Pernikahan
yang baik bukanlah pernikahan tanpa konflik. Justru adanya konflik akan membuat
sepasang suami isteri belajar cara memenej konflik, belajar memahami
karakteristik pasangan lebih mendalam, belajar menyelesaikan masalah dengan
sebijak mungkin dan menjadikan sebuah pernikahan lebih berwarna.
Suatu
hari, sepasang suami isteri dikaruniai rejeki dengan kemampuan membeli sebuah
mobil. Mereka ingin kehidupannya bersama anak anak mereka lebih nyaman dengan
adanya mobil. Mobilitas untuk bersilaturahmi dan sebagai kewaspadaan jika
terjadi peristiwa yang tak diinginkan seperti sakit dan musibah lain, menjadi
alasan kuat yang tak terhindarkan bagi mereka dalam mempertimbangkan untuk
membeli mobil.
Dan
ternyata, seiring berjalannya waktu, adanya mobil tersebut bermanfaat sekali
bagi kehidupan pernikahan mereka yang baru diikaruniai seorang anak ini. Ajang silaturahmi
melalui mudik dan liburan, menjadi agenda rutin yang selalu dinanti nanti. Membengkaknya
anggaran tentu saja tak terhindarkan, namun dengan niat sedekah dan berbagi,
pasangan suami isteri pun tetap bertahan dengan agenda rutin mudik tahunan dan
liburan ini.
Hingga,
ujian itu datang menerpa keluarga mungil ini. Saat teman sang suami ingin
meminjam mobil. Awalnya sang istri keberatan. Bukan karena pelit tak ingin
meminjamkan atau menyewanamun adanya acara yang tak terprediksi, atau musibah
yang seringkali datang tanpa diundang, menjadi argumentasi yang coba diajukan
sang istri kepada suaminya. Namun suaminya mengungkapkan pertimbangan lain yang
dapat meyakinkan istrinya bahwa sd
emuanya akan baik baik saja. Akhirnya sang istri pun luluh, jadilah mobil
tersebut dipinjamkan kepada temannya.
Dengan perjanjian
akan meminjam dan menyewa selama 3 hari, sang peminjam pun mengambil mobilnya. Tanpa
diduga sebelumnya, musibah pun datang. Keluarga suaminya sakit dan kemudian
meninggal, namun apa daya, taziah pun terlewatkan gara gara tak ada kendaraan. Bagaimanapun,
karena ini adalah kesepakatan sepasang suami isteri, maka resiko dari apa yang
telah disepakati, harus ditanggung bersama pula.
Ternyata janji
sang peminjam pun molor satu hari. Telat mengembalikan dan kondisi mobil sangat
kotor, menjadi awal perdebatan sepasang suami isteri ini. Ditambah pula dengan
tarif peminjaman yang tak jelas, membuat sang suami malas berurusan lebih
lanjut dengan sang peminjam. Urusan dengan peminjam mobil (dianggap) selesai,
ternyata tak berbanding lurus dengan urusan sepasang suami isteri ini. Sang isteri
pun ngambek, diam saja tak mau berkata atau ngobrol dengan sang suami walau
suaminya sudah berusaha mendinginkan suasana.
Setelah beberapa
hari, suaminya dengan tekun mencoba menyelesaikan episode marahan ini. Dengan diajak
ngobbrol, luluh lah hati sang isteri. Mulailah mereka belajar cara
berkomunikasi dengan pasangan, saling mengkomunikasikan apa yang dirasakan agar
tak salah faham, hingga cara menyelesaikan konflik pun menjadi sebuah pembelajaran
positif dari apa yang sudah dialami sepasang suami istri. Tak pernah ada yang
kebetulan dan tak ada yang sia sia dari perjalanan yang sudah dialami siapapun.
Selalu ada hikmah dalam setiap peristiwa yang dilami, tinggal kepekaan
seseorang lah yang menentukan mau atau tidak untuk menerima dan mempelajari
hikmahnya, walau kadang terasa menyakitkan.
#ODOPfor99days#day56
No comments:
Post a Comment