Tuesday, June 5, 2018

Al Zayyan Hari 20 : Penggunaan Fi’il (Kata Kerja) dengan Kata Ganti yang Bervariasi untuk Kata Malaikat




Ada fenomena menarik dalam Al-Qur’an saat menceritakan tentang Malaikat, terutama dari segi penggunaan fi’il atau kata kerjanya. Dari sisi bentuk kata, Malaikat adalah termasuk kata benda muannats atau berjenis kelamin perempuan, karena ada tanda ta marbuthah  di akhir sebagai ciri kata benda muannats. Kata malaikat adalah bentuk jama’ dari kata malak (ملك).

Ternyata, Allah menggunakan fi’il yang bervariasi saat berbicara tentang malaikat, kadang di satu ayat tertentu menggunakan kata kerja dengan bentuk mudzakkar atau berjenis laki-laki, tapi di ayat lain ada juga yang menggunakan kata kerja dengan bentuk muannats atau berjenis perempuan. Mari kita lihat contohnya

Menggunakan fiil madhi mudzakkar

فَسَجَدَ الْمَلائِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ
Lalu seluruh malaikat itu bersujud semuanya. (Surat Shad ayat 73)

Pada ayat tersebut, kata kerja yang digunakan adalah fiil madhi (past tense) yang berjenis laki laki yaitu kata sajada. Jika berjenis perempuan, seharusnya menggunakan kata sajadat ((سجدت.

Lalu, dalam ayat berikut, menggunakan fiil berjenis perempuan (muannats) yaitu :

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (Surat Fushilat ayat 30).

Pada ayat tersebut, kata kerja yang digunakan adalah fiil mudhari (present tense) berjenis muannats yaitu kata tatanazzalu (تَتَنَزَّلُ).

Tentu ini menjadi pertanyaan besar, mengapa Allah menggunakan kata kerja yang seolah-olah tidak konsisten saat berbicara tentang Malaikat? Kenapa kadang menggunakan bentuk mudzakkar atau maskulin, dan di tempat lain bentuk muannats atau feminin yang digunakan. Ini menjadi perhatian banyak ulama bahasa dan bahkan para mufassir tekait hikmah dan rahasia dibalik fenomena menarik ini. Begitulah bahasa Al-Qur’an, tak pernah berhenti menuntaskan rasa penasaran para ahli bahasa saat itu, bahkan hingga saat ini masih banyak fenomena bahasa Al-Qur’an yang belum terungkap.


Untuk menjawab pertanyaan ini, tentu kapasitas keilmuan saya belum memadai, maka saya akan mengutip pendapat para pakar di bidangnya. Berikut saya kutip dari buku Ensiklopedia Mujizat Al-Qur’an dan Hadits, Kemujizatan Sastra dan Bahasa Al-Qur’an.

“Sebagian dari hikmah dan rahasia tersebut telah berhasil diungkap para ulama, meskipun ada sebagian lainnya belum dapat diungkap sampai sekarang. Kendati begitu, keinginan mereka tidak pudar, bahkan semakin mendorong mereka untuk lebih berpikir dan berusaha semaksimal mungkin agar mampu menemukan penyelesaiannya. Diantara hikmah yang sudah berhasil diungkap dari fenomena tersebut adalah sebagai berikut :”

1.      Setiap kata kerja perintah (fiil amr) yang ditujukan untuk para malaikat, maka bentuk yang digunakan adalah mudzakkar atau maskulin, misalnya dalam ayat 34 dari surat Al Baqarah berikut ini

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.

Pada ayat tersebut, kata kerja perintah yang digunakan adalah اسْجُدُوا yang merupakan kata kerja perintah untuk dhamir atau kata ganti antum (kalian laki-laki).

2.      Setiap fiil (kata kerja) yang digunakan untuk pengertian ibadah, maka bentuknya adalah mudzakkar atau maskulin, misalnya dalam ayat 6 dari surat at-Tahrim berikut ini

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Pada ayat tersebut, kata kerja bentuk masa kini / present tense yang digunakan adalah يَعْصُونَ  dan يَفْعَلُونَ yang merupakan fiil mudhari untuk dhamir atau kata ganti hum (mereka laki-laki).

3.      Setiap kata kerja yang diletakkan setelah penyebutan para malaikat, maka bentuknya adalah mudzakkar atau maskulin, misalnya dalam ayat 95 dari surat al-Isra berikut ini

قُلْ لَوْ كَانَ فِي الأرْضِ مَلائِكَةٌ يَمْشُونَ مُطْمَئِنِّينَ لَنَزَّلْنَا عَلَيْهِمْ مِنَ السَّمَاءِ مَلَكًا رَسُولا
Katakanlah: "Kalau seandainya ada malaikat-malaikat yang berjalan-jalan sebagai penghuni di bumi, niscaya Kami turunkan dari langit kepada mereka malaikat menjadi rasul".

Pada ayat tersebut, kata kerja bentuk masa kini / present tense yang digunakan adalah يَمْشُونَ yang merupakan fiil mudhari untuk dhamir atau kata ganti hum (mereka laki-laki).

4.      Setiap kata sifat / ajektiva yang ditujukan untuk para malaikat, maka bentuknya adalah mudzakkar, misalnya dalam ayat 124 surat Ali Imran berikut ini.

إِذْ تَقُولُ لِلْمُؤْمِنِينَ أَلَنْ يَكْفِيَكُمْ أَنْ يُمِدَّكُمْ رَبُّكُمْ بِثَلاثَةِ آلافٍ مِنَ الْمَلائِكَةِ مُنْزَلِينَ
(Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin: "Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?"

Pada ayat tersebut, kata sifat yang digunakan adalah مُنْزَلِينَ yang merupakan bentuk mudzakkar.

5.      Kata kerja yang digunakan untuk kategori siksaan berat yang dilancarkan oleh para malaikat, maka bentuknya adalah mudzakkar. Apabila siksaan itu tersebar di dua tempat, maka untuk siksaan yang paling berat dari keduanya, digunakan dengan bentuk mudzakkar, misalnya dalam ayat 50 dari surat Al Anfal berikut ini

وَلَوْ تَرَى إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ كَفَرُوا الْمَلائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ وَذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ
Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar", (tentulah kamu akan merasa ngeri).

Pada ayat tersebut, kata kerja bentuk masa kini / present tense yang digunakan adalah يَتَوَفَّى  yang merupakan fiil mudhari untuk dhamir atau kata ganti huwa (dia laki-laki). Pada ayat tersebut, siksaan berat terungkap dari kata “siksa neraka yang membakar” yang terdapat di akhir ayat.

6.      Kata kerja bentuk muannats atau feminim digunakan jika berbicara tentang siksaan yang ringan, misalnya dalam ayat 27 dari surat Muhammad berikut ini

فَكَيْفَ إِذَا تَوَفَّتْهُمُ الْمَلائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ
Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila malaikat (maut) mencabut nyawa mereka seraya memukul muka mereka dan punggung mereka?

Pada ayat tersebut, kata kerja bentuk lampau/ past tense yang digunakan adalah تَوَفَّتْ yang merupakan fiil madhi untuk dhamir atau kata ganti hiya (dia perempuan).

7.      Kata kerja bentuk muannats atau feminim digunakan jika berbicara tentang kabar yang menggembirakan, karena dalam kabar gembira ada kelembutan, kehalusan dan keriangan dan sifat sifat lainnya yang sesuai dengan karakteristik perempuan.

إِذْ قَالَتِ الْمَلائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ
(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah),

Pada ayat tersebut, kata kerja bentuk lampau/ past tense yang digunakan adalah قَالَتِ yang merupakan fiil madhi untuk dhamir atau kata ganti hiya (dia perempuan).

Demikianlah hikmah dari penggunaan fiil atau kata kerja maupun kata sifat yang bervariasi saat berbicara tentang Malaikat. Sungguh besar hikmah yang terkandung di dalamnya, alih alih inkonsistensi, ternyata memang tidak terjadi secara kebetulan tapi kita diperintahkan untuk mencari rahasia dan hikmah dari berbagai fenomena kebahasaan yang menarik dalam Al-Qur’an.

Semoga bermanfaat.
Referensi :
Ensiklopedia Mujizat Al-Qur’an dan Hadits, Kemujizatan Sastra dan Bahasa Al-Qur’an. Hisyam Thalbah dan Tim, cetakan pertama, Juli 2008.



Wassalam
Serpong, Selasa, 5 Juni 2018 / 20 Ramadhan 1439 H, 06.10

#KolaborasiZaiNovi
#ProyekRamadhanAlZayyan
#AlZayyanHari20
#Karya5TahunPernikahan
#SerunyaBelajarBahasaArab

No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit