Friday, February 3, 2023

Bagaimana Dunia Setelah Amerika diambang Kehancuran?

 

Resensi Buku: The Post American World

Judul                : The Post American World

Terjemah         : Gejolak Dunia Pasca Kekuasaan Amerika

Penerjemah      : Reni Indardini

Penulis             : Fareed Zakaria

Penerbit           : PT Bentang Pustaka

Terbit              : 2015

Tebal               : 336 halaman

 

Buku ini terdiri dari 8 bagian yaitu

 


Pendahuluan

Pada bagian pendahuluan ini, dibahas tentang potensi kemunduran negara Amerika dan potensi munculnya kebangkitan negara Tiongkok dan negara negara “lain” seperti Turki, Brasil, India, dan negara lain yang akan “mengancam” kehebatan Amerika pada masanya.

Pada bagian ini dijelaskan sekilas mengapa Turki, Brasil, India bisa muncul sebagai negara yang berpotensi mejadi negara maju di masa depan

 

Kebangkitan “Yang Lain”

Pada bagian ini, dipaparkan beberapa fenomena dan fakta potensi munculnya kebangkitan beberapa negara di masa depan, seperti Brasil, Meksiko, Dubai, Korea Selatan, Argentina dan lain-lain. Maka menurut penulis buku ini, tidak tepat jika disebutkan abad ini sebagai “kebangkitan Asia” karena semua negara sedang bergerak secara beriringan untuk saling menunjukkan kuasa dan prestasinya.

“Sementara negara-negara menjadi kuat dan kian kaya, bangsa-bangsa berkembang akan semakin berperan penting dan semakin percaya diri” (h. 5). Dan fenomena baru muncul, bahwa yang bangkit bukan hanya negara, tapi muncul aktor-aktor lain baik individu, kelompok kecil, lembaga non pemerintah dan siapapun yang menguasai ekonomi dan militer.

Maka seperti apakah dunia pasca (kemunduran) Amerika?

 

 

Berebut Kue Kemakmuran

Penulis buku ini menyatakan ketidaksetujuannya dengan pihak-pihak yang mengatakan bahwa perang di masa depan takkan terjadi lagi. Selama sifat manusia tidak berubah, maka kemungkinan terjadinya perang, akan selalu terjadi. Bagian ini juga membahas tentang ancaman Islam melalui berbagai jaringan (yang dianggap) teroris seperti Al Qaeda.

“Di Barat, dampak terorisme kian berkurang sejalan dengan tiap serangan baru. Setelah 11 September, pasar finansial global terpuruk dan baru kembali ke level 10 September dua bulan berselang. Selepas pengeboman di Madrid tahun 2004, bursa saham Spanyol pulih sebulan kemudian.” (h. 19)

Pada bagian ini juga dijelaskan 3 faktor pendorong maju mundurnya sebuah negara yaitu politik, ekonomi dan teknologi. Dan ditambah kekuatan finansial yang menjadi “tuhan” baru dalam hal kedaulatan sebuah negara. Bagaimana sebuah negara mendapat tekanan begitu dahsyat saat diberi “bantuan” yang padahal intinya adalah dipaksa untuk berhutang. Belum lagi, masalah sumber daya alam dan lingkungan yang menjadi masalah paling akut yang ditimbulkan sebuah kata bernama kemakmuran. Hutang tumbuh menjadi jantung dari semua persoalan. Tidak hanya level negara, bahkan tingkat rumah tangga pun, sudah lazim dan hobi dengan yang namanya hutang. Awalnya semua mengagumi sistem keuangan Amerika, tapi sejak runtuhnya Wall street, negara lain pun bangkit dengan membuat sistem ekonomi sendiri. Amerika pun perlahan lahan harus rela dengan berakhirnya keadikuasaannya.

Di dunia pasca Amerika, pemain kuat yang baru di kancah global akan lebih tegas dalam memperjuangkan kemerdekaannya. (h. 45). Ironisnya, kebangkitan “yang lain” adalah buah dari ide dan tindakan Amerika (h. 69) yang berkeliling dunia dan mendorong negara-negara lain untuk membuka pasar dan menerapkan keterbukaan politik. Amerika sukses mengglobalisasi dunia, tapi lupa mengglobalkan dirinya sendiri (h. 69).

 

 

Dunia Non Barat

Bab ini diawali dengan sejarah Columbus pada tahun 1942, yang ternyata dibantah sebagai ekspedisi pelayaran pertama. Ternyata pada tahun 1405, sudah ada laksamana Cheng Ho yang melakukan ekspedisi pelayaran yang lebih besar dari Columbus. Dalam tujuh pelayarannya antara tahun 1405-1433, Cheng Hp mengarungi perairan Samudera Hindia dan berkeliling Asia Tenggara (h. 71).

Pada sub bab “Apakah Budaya Sudah ditakdirkan?”, dijelaskan panjang lebar, faktor apa saja yang membuat Tiongkok dan India bangkit dengan berbagai strategi. Sekilas disinggung juga dengan topografi Eropa dan kondisi Timur Tengah di benua Afrika yang secara politik, didominasi oleh sentralisasi kekuasaan. Bagaimana semua faktor itu, topografi dan politik, saling mempengaruhi dalam menjadikan sebuah negara, menjadi berkuasa atau dikuasai yang lain.

Modernisasi dan westernisasi, dibahas juga dalam bab ini. Menurut Samuel P Huntington, modernisasi tidak sama dengan westernisasi. Barat sudah menjadi “Barat” sebelum modern. Karakter khas nya sudah muncul sekitar abad ke-8 atau ke-9, tapi baru menjadi “modern” kira kira pada abad ke-18. (h. 97). Bahasa Inggris tampil menjadi bahasa yang paling luas penyebarannya di seluruh dunia. Walaupun bahasa Inggris mendominasi, tapi pertumbuhan terbesar dalam siaran telvisi, radio dan internet adalah konten yang berbahasa lokal.

Tiongkok dan India, diprediksi akan muncul menjadi negara yang bangkit di masa depan. Pergeseran yang terjadi di dunia, bukanlah masalah budaya, tapi masalah kekuasaan.

 

 

Sang Penantang

Pada bab ini, penulis membahas beberapa faktor yang membuat Tiongkok muncul sebagai ancaman bagi Amerika di masa depan, terutama dari aspek ekonomi. Walaupun ada juga yang meragukan catatan ekonomi Tiongkok yang dimanipulasi, indikasinya dengan munculnya korupsi, kesenjangan makin meningkat dan perbankan diambang kebangkrutan.

Menariknya, faktor keyakinan dan agama di Tiongkok tidak dianggap penting. Para pebisnis Barat menganggap bahwa rekan bisnis di Tiongkok sering mengabaikan aturan, hukum dan kontrak. Panduan perilaku mereka adalah etika situasional. Hal inilah yang menjadikan kemajuan politik dan hukum di Tiongkok menjadi rumit dan berliku-liku.

 

 

Sekutu

Penulis membahas secara rinci pada bab ini tentang kemungkinan negara Tiongkok dan India akan tampil maju di masa depan. Persepsi kita terhadap negara India sebagai negara yang miskin, semrawut dan infrakstuktur yang buruk, perlahan diperbaiki dengan bangkitnya industri perfilman dan bisnis fashion yang semakin merambah dunia. Demokrasi di India, dianggap sebagai keberhasilan negara dalam menjada stabilitas jangka panjang.

Tapi meskipun India sukses di beberapa dimensi, tak dipungkiri, India juga gagal dalam bidang lainnya seperti rendanya skor India dalam indeks pembangunan manusia PBB, korupsi di sektor pemerintahan India dan gagalnya kebijakan luar negeri India.

Dalam hal keyakinan, India yang mayoritas penduduknya beragama Hindu, tidak mengimani Tuhan yang Maha Esa, tapi mereka mengimani ratusan ribu dewa. Tiap sekte dan subsekte Hinduisme, memuji dewa, dewi atau roh suci yang berbeda-beda. Tiap keluarga meracik Hinduisme  versinya masing-masing. Umat Hindu sangat praktis dan toleran, walaupun konflik antara Islam dan Hindu di India, tak bisa dihindari.

 

Aset Amerika

Pembahasan bab ini dimulai dengan sejarah bangkit dan hancurnya Britania di dunia serta munculnya Amerika sebagai negara adidaya. Perbandingan Amerika dan Britania juga bisa dilihat dari anggaran militer masing-masing. Amerika membelanjakan anggaran untuk riset dan pengembangan pertahanan melampaui seluruh negara lain di dunia. (h. 223). Pendidikan tinggi adalah juga industri terbaik Amerika. Industri otomotif dan para pekerja Amerika sedang kehilangan “taring” nya seiring dengan pupusnya akses istimewa para pekerja Amerika terhadap kapital Amerika dan dampak negatif dari diberlakukannya jaminan kesehatan hanya bagi para pekerja, sehingga jika para pekerja ini kehilangan pekerjaan, maka hak atas jaminan kesehatan pun menjadi sirna. Inilah yang membuat pekerja Amerika lebih khawatir kehilangan pekerjaan dibanding pekerja negara lain.

Problematika ekonomi Amerika, penyebabnya bukanlah inefisiensi, tapi kebijakan yang salah yang dibuat pemerintah. Ujian Amerika ke depan adalah di bidang politik. Sanggupkah Washington menerima dunia baru ini apa adanya? Mampukah Amerika berjaya di dunia yang tidak bisa lagi didominasinya? (h. 268).

 

 

Tujuan Amerika

Saat ini Amerika masih merupakan negara adidaya tapi kegagahannya sudah semakin berkurang. Perekonomiannya bermasalah, nilai tukarnya merosot, kondisi dalam negeri yang tidak stabil dan munculnya negara-negara lain yang mulai menguasai dunia dari aspek ekonomi, keuangan dan budaya. Kebangkitan yang “lain” masih membutuhkan proses panjang, dan Amerika masih memiliki peluang untuk menjadi penengah global, bukan lagi sebagai negara adikuasa.

Setidaknya menurut penulis, ada 6 hal yang bisa dilakukan yaitu

1.      Perlu adanya skala prioritas dan perlunya mengubah pendekatan terhadap pendekatan masalah internasional.

2.      Petakan pedoman umum, bukan kepentingan sempit, contohnya terkait isu terorisme dan proliferasi nuklir.

3.      Jadilah Bismarck, bukan Britania. Atau perbaiki komunikasi internasional dengan negara lain.

4.      Terapkan tatanan sesuai kebutuhan

5.      Berpikirlah secara asimetris

6.      Legitimasi adadlah kekuasaan

Keuntungan krusial Amerika saat ini adalah ketiadaan populasi domestik yang mengalami radikalisasi. Umat Muslim Amerika umumnya berasal dari kelas menengah, moderat dan sudah berasimilasi. Mereka mencintai dan menaruh harapan besar pada Amerika. (h. 315). Sayangnya aset tersebut terancam disia siakan. Jika para pemimpin Amerika mulai menyiratkan bahwa seluruh populasi Muslim mesti dicurigai, hubungan komunitas muslim dan negara akan berubah. Pada akhirnya keterbukaan adalah aset Amerika yang terbesar. Agar Amerika berjaya di era baru nan menantang ini, agar Amerika sukses ditengah-tengah bangkitnya “yang lain”, negara tersebut hanya perlu lulus satu ujian yaitu Amerika harus menjadi tempat yang ramah dan memikat (h. 323) di mata semua pihak, baik penduduk maupun warga asing yang berkunjung.

 

Serpong, 3 Februari 2023

Eva Novita Ungu


No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit