Friday, April 18, 2014

Bersyahadat di Dalam Rahim

Judul Buku                  : Bersyahadat di dalam Rahim
Penulis                        : Agus Mustofa
Penerbit                     : PADMA Press
TahunTerbit               : 2007
Jumlah Halaman          : 272

Buku ini merupakan buku ke-16 sang penulis yang secara rutin menulis buku serial diskusi tasawuf modern. Buku ini diawali dengan “puisi” penulis yang diberi judul “Dari Syahadat ke Syahadat”. Saya cantumkan bait awalnya saja:

Hidup tak lebih adalah syahadat
Sejak manusia berada di dalam rahim sang ibu
Sampai kembali ke rahim sang bumi
Sejak badannya belum berbentuk
Sampai hancur kembali
Sejak ruh-Nya ditiupkan ke dalam raga
Sampai sang ruh meninggalkannya



Buku ini terdiri dari 5 bagian besar yaitu Bersyahadat Dalam Komitmen, Bersyahadat Dalam Teori-Syariat, Bersyahadat Dalam Makna, Bersyahadat Dalam Amalan dan Bersyahadat Dalam Kesaksian.

Bagian pertama dibagi lagi menjadi 4 sub bab yaitu Dari Tiada Menjadi Ada, Sang ‘aku’ Diciptakan di Dalam Rahim, Seluruh Tubuh Bersyahadat dan Jiwa Pun Bersyahadat. Bagian kedua terdiri dari 4 sub bab yaitu Tidak Ada Tuhan Selain Allah, Muhammad Rasulullah, Teori Tinggal Teori dan Bersyahadat Tak Masuk Surga. Bagian ketiga dibagi menjadi 4 sub bab lagi yaitu Tuhan Adalah Segalanya, Muhammad Bukan Sekutu Bagi-Nya, Syahadat yang Menggetarkan Hati dan Tersungkur Bersujud Karenanya. Bagian keempat terdiri dari 4 sub bab yaitu Selaraskan Hati, Pikiran dan Amalan; Berlatih Melakukan Amal Kebajikan; Berikhlas Bersabar dan Bersyukur; dan Istiqamah, Kerja Keras, Tawakal. Bagian 5 diakhiri dengan 3 sub bab yaitu Puncak Syahadat, Syahadat Para Rasul dan Kesaksian Seluruh Umat Manusia.

Secara umum, bagian pertama membahas tentang perbedaan jiwa dan ruh serta proses penciptaan manusia dalam rahim seorang ibu. Serta menegaskan bahwa dalam surat al-A’raaf ayat 172, kita semua sudah bersyahadat tentang substansi tauhid yaitu komitmen untuk bertuhan hanya pada Allah saja. Pada bagian kedua, penulis menyatakan penolakan sikapnya terhadap pluralisme yang menyatakan bahwa tuhan semua agama di dunia ini adalah sama. Penulis juga menjelaskan keutamaan Nabi Muhammad dengan sangat unik dan menarik. Pada bagian ketiga, penulis menjelaskan salah kaprah pemahaman sami’naa wa atha’naa yang tanpa diawali proses berfikir. Juga dibahas tentang bersyahadat dalam makna yang menggetarkan hati. Bagian keempat dibahas tentang konsep syahadat yang harus tercermin dalam amalan, sedangkan di bagian terakhir, penulis memaparkan ciri orang-orang yang sudah mengalami puncak syahadat, diantaranya dapat menyerap dan menularkan kebaikan sebanyak mungkin.

Sang Penulis bernama lengkap Agus Mustofa, lahir di Malang, 16 Agustus 1963. Ayahnya adalah seorang guru tarekat yang intens dan pernah duduk dalam Dewan Pembina Partai Tarekat Islam Indonesia, pada zaman Bung Karno. Agus adalah Sarjana Teknik Nuklir UGM Jogjakarta. Selama kuliah, ia banyak bersinggungan dengan ilmuwan-ilmuwan Islam yang berpemikiran modern seperti Prof. Ahmad Baiquni dan Ir. Sahirul Alim, M. Sc yang menjadi dosennya. Perpaduan antara ilmu tasawuf dan sains itulah yang menghasilkan tipikal pemikiran yang unik pada dirinya, yang disebutnya sebagai “Tasawuf Modern”: Pendekatan Tasawuf dalam kekinian. Pernah menjadi wartawan di Jawa Pos sejak tahun 1990, dan pernah menjadi General Manager di media televise lokal milik Jawa Pos, untuk kemudian mengundurkan diri dan sekarang memfokuskan diri untuk menulis buku serial Tasawuf Modern setiap 3 bulan sekali. Karya-karyanya yang sudah terbit, diantaranya, Indonesia Butuh Nukir?; Ternyata Akhirat Tidak Kekal; Terpesona di Sidratul Muntaha, Pusaran Energi Ka’bah, Mengubah Takdir, Ternyata Adam Dilahirkan, dll.

Menurut saya, buku ini menarik karena menggali lebih dalam tentang makna syahadat. Seringkali kita yang sejak lahir sudah menjadi seorang muslim, kurang bisa menghayati makna 2 kalimat syahadat. Nah di buku ini, dijelaskan secara gamblang tentang konsep 2 kalimat syahadat tersebut hingga manifestasinya yang tercermin dalam amalan sehari-hari, disertai beberapa ayat al-Qur’an sebagai dalil penguatnya.

Semoga Bermanfaat

Wassalam
Eva  Novita Ungu
Jumat, 18 April 2014 (yang seharusnya untuk hari Rabu, 16 April 2014)
Merekonstruksi ulang konsep dan makna syahadat itu dapat merefresh kondisi iman kita ……

No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit