Judul Buku : Bersyahadat di dalam Rahim
Penulis : Agus Mustofa
Penerbit : PADMA Press
TahunTerbit : 2007
Jumlah Halaman : 272
Buku ini merupakan buku ke-16 sang penulis yang secara rutin menulis
buku serial diskusi tasawuf modern. Buku ini diawali dengan “puisi”
penulis yang diberi judul “Dari Syahadat ke Syahadat”. Saya cantumkan
bait awalnya saja:
Hidup tak lebih adalah syahadat
Sejak manusia berada di dalam rahim sang ibu
Sampai kembali ke rahim sang bumi
Sejak badannya belum berbentuk
Sampai hancur kembali
Sejak ruh-Nya ditiupkan ke dalam raga
Sampai sang ruh meninggalkannya
Buku ini terdiri dari 5 bagian besar yaitu Bersyahadat Dalam
Komitmen, Bersyahadat Dalam Teori-Syariat, Bersyahadat Dalam Makna,
Bersyahadat Dalam Amalan dan Bersyahadat Dalam Kesaksian.
Bagian pertama dibagi lagi menjadi 4 sub bab yaitu Dari Tiada Menjadi
Ada, Sang ‘aku’ Diciptakan di Dalam Rahim, Seluruh Tubuh Bersyahadat
dan Jiwa Pun Bersyahadat. Bagian kedua terdiri dari 4 sub bab yaitu
Tidak Ada Tuhan Selain Allah, Muhammad Rasulullah, Teori Tinggal Teori
dan Bersyahadat Tak Masuk Surga. Bagian ketiga dibagi menjadi 4 sub bab
lagi yaitu Tuhan Adalah Segalanya, Muhammad Bukan Sekutu Bagi-Nya,
Syahadat yang Menggetarkan Hati dan Tersungkur Bersujud Karenanya.
Bagian keempat terdiri dari 4 sub bab yaitu Selaraskan Hati, Pikiran dan
Amalan; Berlatih Melakukan Amal Kebajikan; Berikhlas Bersabar dan
Bersyukur; dan Istiqamah, Kerja Keras, Tawakal. Bagian 5 diakhiri dengan
3 sub bab yaitu Puncak Syahadat, Syahadat Para Rasul dan Kesaksian
Seluruh Umat Manusia.
Secara umum, bagian pertama membahas tentang perbedaan jiwa dan ruh
serta proses penciptaan manusia dalam rahim seorang ibu. Serta
menegaskan bahwa dalam surat al-A’raaf ayat 172, kita semua sudah
bersyahadat tentang substansi tauhid yaitu komitmen untuk bertuhan hanya
pada Allah saja. Pada bagian kedua, penulis menyatakan penolakan
sikapnya terhadap pluralisme yang menyatakan bahwa tuhan semua agama di
dunia ini adalah sama. Penulis juga menjelaskan keutamaan Nabi Muhammad
dengan sangat unik dan menarik. Pada bagian ketiga, penulis menjelaskan
salah kaprah pemahaman sami’naa wa atha’naa yang tanpa diawali
proses berfikir. Juga dibahas tentang bersyahadat dalam makna yang
menggetarkan hati. Bagian keempat dibahas tentang konsep syahadat yang
harus tercermin dalam amalan, sedangkan di bagian terakhir, penulis
memaparkan ciri orang-orang yang sudah mengalami puncak syahadat,
diantaranya dapat menyerap dan menularkan kebaikan sebanyak mungkin.
Sang Penulis bernama lengkap Agus Mustofa, lahir di Malang, 16
Agustus 1963. Ayahnya adalah seorang guru tarekat yang intens dan pernah
duduk dalam Dewan Pembina Partai Tarekat Islam Indonesia, pada zaman
Bung Karno. Agus adalah Sarjana Teknik Nuklir UGM Jogjakarta. Selama
kuliah, ia banyak bersinggungan dengan ilmuwan-ilmuwan Islam yang
berpemikiran modern seperti Prof. Ahmad Baiquni dan Ir. Sahirul Alim, M.
Sc yang menjadi dosennya. Perpaduan antara ilmu tasawuf dan sains
itulah yang menghasilkan tipikal pemikiran yang unik pada dirinya, yang
disebutnya sebagai “Tasawuf Modern”: Pendekatan Tasawuf dalam kekinian.
Pernah menjadi wartawan di Jawa Pos sejak tahun 1990, dan pernah menjadi
General Manager di media televise lokal milik Jawa Pos, untuk kemudian
mengundurkan diri dan sekarang memfokuskan diri untuk menulis buku
serial Tasawuf Modern setiap 3 bulan sekali. Karya-karyanya yang sudah
terbit, diantaranya, Indonesia Butuh Nukir?; Ternyata Akhirat Tidak
Kekal; Terpesona di Sidratul Muntaha, Pusaran Energi Ka’bah, Mengubah
Takdir, Ternyata Adam Dilahirkan, dll.
Menurut saya, buku ini menarik karena menggali lebih dalam
tentang makna syahadat. Seringkali kita yang sejak lahir sudah menjadi
seorang muslim, kurang bisa menghayati makna 2 kalimat syahadat. Nah di
buku ini, dijelaskan secara gamblang tentang konsep 2 kalimat syahadat
tersebut hingga manifestasinya yang tercermin dalam amalan sehari-hari,
disertai beberapa ayat al-Qur’an sebagai dalil penguatnya.
Semoga Bermanfaat
Wassalam
Eva Novita Ungu
Jumat, 18 April 2014 (yang seharusnya untuk hari Rabu, 16 April 2014)
Merekonstruksi ulang konsep dan makna syahadat itu dapat merefresh kondisi iman kita ……
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Postingan Favorit
-
Jika kita membaca al-Qur'an secara teliti, ada beberapa kata yang digunakan untuk menjelaskan suatu makna. Tentang penciptaan misalny...
-
Secara garis besar, kalam insya’i terbagi menjadi dua yaitu thalabi dan ghair thalabi . Definisi Insya Thalabi adalah yang kalimat ...
-
Nama Allah al-'Afuww,al-Ghafur dan al-Ghaffar jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, artinya sama yaitu Maha Pengampun. Tapi se...
No comments:
Post a Comment