Saturday, November 11, 2017

Semangat Shalat, Semangat Berwudhu



Dulu saat Eza berusia 2,5 tahun, ia selalu semangat saat diajak ke masjid untuk shalat berjamaah. Tapi sejak senang bermain di usianya menjelang 4 tahun, ia lebih senang bermain dan memilih untuk tetap di rumah dibanding ikut bunda papanya ke masjid. Saya pun galau bin gelisah. Seharusnya semakin bertambah usianya, semakin semangat untuk pergi ke masjid. Memang beberapa kali saat diajak ke masjid, Eza pernah nyaris buang air besar di karpet masjid, sempat pipis juga, yang akhirnya membuat papanya ragu untuk selalu mengajak Eza ke masjid.

Apalagi sekarang saat ia bermain ke rumah temannya, mulai kenal dengan istilah loading, download, game, yang biasanya di rumah dibatasi hanya boleh menonton diva series atau upin ipin, Tayo dan tayangan anak lainnya, sekarang sudah mengenal istilah youtube dan game. Semakin besar, tantangan kids zaman now memang semakin berat, dan tugas kami sebagai orangtua tentulah juga semakin menantang.

Kemarin, saat turun hujan yang bersamaan dengan berkumandangnya adzan magrib, saya berfikir keras untuk mengajak Eza shalat magrib. Biasanya saya dan papanya memang asal berangkat saja ke masjid, tidak menyuruh dan mengajak Eza untuk ikut shalat. Kemarin, saya coba mengajaknya perlahan,
“Mas, shalat magrib yuks,”
Tanpa disangka ternyata jawabannya ringan saja, “Ayo bunda”

Hah? Ternyata saya hanya berprasangka, mengira bahwa Eza akan sulit diajak shalat berjamaah, fitrah anak tetaplah baik dan menyukai kebaikan. Memang orangtuanya lah yang seringkali lalai dan lupa mengajak.

Lalu, saya minta Eza untuk berwudhu di kamar mandi belakang. Ternyata ia semangat sekali. Saya pun tak lupa mengabadikan momen berharga saat Eza berwudhu. Papanya yang bertugas mengajari cara dan tahapan berwudhu. Lalu kami shalat berjamaah di mushala mungil rumah kami. Indahnya kebersamaan ini. Terima kasih Allah...

Semoga Bermanfaat

Sabtu, 111117.08.30
#Tantangan10Hari
#Level9Day8
#KuliahBunsayIIP
#ThinkCreative

#odopfor99days#sesi3#day49

Doa dan Perbuatan Dzalim



Pagi tadi, saya bangun kesiangan, tak sempat tahajud dan bangun tepat saat adzan shubuh berkumandang. Alhamdulillah masih diberi kesempatan untuk bisa shalat shubuh berjamaah di masjid, walaupun tadi Eza sempat bangun dan melarang saya ke masjid, saya tetap berangkat, untungnya Eza tidur lagi. Alhamdulillah

Hari ini, saya mengawas try out kelas XII di sekolah. Sambil ngawas, saya browse berita-berita, dan sampailah saya pada tulisan teman saya yang sukses sebagai Profesor di Jepang dan memilih untuk kembali ke Indonesia, tulisannya berjudul The Power of Doa. Ternyata kesuksesannya selama ini adalah buah dari hasil kerja keras dan doanya, terutama doa dari almarhumah ibunya.

Yang membuat saya tersentak adalah tulisannya berikut ini, saya seperti baru membaca pernyataan keren yang membuat saya tertampar:

“Perbuatan dzalim dan doa sangat berkaitan. Doa adalah senjata dan juga perisai orang beriman. Orang yang doanya tidak dikabulkan oleh Allah ibarat seekor harimau yang tidak punya taring. Sebaliknya, orang yang doanya mudah diterima Allah akan ditakuti sebagaimana kita takut jika kita (tidak sengaja) mendzalimi orang lain, karena orang-orang yang terdzalimi dekat dengan Allah dan doanya dikabulkan Allah SWT.”

Seperti yang terlihat di gambar, ternyata dosa dan kedzaliman itu adalah pemisah dan pembatas kita dari Allah. Jadi semakin banyak dosa dan kedzaliman yang saya lakukan, sesungguhnya kita sedang menjauhkan diri dari Allah dan tidak melibatkan Allah dalam kehidupan kita. Menyeramkan ya...

Friday, November 10, 2017

Menjadi Petugas Upacara Hari Pahlawan



Setiap tanggal 10 November, di sekolah kami secara rutin memperingati hari pahlawan. Ada yang istimewa pada upacara hari pahlawan tahun ini yaitu para petugasnya adalah para guru dan karyawan. Mulai dari pemimpin upacara, pengibar bendera, pembaca naskah UUD 1945, pemimpin pasukan/pleton, hingga paduan suara. Saya dan para wali asrama ditugaskan untuk menjadi pemimpin pasukan sesuai siswanya, saya berarti menjadi pemimpin pasukan kelas XI putri.

Untuk kostum, kami para guru dan karyawan diwajibkan menggunakan seragam korpri, dan khusus ibu-ibu, kerudungnya berwarna biru dongker. Pagi-pagi jam 7, kami berlatih lagi di hadapan para siswa dan siswi sebagai gladi bersih terakhir, karena pemimpin pasukannya baru datang usai tugas PLPG dari luar kota.

Setelah siap, kami pun melaksanakan upacara dengan khidmat. Jika pada saat gladi bersih tadi, masih banyak canda tawa dan komentar seru dari para siswa, maka saat upacara berlangsung, semua mengikuti dengan serius dan sangat khidmat sekali. Alhamdulillah upacara berlangsung lancar. Petugas pengibar bendera berhasil mengibarkan benderanya, dan paduan suara yang terdiri dari seluruh bapa ibu guru dan karyawan yang tidak menjadi petugas, juga melaksanakan tugasnya dengan baik.

Membuat Menara dari Gelas



Saat saya menjamu beberapa siswa ke rumah, biasanya Eza suka nimbrung dan minta perhatian. Ada saja yang heboh diopreknya, maka saya harus mencari cara kreatif agar Eza anteng dan tak “mengganggu” aktivitas saya bersama siswa.

Sambil menunggu kakak kelasnya datang, saya sodorkan beberapa gelas plastik pada Eza. Awalnya dia ingin bantu menuangkan air teh hangat ke dalam gelas plastik ini. Eza memang helpfull orangnya, senang membantu dan sering menawarkan bantuan yang bikin meleleh saya sebagai bundanya. Rasanya saya waktu kecil dan seumuran dia, saya tak seperti dia yang baik banget dan pengen bantu orangtua. Eh ini ko Eza yang belum genap berusia 4 tahun, sering berinisiatif pengen bantu orangtua dalam berbagai hal. So proud of u deh...

Khawatir ada insiden menumpahkan teh hangat di karpet, akhirnya saya ajak Eza bermain-main dengan gelas ini. Awalnya saya biarkan dia bermain-main dengan gelasnya. Sepertinya dia bingung mau bermain apa, akhirnya terjadilah percakapan berikut:

Postingan Favorit