Thursday, May 11, 2023

Mudik 2023/1444 H



Alhamdulillah pada hari raya Idul Fitri 1444 H kemarin, saya dan keluarga kecil bisa mudik ke kampung suami di Kudus dan ke desa tempat orangtua saya tinggal di Tasikmalaya. Setelah mamah tiada, memang banyak tradisi yang hilang dan berubah. Keluarga besar saya, tidak lagi wajib mudik di hari H lebaran, tapi menjadi lebih leluasa terkait waktunya. Lebaran menjadi lebih santai dan tidak terlalu sibuk dengan tradisi “wajib” lebaran seperti tahun-tahun sebelumnya seperti membuat kue, membeli baju baru dan lain-lain.

Maka setiap tahun, mudik wajib saya hanya ke Kudus. Untungnya saya dan suami bekerja di tempat yang sama, jadi liburnya juga bareng. Sehingga sangat mudah merencanakan mudik. Di Kudus, ada tradisi malam takbiran yang ditunggu-tunggu Eza yaitu takbir keliling. Tradisi ini sangat berkesan buat Eza karena menyambut idul fitri dengan berbagai atribut yang seru. Semoga itulah yang terekam indah dalam masa kecil Eza bahwa tradisi lebaran itu sangat menggembirakan.


Saat hari H lebaran, kami shalat ied dekat rumah, dilanjutkan dengan sungkeman dan keliling untuk bermaaf-maafan ke tetangga dekat rumah. Dan menyambut tamu di rumah, yang banyak berkunjung untuk berlebaran dengan mertua. Setelah itu, ada undangan ke rumah Bude untuk makan bakso. Wah ini mah undangan yang tak boleh dilewatkan begitu saja. Karena di Kudus tradisi masak kupat nya bukan hari H lebaran, tapi seminggu setelah lebaran, maka undangan makan bakso ini menjadi yang dinantikan karena bakso adalah makanan sejuta umat hehe.

Setelah itu, kami sekeluarga keluarga besar hingga menjelang maghrib. Lumayan melelahkan, tapi seru dan membahagiakan. Sambil berbagi rejeki melalui angpaw lebaran, saya sambil mengamati kondisi sekitar tetangga mertua. Banyak yang sudah memiliki rumah bagus, mobil yang mulai menghiasi beberapa rumah, mencerminkan bahwa penduduk Kudus banyak yang sudah berhasil meningkat kehidupan ekonominya. Ada yang anak-anaknya merantau ke ibukota, ada juga yang tetap tinggal di rumah sambil menjaga kedua orangtuanya.

Suasana kekeluargaan yang kental dalam keluarga besar masih bisa dirasakan. Saling berkunjung antar sepupu, antar keluarga kakek dan nenek, masih terjadi dan guyub. Suasana yang sudah jarang bisa dirasakan di kota-kota besar, atau tergantung pada keluarganya juga. Dan yang unik dan mungkin tidak terjadi di kota lain, para laki-laki saat berkunjung dan bersilaturahmi, pakaian seragam wajibnya adalah SARUNG. Praktis dan menjadi enak dipandang karena khas dengan tradisi Islam nusantara. Selain di Kudus, tradisi ini masih bisa ditemukan di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Jawa Barat saja, sudah tidak banyak ditemukan, paling hanya beberapa daerah sekitar pesantren saja. Ini tradisi menarik dan patut dipertahankan, karena mencerminkan tradisi asli muslim Indonesia.

Demikianlah kisah mudik keluarga saya tahun ini. Tahun ini Eza alhamdulillah masih bisa ketemu mbah nya lengkap di Kudus, sementara dari keluarga saya, Eza hanya bisa ketemu abah, kakeknya dan tak bisa lagi bersua dengan mamah, neneknya yang telah wafat 3 tahun lalu. Eza hanya bisa berziarah ke makam Mamah tahun ini. Alfatihah untuk Mamah.

 

Serpong, 11 Mei 2023, 10.45

Eva Novita Ungu

No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit