Hari Kamis tanggal 20 April 2017, saya dan keluarga memutuskan untuk mudik
pada rumah orangtua saya di Tasik. Banyak orang berfikir, saat liburan long weekend
seperti minggu ini dimana hari Senin adalah libur nasional peringatan isra
miraj, itu adalah saatnya liburan jalan-jalan ke berbagai tempat wisata, menikmati
kuliner berbagai kota dan berfoto ria di bergai kota atau bahkan negara. Tapi yang
sering terlupakan adalah bahwa orangtua kita juga punya hak atas waktu kita. Orangtua
merindukan kehadiran anak dan cucunya, walau harus repot menyiapkan segala
makanan dan segala tetek bengeknya, tapi justru disitulah letak kebahagiaan
orangtua yaitu saat merasa dibutuhkan anak dan cucunya.
Saya baru menyadarinya beberapa minggu sebelumnya, saat ada tanggal merah di
bulan Maret dan saya menelpon orangtua, keluarlah dari mulut ibu saya, “kirain
mau pada ke Tasik”. Barulah saya sadar, bahwa ternyata kehadiran saya dan
keluarga masih dirindukan. Memang saya sempat hunting tiket untuk menikmati
long weekend di bulan April ini, apalagi hari ini adalah ulang tahun pernikahan
saya yang keempat, pengen gitu sekali-kali menikmati liburan ke kota atau
negara mana gitu bareng suami dan Eza. Tapi setelah mendengar harapan mamah
itu, saya langsung diskusi ma suami, alhamdulillah disetujui. Apalagi pas
mengajak abah saya, dia senang banget saat tahu akan mudik ke Tasik. Maklum sudah
beberapa bulan dia tidak bertemu istrinya, karena abah “bekerja” di Tangerang,
sementara mamah di Tasik. Abah mengajar anak-anak di mushola, sementara mamah
lebih senang menikmati berbagai pengajian di Tasik.
Akhirnya kami berangkat dari Tangerang pukul 22.30 bersama abah saya dan
kakak saya plus anaknya. Kami berfikir jika berangkat malam tidak akan macet. Ternyata
oh ternyata, macet sangat bo. Baru di Jakarta saja sudah macet panjang, entah
itu orang-orang baru pada pulang kerja atau malah baru mau meninggalkan
Jakarta. Yah tidak ada pilihan lain selain menikmatinya. Kami baru tiba pukul 2
malam di rest area km 57. Suami langsung tepar di masjidnya yang indah. Saya yang
penumpang aja pegal dan ngantuk, apalagi suami yang nyetir. Alhamdulillah punya
kesempatan untuk tahajud. Kami melanjutkan perjalanan lagi pukul 3 pagi.