suami dari Kudus mengadakan studi banding ke sekolah kami. Kami pun menawarkan agar mereka mampir, mumpung masih ada stok daging di kulkas. Alhamdulillah mereka datang pukul 1 siang, kami siapkan menu spesial gulai, bakwan dan telur dadar, beserta pernak pernik minuman sirup dan buah jeruk serta semangka. Para tamu yang berjumlah 8 orang pun bersemangat menghabiskan hidangan yang kami siapkan.

Setelah makan siang, mereka langsung menuju lokasi gedung administrasi, tempat pertemuan untuk penjelasan kondisi sekolah kami. Saya tidak ikut. Sore harinya, usai mereka berdiskusi dan ngobrol dengan para pimpinan madrasah, suami mengajak saya untuk mengantar mereka ke bandara. Saya yang sebenarnya ada jam mengajar usai magrib, akhirnya mendelegasikan mengajar pada Syaikh, kasian kalau suami pulang sendiri usai mengantar tamu ke bandara.

Kami berangkat dari Serpong menuju Gambir pukul 5 sore, alhamdulillah tol lancar, hanya di beberapa titik saja padat. Suami sudah meniatkan diri untuk shalat magrib di masjid Istiqlal, saya sudah deg-degan, dengan kondisi Jakarta yang tingkat kemacetannya tidak bisa diprediksi, awalnya ragu akan bisa menunaikan shalat magrib di masjid Istiqlal, tapi ternyata kalau sudah meniatkan diri, alhamdulillah kekejar, kami tiba di masjid Istiqlal pukul 18.45, hanya tinggal beberapa menit saja siswa waktu untuk menunaikan shalat magrib.

Usai wudhu, saya lihat suami sudah berjamaah di tempat shalat putra, saya yang meniatkan diri untuk kembali memulai semangat shalat berjamaah, bingung bagaimana agar tetap bisa menunaikan shalat berjamaah, sementara di barisan shalat putri tak terlihat ada barisan jamaah shalat magrib. Suami di barisan shalat putra, terlihat berjamaah hanya 5 orang. Akhirnya saya meniatkan diri ikut jamaah putra yang diikuti suami, walaupun ga kedengeran. Sudah dua rakaat terlewati, jika tak terdengar, saya lirik-lirik sedikit jamaah putra, agar tak mendahului imam. Ampuni saya Rab, inilah cara saya agar bisa shalat berjamaah, walau saya harus melirik mata setiap pergantian gerakan shalat. Masalah sah dan diterima tidaknya, saya serahkan padamu.

Alhamdulillah dari masjid Istiqlal, kami menuju Cikini untuk makan malam, barulah setelah itu menuju Gambir. Kami tiba di Gambir sekitar pukul 20.30, dan kami langsung pamit untuk menuju Serpong, alhamdulillah tiba di Serpong pukul 21.20. Setelah rehat sebentar, kami pun shalat isya berjamaah. Alhamdulillah perjuangan hari ini untuk bisa shalat berjamaah, luar biasa tantangannya. Semoga esok bisa lebih baik lagi...

Semoga Bermanfaat

Kamis, 070917.14.30
#ProgramHamil40HariEpisode3#Hari1
#odopfor99days#sesi3#day1

Wednesday, September 6, 2017

Hidup Tanpa Program Hamil ?



Saya memulai program hamil 40 hari yaitu merayu Allah dengan beribadah selama 40 hari di bulan April 2017. Program hamil 40 hari ini sudah saya jalankan dua episode. Bagian pertama hanya bertahan 19 hari, di hari ke-20 saya haid. Setelah itu, saya lanjutkan ke episode dua, dan hanya bertahan 17 hari dan saya haid di hari ke-18. Mari kita rinci episode nya.

     1.      Sabtu 15 April 2017
      Program hamil 40 hari Episode Pertama, hari kesatu, link nya adalah:
      http://novitaungu.blogspot.co.id/2017/04/hari-ke-1-program-40-hari-mencari-si.html

     2.      Jumat, 6 Mei 2017
      Program hamil 40 hari Episode Pertama, hari terakhir, hari ke-20 link nya adalah:
     http://novitaungu.blogspot.co.id/2017/05/hari-ke-20-program-hamil-40-hari.html

    3.      Senin, 15 Mei 2017
     Program hamil 40 hari Episode Kedua, hari kesatu, link nya adalah:
    http://novitaungu.blogspot.co.id/2017/05/hari-1-program-hamil-40-hari-meluruskan.html

     4.      Sabtu, 3 Juni 2017
           Program hamil 40 hari Episode Kedua, hari terakhir, hari ke-18, link nya adalah
           http://novitaungu.blogspot.co.id/2017/06/si-merah-datang-program-hamil-pending.html

Dan di hari Rabu tanggal 6 September ini, bismillah saya memulai lagi Program Hamil 40 Hari Bagian ketiga, setelah berakhir di bulan Juni 2017 dan sempat terpuruk hingga edisi menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas kerja dan komunitas, hingga akhirnya saya tersadar satu hal bahwa hidup saya tanpa Program Hamil 40 Hari ini ternyata kacau banget dan ibadah ga karuan... sungguh tersiksa sekali sibuk dengan berbagai hal tapi satu ruang hati terdalam, ada yang hampa tak tersentuh...

Jadi tanpa ekspektasi apapun, bismillah saya memulai kembali Program Hamil 40 Hari Bagian Ketiga, saya hanya ingin membenahi ibadah saya, kembali mendekat pada-Nya setelah 3 bulan hidup saya carut marut ga karuan. Kuncinya ada pada diri saya sendiri, saya harus fokus memperbaiki diri saya dulu, membenahi ibadah saya, menunaikan kewajiban saya dulu sebelum meminta hak saya. Alangkah malunya saya jika terus meminta pada Allah, sementara kewajiban saya tak saya tunaikan secara sempurna. Ampuni hamba, Rab. Semoga masih ada jalan bertaubat dan kembali pada-Mu...

Semoga Bermanfaat

Rabu, 060917.14.05
#ProgramHamil40HariEpisode3#Hari1
#odopfor99days#sesi3#day1

Aliran Rasa : Eza Sebagai Bintang Keluarga



Tantangan game level #7 ini semakin seru. Dengan tajuk semua anak adalah bintang, saya banyak sekali dapat pencerahan terkait materi parenting yang sangat penting dan berbobot. Diantaranya materi review game level 7 ini sangat mendalam. Bu Septi memberi judul review nya dengan “Discovering Ability”. Saya sajikan disini resume nya.

Ada 4 ranah yang dilakukan para ibu di kelas bunda sayang untuk melakukan proses pencarian potensi kecerdasan anak, yaitu:

      1.      Ranah Intrapersonal (konsep diri)
      Pada ranah ini, yang harus dikuatkan adalah : IMAN dan AKHLAK

      2.      Ranah Interpersonal (hubungan dengan sesama)
      Pada ranah ini, yang harus dikuatkan adalah : ADAB dan BICARA

      3.      Ranah Change Factor (hubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan perubahan)
      Anak harus sadar dengan peran dirinya dalam peradaban masa kini.

      4.      Ranah Spiritual (hubungan dengan Sang Pencipta-Nya)
      Spritualitas yang sesungguhnya adalah kemampuan setiap jiwa untuk hidup selaras dengan Sang         Pencipta, hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

Saat diskusi review di grup fasilitator, kami disadarkan banyak hal oleh Bu Septi, bahwa tugas menjadi orangtua memang tidak mudah dan penuh tantangan. Para orang tua memang harus belajar dan terus memperbaiki diri agar mudah saat mendidik dan mendampingi anak.

Saturday, September 2, 2017

Day 15 Game Level 7 : Sensasi Memegang Sapi



Libur idul adha ini tak memberi saya dan keluarga kesempatan untuk berlibur. Saya dan suami menjadi panitia kegiatan idul adha di sekolah dan sekaligus kantor kami, ditambah pula saya piket asrama di minggu ini. Jadi lengkaplah sudah saya “terjebak” di kantor saat liburan. Dinikmati saja sekaligus sambil beristirahat di rumah.

Momen idul adha 1438 H ini juga sekaligus saya jadikan momentum untuk mengenalkan seluk beluk Idul Adha dan penyembelihan kurban. Eza senang banget saat diajak shalat Idul Adha dan menyaksikan prosesi penyembelihan hewan kurban. Saya fikir Eza akan takut melihat dan menyaksikan sapi dan kambing disembelih, ternyata malah ketawa ketiwi sama teman-temannya, ga ada takut sedikit pun.

Untuk tahun ini, alhamdulillah panitia mendapat amanah untuk mengelola penyembelihan hewan kurban sebanyak 5 sapi dan 26 kambing. Dan berkat kerjasama semua pihak, setelah shalat Jumat, daging kurban pun bisa dibagikan. Alhamdulillah semuanya beres setelah shalat ashar. Eza malah bermain sama teman-temannya entah kemana, sudah bisa kemana-mana sendiri. Alhamdulillah saya bisa leluasa all out di kepanitiaan kurban.

Kemarin, saat sapi datang pada H-2, saya ajak Eza dan temannya memegang sapi. Awalnya ga berani, tapi karena melihat temannya memegang, akhirnya dia berani juga memegang sapi. Bagi anak seusia Eza, aktivitas sederhana seperti itu sangat menyenangkan, mereka berjingkrak jingkrak saking senangnya. Bolak balik melihat sapi dan kambing, lari-lari, kadang ketakutan... ah semoga masa kecilmu menyenangkan dan dikenang selalu sebagai masa kecil yang indah dalam hidupmu, Eza...

Semoga Bermanfaat

Sabtu, 020917.10.00
#Tantangan10HariLevel7
#day15
#KuliahBunSayIIP
#BintangKeluarga

#odopfor99days#semester2#day74

Friday, September 1, 2017

Day 14 Game Level 7 : Sang Bintang (Sok) Pandai Berimajinasi



Kemarin saat temannya Eza yang bernama Arkan main ke rumah, saya tawarkan beberapa buku. Arkan yang usianya jelang masuk SD, senang sekali diberi buku. Ia langsung membaca buku yang disodorkan, sambil melancarkan kemampuan membacanya, sepertinya.

Eza yang melihat temannya membaca buku, tak mau kalah. Ia membuka buku itu terus ia komat kamit seperti menceritakan isi buku. Saya yang awalnya sedang mengerjakan sesuatu di laptop, langsung tak menyia-nyiakan momen langka tersebut. Saya mendokumentasikannya, mulai dari memfoto hingga merekamnya dalam bentuk video. Kelak, jika sudah besar, ia pasti mengenangnya dengan penuh rasa malu dan menjadi bahan obrolan menarik yang lucu. 

Saya takjub dengan kemampuan Eza berimajinasi, ia hanya melihat gambar yang ada dalam buku, tapi kemampuannya mengarang cerita dari gambar, membuat saya terpana. Rasanya jauh lebih baik dia yang berimajinasi dalam menafsirkan gambar, daripada membaca perkata kata-kata yang ada dalam gambar tersebut. Daya imajinasinya akan berkembang, struktur berfikir logis dan sebab akibat terbangun, dan yang paling penting kemampuan mengaitkan satu peristiwa dengan peristiwa lain dalam berbagai gambar, juga terasah.

Saya tidak merencanakan semua ini. Saya hanya mengamati, mengikuti keinginan Eza bermain dan ternyata fithrah anak itu luar biasa. Orangtua tinggal mengarahkan dan mendampingi, potensi anak pasti berkembang dengan sempurna. Jangan banyak dilarang, ikuti saja gaya belajar dan bermainnya, nanti juga akan menemukan kejadian dan kemampuan luar biasa yang dimiliki setiap anak dan berpotensi menjadi bintang dalam kehidupannya. Semoga...

Semoga Bermanfaat

Jumat, 010917.00.10
#Tantangan10HariLevel7
#day14
#KuliahBunSayIIP
#BintangKeluarga

#odopfor99days#semester2#day73

Thursday, August 31, 2017

Day 13 Game Level 7 : Bermain Cat Air



Kemarin, setelah rapat panitia Idul Adha di sekolah, saya sempatkan main bareng Eza, kebetulan ada Arkan teman setianya yang sering main ke rumah. Saya sempat berfikir keras, media apa yang belum saya kenalkan pada Eza. Dulu saat kecil, rasanya sudah mengenalkan cat air, tapi sepertinya masih terhitung jarang. Akhirnya saya rencanakan Rabu kemarin saatnya bermain dengan cat air.

Alat yang dipersiapkan hanya cat air, garpu, kertas dan balok. Saya siapkan 3 warna saja yaitu merah, biru dan orange. Eza saya minta mengambil garpu dan kertas. Dia senang sekali diberi tanggung jawab, kalau disuruh, ia hanya menjawab, “baiklah”. Senangnya punya anak yang ringan tangan dan mudah disuruh.

Setelah saya siapkan cat air di tempat bekas coklat, saya beri contoh untuk mencelupkan garpu di cat airnya, lalu ditempelkan di kertas sehingga terlihatlah bentuk garpu sesuai warna cat nya. Setelah itu, saya minta Eza dan Arkan mempraktekannya. Wuah ternyata mereka senang sekali dengan permainan sederhana itu. Sungguh untuk membuat anak bahagia, ternyata tak sulit dan tak pakai ribet. Menurut kita yang orang dewasa, permainan seperti itu biasa-biasa saja, ternyata bagi anak-anak, itu seruu.

Setelah menggunakan media garpu, saya minta mereka mencelupkan balok berbentuk kubus dan lingkaran, dan ternyata Eza bisa. Bentuk kotaknya berwarna warni dari mulai biru, merah dan orange. Arkan malah lebih kreatif, ia campur beberapa warna itu, penasaran seperti apa jadinya jika beberapa warna itu dicampur. Setelah mereka tampak asyik, saya biarkan mereka bereksplorasi. Tugas saya berikutnya adalah mendokumentasikan momen-momen penting dalam kehidupan Eza.

Semoga Bermanfaat

Kamis, 310817.04.40
#Tantangan10HariLevel7
#day13
#KuliahBunSayIIP
#BintangKeluarga

#odopfor99days#semester2#day72

Wednesday, August 30, 2017

Day 12 Game Level 7 : Serunya Melihat Kepiting



Setelah kemarin memberi makan ikan, rencananya hari Selasa kemarin, Eza akan saya ajak ke Bogor untuk rapat IIP sekaligus main bersama anaknya teman saya. Tapi ternyata papanya Eza tak terlalu mengijinkan, khawatir kecapean katanya. Maka pagi-pagi sebelum berangkat, saya pun berpamitan. Awalnya Eza nangis pengen ikut, tapi setelah dibujuk dan ada temannya datang, sukses lah Eza anteng dengan teman barunya.

Sebelum saya pergi, saya amati Eza sedang bermain dengan temannya Fatih di depan rumah. Setelah saya dekati, ternyata mereka sedang berjingkrak jingkrak karena ada kepiting yang sedang berjalan. Saya pun tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ini momen yang tidak setiap saat datang, saya pun segera mendokumentasikannya. Eza terlihat senang karena baru melihat ada kepiting berjalan depan rumah. Ia mengamati sambil jongkok, mengikuti arah kepiting berjalan.

Mengenalkan hewan pada anak, bisa memupuk empati sang anak. Dulu saat Eza usianya 2 tahun, ada ayam depan rumah, kami memberi makan ayam dengan beras. Akhir-akhir ini, ada kucing yang sering datang ke rumah, saya ajak Eza beli makanan kucing, dan memberikannya saat kucing memperlihatkan tanda-tanda kelaparan. Fithrah anak itu menyukai kebaikan, maka kita sebagai orang tuanya lah yang harus mengajarkannya untuk menyayangi binatang.

Semoga Eza tumbuh menjadi anak yang menyayangi binatang, pecinta lingkungan dan menjadi orang yang bermanfaat bagi umat. Aamiin

Semoga Bermanfaat

Rabu, 300817.05.50
#Tantangan10HariLevel7
#day12
#KuliahBunSayIIP
#BintangKeluarga
#odopfor99days#semester2#day71

Tuesday, August 29, 2017

Day 11 Game Level 7 : Berbinar Saat Memberi Makan Ikan



Tantangan kelas bunda sayang level 7 ini, membuat saya harus kreatif memberikan aktivitas yang bervariasi pada Eza. Sebenarnya sejak mengikuti kelas bunda sayang, saya ditantang untuk banyak membuat aktivitas dan bermain bersama Eza, dan mendokumentasikannya. Semakin lama, jadi ketagihan deh membuat aktivitas untuk bermain bareng Eza.

Kemarin, saya ajak Eza dan temannya Arkan untuk bermain di dua tempat. Satu di Tandon Ciater untuk memberi makan ikan. Setelah itu diajak ke wahana bermain anak di daerah Taman Jajan BSD.
Saat saya ajak Eza dan temannya untuk memberi makan ikan, mereka senang sekali. Saya perhatikan, ternyata Eza senang sekali berteman, pergi bareng temannya, tidak seperti saya yang lebih suka menyendiri. Eza ini banyak mewarisi karakter papanya. Sudah berkali kali saya mengajak Eza memberi makan ikan dengan papanya, tapi saat kemarin mengajak temannya untuk ikut memberi makan ikan, wah terlihat sekali wajahnya tambah ceria dan rona bahagia pun terpancar dari wajahnya.

Setelah memberi makan ikan, saya mengajak mereka ke wahana bermain di daerah Taman Jajan. Ini lokasi favorit karena wahana ini bervariasi jenis mainannya dan terutama gratiis heuheu serasa mendapat durian runtuh emak emak mah kalau dapat yang gratisan tuh.

Saat kami tiba disana, ada beberapa orang yang sedang bermain akrobat sepeda (saya tak tahu namanya apa). Eza sama temannya awalnya hanya memperhatikan sambil duduk, takjub sepertinya melihat akrobat sepeda. Setelah itu, baru mereka bermain perosotan, lari-larian dll. Dan mereka pun saya tantang untuk naik batu ini... alhamdulillah mereka bisa naik ke atasnya, yang lumayan tinggi.


Anak selalu tertarik dengan berbagai aktivitas outdoor. Nikmatilah saat bermain mu, Mas Eza karena itu takkan berlangsung lama. Waktu berlalu begitu cepat dan perlahan, remaja dan dewasa akan segera menghampirimu. Bersiaplah ...

Semoga Bermanfaat

Selasa, 290817.22.15
#Tantangan10HariLevel7
#day11
#KuliahBunSayIIP
#BintangKeluarga

#odopfor99days#semester2#day70

Monday, August 28, 2017

Day 10 Game Level 7 : Sang Bintang si Pecinta Lingkungan



Mendidik anak itu butuh ilmu dan konsistensi yang kuat dari kita para orang tuanya. Kadang saya sebagai orang tua jenuh dan lelah hingga tak kuat untuk menerapkan disiplin secara konsisten, tapi bagaimana pun kondisinya, anak adalah bintang keluarga dan selalu menjadi hiburan saat jenuh melanda.

Seperti kemarin, saat saya ajak Eza ke atm, saya kaget, takjub sekaligus bangga saat saya menyaksikan Eza memungut kertas-kertas ATM yang berserakan lalu dia masukkan ke tempat sampah yang tersedia. Usia dia baru 3,5 tahun, tapi kemampuan dia beradaptasi, mencerna apa yang saya sosialisasikan, sangat bagus hingga saya tak sadar, doktrin positif apa saja yang sudah saya terapkan. Dulu, usia saya segitu tak sematang Eza yang sangat mencintai lingkungan, hingga memungut sampah tanpa saya suruh.

Saya hanya MEMBIASAKAN, agar Eza membuang sampah di tempatnya. Jika kami pergi ke suatu tempat dan Eza makan sesuatu trus ada bekasnya, lalu belum ada tempat sampah yang terlihat, saya hanya meminta Eza untuk menyimpannya terlebih dahulu dan nanti dibuang ke tempat sampah, jika sudah ada tempat sampahnya. Hanya sesederhana itu. Tapi saya tak menyangka efeknya dia akan memiliki kesadaran sehebat itu.

Saat saya ajak ke ATM, dan Eza melihat kertas-kertas ATM yang berserakan, dia bisa saja memilih diam dan tidak peduli dengan sampah-sampah itu. Tapi dia memilih mengambilnya lalu membuangnya ke tempat sampah secara sadar dan sukarela, untuk anak usia 3,5 tahun, bagi saya adalah hal yang luar biasa. Bintang pecinta lingkungan untuk bunda dan papanya.

Postingan Favorit