Wednesday, April 30, 2014

Kisah Pohon Mangga

Alkisah, suatu masa dahulu, terdapat sebatang pohon mangga yang amat besar.
Terdapat seorang anak lelaki begitu gemar bermain-main di sekitar pohon mangga itu setiap hari. Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakan mangga sepuas hatinya, dan adakalanya dia beristirahat lalu terlelap di perdu pohon mangga tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat permainannya. Pohon mangga itu juga menyukai anak tersebut.

Masa berlalu

Anak lelaki itu sudah besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan masanya setiap hari bermain di sekitar pohon mangga tersebut. Namun begitu, suatu hari dia datang kepada pohon mangga tersebut dengan wajah yang sedih.
Marilah bermain-mainlah di sekitarku, ajak pohon mangga itu.




Aku bukan lagi anak-anak, aku tidak lagi gemar bermain dengan engkau, jawab remaja itu. Aku mau mainan. Aku perlu uang untuk membelinya, tambah remaja itu dengan nada yang sedih.

Lalu pohon mangga itu berkata, Kalau begitu, petiklah mangga-mangga yang ada padaku. Juallah untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat membeli mainan yang kau inginkan. Remaja itu dengan gembiranya memetik semua mangga dipohon itu dan pergi dari situ. Dia tidak kembali lagi selepas itu. Pohon mangga itu merasa sedih.

Masa berlalu

Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa. Pohon mangga itu merasa gembira. Marilah bermain-mainlah di sekitarku, ajak pohon mangga itu. Aku tiada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin membuat rumah sebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Bisakah kau menolongku? Tanya anak itu.

Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kau boleh memotong dahan-dahanku yang besar ini dan kau buatlah rumah daripadanya. Pohon mangga itu memberikan pandangan.


Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong kesemua dahan pohon mangga itu dan pergi dengan gembiranya. Pohon mangga itu pun turut gembira, tetapi kemudian merasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagi selepas itu.

Masa berlalu

Datanglah seorang lelaki menemui pohon mangga itu. Dia sebenarnya adalah anak lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon mangga itu. Dia telah matang dan dewasa.

Marilah bermain-mainlah di sekitarku, ajak pohon mangga itu.

Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk belayar. Malangnya, aku tidak mempunyai boat (perahu). Bisakah kau menolongku? tanya lelaki itu.

Aku tidak mempunyai boat untuk diberikan kepada kau. Tetapi kau boleh memotong batang pohon ini untuk dijadikan boat. Kau akan dapat belayar dengan gembira, kata pohon mangga itu.


Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pohon mangga itu. Dia kemudian pergi dari situ dengan gembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu.

Namun akhirnya pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin lanjut usia, datang menuju pohon mangga itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon mangga itu.

Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untuk diberikan kepada kau. Aku sudah memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, batangku untuk kau buat boat. Aku hanya ada tunggul dengan akar yang hampir mati kata pohon mangga itu dengan nada pilu.

Aku tidak mau manggamu karena aku sudah tiada gigi untuk memakannya, aku juga tidak mau dahanmu karena aku sudah tua untuk memotongnya, aku juga tidak mau batang pohonmu karena aku tidak belayar lagi, aku merasa lelah dan ingin istirahat, jawab lelaki tua itu.

Jika begitu, istirahatlah di perduku, kata pohon mangga itu. Lalu lelaki tua itu duduk di perdu pohon mangga itu dan beristirahat. Mereka berdua menangis kegembiraan.

Sebenarnya, pohon mangga yang dimaksudkan didalam cerita itu adalah kedua-dua ibu bapak kita. Bila kita masih muda, kita suka bermain dengan mereka. Ketika kita meningkat remaja, kita perlukan bantuan mereka untuk meneruskan hidup. Lalu kita tinggalkan mereka, dan hanya kembali ketika meminta pertolongan apabila kita didalam kesusahan.

Namun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan gembira dalam hidup. Anda mungkin terfikir bahwa anak lelaki itu bersikap kejam terhadap pohon mangga itu, tetapi fikirkanlah, itu hakikatnya bagaimana kebanyakan kita bersikap kepada ibu bapak kita sendiri. Hargailah jasa ibu bapak kepada kita, sebelum semua terlambat dan menyesalah kita sepanjang hayat

Sumber:
http://duniasehatku.blogdetik.com/perihal/

Semoga bermanfaat

Wassalam
Eva Novita
Rabu, 30 April 2014
Pengingat untuk diri sendiri, yang setelah punya bayi, sering lupa utk memperhatikan ortu ..

No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit