Wednesday, April 29, 2020

HARI 6 : MA’ANI BAGIAN 1: IIJAZ (ايجاز)


Balaghah mencakup 3 tema besar, yaitu pertama, ilmu ma’ani (معاني), yang mempelajari susunan bahasa dari sisi penunjukkan maknanya dan mempelajari cara menyusun kalimat agar sesuai dengan konteks. Kedua, ilmu bayan (بيان), yang mempelajari cara-cara penggambaran imajinatif. Ketiga, ilmu badi’ (بديع), yang mempelajari karakter lafazh dari sisi kesesuaian bunyi atau kesesuaian makna.

Ilmu ma’ani secara umum membahas 8 hal yaitu isnad Khabari, Musnad Ilaih, Musnad, muta’alliqatul fi;l, qashr, insya, fashl dan washl, serta Iijaz Ithnab dan Musawat. Yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah terkait Iijaz (ايجاز).

Dalam terminologi ilmu balaghah, iijaz adalah

الايجاز هو جمع المعاني المتكاثرة تحت اللفظ القليل الوافي بالغرض مع الإبانة والإفصاح

Mengumpulkan makna yang yang banyak dengan lafazh yang sedikit akan tetapi tetap jelas dan sesuai dengan maksud pengungkapannya atau ungkapan untuk menyatakan maksud tanpa ada penambahan kalimat.

Pembahasan iijaz terbagi dua yaitu iijaz dengan hadzf (elipsis) atau menghapus dan iijaz dengan qashr atau meringkas.

Contoh iijaz qashr terdapat dalam surat al-A’raf ayat 199 berikut ini

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ

Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.


Redaksi ayat tersebut cukup pendek, kata-katanya sedikit tapi maknanya sangat mendalam karena menghimpun akhlak-akhlak mulia dalam redaksi yang singkat tapi sarat makna.

Tapi tidak semua ungkapan yang singkat itu dinamakan iijaz. Indikator iijaz adalah singkat tapi sarat makna, sementara jika ada satu redaksi yang singkat tapi tidak mengandung makna yang mendalam, itu dinamakan ungkapan yang ikhlal/cacat.

Demikian contoh dari iijaz qashr.

Sedangkan contoh iijaz hadzf  terlihat dari beberapa jenis berikut ini:

·         Menghapus sebagian kata

Contohnya dalam surat Maryam ayat 20 berikut ini

قَالَتْ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلامٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ وَلَمْ أَكُ بَغِيًّا

Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!"

 

Pada ayat tersebut, redaksi وَلَمْ أَكُ seharusnya adalah  وَلَمْ أَكُنْ tapi huruf nun  nya dihapus.

 

·         Menghapus kata

Contohnya dalam surat Muhammad ayat 15 berikut ini

مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى وَلَهُمْ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَمَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ

(Apakah) perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka, sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya?

 

Pada ayat tersebut, seharusnya ada hamzah istifham (hamzah bermakna apakah) di awal ayat menjadi  أَمَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُون؟

 

·         Menghapus kalimat

Contohnya dalam surat al Baqarah ayat 60 berikut ini

وَإِذِ اسْتَسْقَى مُوسَى لِقَوْمِهِ فَقُلْنَا اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْحَجَرَ فَانْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَشْرَبَهُمْ كُلُوا وَاشْرَبُوا مِنْ رِزْقِ اللَّهِ وَلا تَعْثَوْا فِي الأرْضِ مُفْسِدِينَ

Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing) Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.

 

Pada ayat tersebut, sebelum kata فَانْفَجَرَت seharusnya ada kalimat fadharaba (فضرب) sehingga menjadi  فضرب فَانْفَجَرَت tapi kalimat itu dihapus karena mengisyaratkan cepatnya jawaban Nabi Musa.

 

·         Menghapus lebih dari kalimat

Contohnya dalam surat Yusuf ayat 45-46 berikut ini

وَقَالَ الَّذِي نَجَا مِنْهُمَا وَادَّكَرَ بَعْدَ أُمَّةٍ أَنَا أُنَبِّئُكُمْ بِتَأْوِيلِهِ فَأَرْسِلُونِ

يُوسُفُ أَيُّهَا الصِّدِّيقُ أَفْتِنَا فِي سَبْعِ بَقَرَاتٍ سِمَانٍ يَأْكُلُهُنَّ سَبْعٌ عِجَافٌ وَسَبْعِ سُنْبُلاتٍ خُضْرٍ وَأُخَرَ يَابِسَاتٍ لَعَلِّي أَرْجِعُ إِلَى النَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَعْلَمُونَ

Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada Yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya: "Aku akan memberitakan kepadamu tentang (orang yang pandai) menakbirkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya)."

(Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia berseru): "Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya.”

 

Pada ayat tersebut, ada kalimat panjang yang dibuang yaitu

فَأَرْسِلُونِي إلىَ يُوْسُفَ لِأَسْتَعْبِرَهُ الرُّوْياَ فَأَرْسَلُوْهُ فَأَتاَهُ وَقاَلَ لَهُ ياَ يُوْسُف

 

Sementara menurut Ibnu Qutaibah, ada beberapa model iijaz dalam kitabnya Ta’wil Musykili Al-Qur’an, diantaranya:

1.      Membuang kata yang sandar (mudhaf) sementara kata yang disandari (mudhaf ilaih) menempati posisinya.

Contohnya terdapat dalam surat Yusuf ayat 82 berikut ini

وَاسْأَلِ الْقَرْيَةَ الَّتِي كُنَّا فِيهَا وَالْعِيرَ الَّتِي أَقْبَلْنَا فِيهَا وَإِنَّا لَصَادِقُونَ

Dan tanyalah (penduduk) negeri yang kami berada di situ, dan kafilah yang kami datang bersamanya, dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang benar".

 

Dalam ayat tersebut, kata áhla yang berarti penduduk, sandar kepada kata al qaryah.

2.      Menempatkan kata kerja untuk dua hal, namun pada dasarnya hanya ditujukan pada salah satunya dan kata kerja untuk yang lainnya disembunyikan atau tidak disebutkan.

Contohnya terdapat dalam surat Yunus ayat 71 berikut ini

إِنَّ الَّذِينَ لا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّوا بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ آيَاتِنَا غَافِلُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami,

 

Dalam ayat tersebut, kata ájmi’u yang berarti kumpulkanlah, sepertinya ditujukan kepada dua hal yaitu amrakum (keputusanmu) dan syuraka’akum (sekutumu), namun menurut Ibnu Qutaibah, disini ada kata kerja yang tidak disebutkan yaitu ud’u /ajaklah.

3.      Membuang kalimat jawab karena lawan tutur sudah mengetahuinya disebabkan sudah jelas dalam kalimat syaratnya.

Contohnya terdapat dalam surat ar-Ra’du ayat 31 berikut ini

وَلَوْ أَنَّ قُرْآنًا سُيِّرَتْ بِهِ الْجِبَالُ أَوْ قُطِّعَتْ بِهِ الأرْضُ أَوْ كُلِّمَ بِهِ الْمَوْتَى بَلْ لِلَّهِ الأمْرُ جَمِيعًا أَفَلَمْ يَيْأَسِ الَّذِينَ آمَنُوا أَنْ لَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَهَدَى النَّاسَ جَمِيعًا وَلا يَزَالُ الَّذِينَ كَفَرُوا تُصِيبُهُمْ بِمَا صَنَعُوا قَارِعَةٌ أَوْ تَحُلُّ قَرِيبًا مِنْ دَارِهِمْ حَتَّى يَأْتِيَ وَعْدُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ

Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat digoncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, (tentu Al Qur'an itulah dia). Sebenarnya segala itu adalah kepunyaan Allah. Maka tidakkah orang-orang yang beriman itu mengetahui bahwa seandainya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya. Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sehingga datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.

 

Dalam ayat tersebut, ada kalimat jawab yang tidak disebutkan yaitu “lakaana haadza al-Qur’an”. Kalimat tersebut tidak disebutkan lagi dengan tujuan meringkas atau iijaz karena yang diseru oleh ayat ini sudah mengetahuinya.

 

4.      Membuang satu kata atau dua kata

Contohnya terdapat dalam surat Ali Imran ayat 106 berikut ini

يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ

pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): "Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu".

 

Dalam ayat tersebut, ada dua kata yang tidak disebutkan dengan tujuan meringkas yaitu fayuqalu (فيقال) /dikatakan dan lahum (لهم)/kepada mereka sebelum kata akafartum (أَكَفَرْتُمْ)/kenapa kamu kafir.

Demikianlah beberapa contoh dan penjelasan dari ayat Al-Qur’an yang mengandung ungkapan iijaz. 

Ada beberapa tujuan dari penggunaan ungkapan iijaz yaitu:

ü  Untuk meringkas (الاختصار)

ü  Untuk memudahkan hafalan (تسهيل الحفظ)

ü  Untuk memudahkan pemahaman (تقريب الفهم)

ü  Sempitnya konteks kalimat (ضيق المقام)

ü  Menyamarkan suatu hal terhadap selain pendengar

ü  Menghilangkan perasaan bosan dan jenuh(الضجر والسامة)

ü  Memperoleh makna yang banyak dengan lafadz yang sedikit.

Suatu redaksi/ungkapan dinilai baik jika memenuhi beberapa syarat yaitu pemilihan diksi yang tepat, strukturnya benar dan digunakan pada konteks yang tepat. Maka iijaz dianggap baik jika digunakan dalam tempat-tempat berikut :

ü  Dalam keadaan mohon belas kasih (الاستعطاف)

ü  Mengadukan keadaan (شكوى الحال)

ü  Permohonan ampun (الاعتذارات)

ü  Bela sungkawa (التعزية)

ü  Mencerca sesuatu (العقاب)

ü  Mencela (التوبيخ)

ü  Janji dan ancaman (الوعد والوعيد)

ü  Mensyukuri ni’mat (الشكر على النعمة)


Demikianlah pembahasan tentang iijaz yang termasuk dalam kajian ma’ani dalam ilmu balaghah.

Semoga Bermanfaat

Referensi :

·         Balaghah untuk semua, Prof. Hidayat

·         Ensiklopedia Mujizat Al Qur’an dan Hadits, Kemujizatan Sastra dan Bahasa Al Qur’an, Hisham Thalbah dkk.

·         Al Balaghah al’Arabiyyah, Haniah,Lc,MA yang mengutip dari Ibnu Qutaibah, Ta’wil Musykili Al-Qur’an

·         Ilmu Ma’aniy, Basyuni Abdul fattah fayud, Kairo: Maktabah Wahbah.

·         Pengantar Ilmu Balaghah, Mamat Zaenuddin & Yayan Nurbayan, Bandung: PT Refika Aditama.

Wassalam

Serpong, Rabu 29 April 2020/6 Ramadhan 1441 H, 06.55

#KolaborasiZaiNovi

#ProyekRamadhanAlZayyan1441H

#AlZayyanHari6

#Karya7TahunPernikahan

#SerunyaBelajarBahasaArab

No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit