Inilah cerita perjalanan saya jelang dan pada saat melahirkan putra pertama.
Selasa, 11 Februari 2014
Pagi ini pukul 05.30, saya sama suami rencananya mau ke
Cimone buat ngurus surat kepindahan saya plus mau control ke dokter
kandungan disana. Karena terlalu beresiko jika pake motor, suami pun
pesen taxi, sementara saya menyiapkan segala sesuatunya. Sebelum
berangkat, saya ke kamar mandi dulu, biasa bumil tua begini mah beser.
Pas ke kamar mandi, ternyata ada darah keluar, paniklah saya. Telpon ke
suami, ga diangkat-angkat, maksudnya kalo masih sempet, dicancel aja tuh
pesen taxi. Tapi kayanya suami dah terlanjur pesen taxi. Karena ini
adalah minggu ke-40 kehamilan, maka ketika keluar darah itu, saya
agak-agak senang bin panik gitu. Seneng karena katanya keluarnya darah
adalah salah satu tanda mau melahirkan, panik karena suami dah pesan
taxi, dan rencana hari ini mau ke Cimone karena sudah janjian dengan
keluarga plus daftar dengan dokter kandungan disana . Tapi akhirnya
keputusan pun diambil, kita tetap pake taxi, tapi berubah haluan, dari
yang tadinya mau ke Cimone, menjadi ke rumah sakit Vitalaya Pamulang.
Tas yang sudah disiapkan untuk melahirkan pun, langsung dibawa.
Setibanya di Rumah sakit sekitar pukul 7 pagi, saya
langsung diperiksa sama bidan jaga, belum ada pembukaan, tapi karena
sudah keluar darah, bidan menyarankan untuk langsung rawat inap saja.
Saya dan suami pun menurut, agak tenang aja kalau sudah di rumah sakit,
karena ini anak pertama, belum ada pengalaman, jadi kami memutuskan
lebih safe jika sudah di rumah sakit, walaupun belum ada pembukaan.
Karena belum sarapan, kami pun minta ijin ke bidan untuk
sarapan dulu, abis itu suami pulang dulu ambil motor, saya walaupun dah
pesan kamar, memutuskan tidak langsung stay di kamar tapi banyak jalan
kaki di dalam rumah sakit untuk merangsang pembukaan. Sambil telpon
sana sini, ngabarin keluarga dan teman-teman sambil minta doa. Ada juga
beberapa teman kantor yang nyempetin nengok pas denger saya dah di rumah
sakit.
Pukul 3 sore, diperiksa bidan, ternyata dah pembukaan satu
dan ketuban sudah merembes (belum pecah sih), saya tak boleh lagi
jalan-jalan, harus berbaring aja supaya ketubannya ga pecah. Sampai
malam, belum ada perubahan berarti, walaupun dah dikasih obat yang
dimasukkan di bawah lidah, tetap saja pembukaan tak berpindah dari
bukaan satu. Malam ini, saya ditemenin suami dan si mamah (ibuku) yang
setia pengen dampingi anaknya melahirkan, walaupun beliau lagi sakit.
Rabu, 12 Februari 2014
Karena belum ada perubahan, akhirnya saya diinfus sambil
diinduksi alias dimasukkan obat untuk merangsang mules, pagi sampe
dhuhur tak ada perubahan berarti, saya masih bisa wa-an, fb an, bbm an
sama sodara n temen-temen, sampe ada temen yang bilang “ini yang mau
melahirkan, ko sempet-sempetnya whatsup-an, fesbuk-an sama bbm an” … yah
abis emang belum kerasa apa-apa.
Sampe tibalah pada masa mules itu, di siang hari dari abis
dhuhur sampe jelang ashar, wah si mules itu ga mau berhenti, terasa
amat sangat mengganggu hingga tak bisa lagi diajak ngobrol, mata pun tak
kuat melek, merem aja menahan sakit. Suami yang lagi pulang dulu untuk
istirahat sama ibuku, akhirnya dihubungi untuk segera datang ke rumah
sakit. Walaupun ada si teteh yang nungguin plus adenya suami n istrinya
yang nungguin, tetep aja kehadiran suami yang diharapkan.
Setelah ashar, saya pun diperiksa, Alhamdulillah ada
peningkatan, udah naik bukaan 2 hampir 3, (haha naiknya dikit, padahal
mulesnya dah sangat membara), sang perawat melepas infus, Alhamdulillah
saya pun terbebas dari rasa mules. Gini ternyata rasanya mules kalo
diinduksi.
Jam 8 malem, saya diperiksa lagi, dah bukaan 3 dan diminta
pindah ke ruang bersalin, wah mulai deg-degan deh saya, apa rasanya yah
melahirkan itu, gimana kalo saya tak bisa melahirkan normal, gimana
kalo meninggal saat melahirkan? Berbagai perasaan dan pertanyaan
berkecamuk menjadi satu … akhirnya saya bakal ngerasain juga …
Saat masuk ruang bersalin, bukaan masih bertahan di angka
3, saya pun diinfus lagi, membayangkan bakal mules lagi seperti siang
tadi, lumayan bikin stress. Maka yang jagain saya untuk nemenin adalah 3
orang secara bergantian, yaitu ibuku sampe tengah malam, trus ganti
suami sampe jelang subuh, pas subuh gantian si teteh yang jagain.
Alhamdulillah punya pasukan keluarga yang banyak dampingi di rumah
sakit.
Kamis, 13 Februari 2014
Abis subuh, saya diperiksa kembali, Alhamdulillah dah
bukaan lima.Setelah itu, terlihatlah kesibukan sang bidan jaga yang
menyiapkan peralatan buat lahiran. Suami pun sudah stand by disamping
untuk menyaksikan kelahiran putra pertamanya. Dan mules pun semakin
menjadi, tangan suami pun jadi tempat yang enak buat jadi sasaran
penyangga dalam menahan rasa sakitnya mules.
Waktu pun semakin cepat berjalan. Mulai dari bukaan 7,
trus ketuban dipecahkan, baru deh bidan utama sang pemilik rumah sakit
ini tiba dan mulai beraksi. Instruksi untuk ngeden saat kontraksi pun
berulang-ulang disampaikan. Saat tak kuat menahan mules, rasanya baru
terasa disitulah batas antara hidup dan mati. Saya sempat berfikir,
kalau saya ga kuat menahan mules, mungkin inilah saat terakhir hidup
saya. Saat hamil pun sering membayangkan gimana ya kalau saya meninggal
saat melahirkan? Rasanya belum siap menyiapkan bekal.
Kembali ke laptop, kira-kira jam 10 kurang, sang bidan
utama, dibantu 3 asisten, membantu proses kelahiran saya secara normal. 2
orang membantu mendorong kepala dari perut bagian atas. Sang bidan
utama dan satu asisten lagi, menunggu kepala janin di bagian bawah. Dan
akhirnya tepat pukul 10.10, berita menggembirakan itu pun datang, sang
bidan utama bilang “udah bu, jangan ngeden lagi, kepalanya dah nongol,
cowok ya bu anaknya …” fhuuh, rasanya plong banget … tak percaya rasanya
saya bisa melahirkan secara normal. Tak percaya rasanya saya punya anak
dan sudah menjadi orangtua. Suami yang melihat banget proses nya dari
awal, tak kuat menahan haru, katanya dia sampai nangis saking
terharunya. Semoga dengan turut menyaksikan perjuangan melahirkan,
akhirnya ga nagih untuk nambah momongan lagi (ntar dulu ya mas, rehat
dulu) …
Setelah itu, si bayi anakku ini disiapkan untuk IMD (Inisiasi
Menyusui Dini), sementara saya nya dijahit … tapi karena lumayan kerasa
dijahitnya dan saya masih rada kaget n grogi gitu abis lahiran, so masih
takut gitu untuk megang si dede dan membantunya mencari puting susu …
jadi fokus saya tetep aja ke sakitnya dijahit. Kayanya ga dibius nich,
karena kerasa banget sakitnya diobras haha.
Setelah diadzanin dan diqamatin sama bapanya, si dede bayi
pun hanya terdiam di atas dada saya, dan terlewatkan IMD nya. Sayang
sekali …
Begitulah ceritanya sodara-sodara …
Refleksi …
Untuk saya yang menikah pada usia diatas 30 tahun, tentu bisa hamil
dan melahirkan secepat ini adalah karunia Allah semata. Belum genap usia
pernikahan saya setahun (menikah bulan April tahun lalu), sudah ada si
mungil lucu yang menghiasi kehidupan pernikahan kami. Tentu ini tak
boleh kami sia-siakan, apalagi melihat beberapa teman yang belum
menikah, yang sudah menikah tapi belum dikaruniai momongan, harus
membuat kami lebih bersyukur dengan kehadiran si dede mungil nan lucu
ini.
Ada berbagai “sugesti negatif” yang menghampiri telinga saya saat
awal-awal pernikahan kami, dari mulai “rawan lho hamil di usia diatas
30”, “menikah diatas 30 itu belum tentu bias hamil lho”, dll deh yang
jarang saya pedulikan karena saya yakin saat Allah menetapkan takdirnya
bahwa saya menikah diatas usia 30, tentu itu sudah Dia siapkan satu
paket dengan solusi lain-lainnya. Jadi bagi teman dan sahabat yang masih
diuji dengan kesendirian di usia 30 atau bahkan 40, don’t worry be
happy deh karena Allah tak pernah mengingkari janji-Nya bahwa Dia Maha
Kuasa dan Maha Berkehendak untuk mendatangkan jodoh, untuk membuat hamil
dan untuk membuat seseorang melahirkan secara normal dan sehat. Ia lah
yang Maha Pembuat skenario terindah.
Untuk bisa melahirkan secara normal, berbagai cara pun dicoba. Dari
mulai minta doa ortu dan teman-teman, sampe sedekah pun dilakukan.
Ternyata benar kata ust Yusuf Mansur, sedekah di depan itu dapat
melancarkan segala urusan.
Dan inilah nama si dede putra pertama kami
MUHAMMAD ZAHID AL ZAYYAN
Artinya
Muhammad adalah orang yang terpuji,
Zahid adalah orang yang Zuhud, Orang zuhud bukan berarti meninggalkan
dunia secara total, tapi yang menjadikan dunia hanya sebatas genggaman
tangannya dan tidak sampai memperbudak hatinya.
Al Zayyan adalah indah, bercahaya, hiasan. Bisa juga singkatan dari
dari ZAinuri saYYAng Novita (hehe maksa). Rencananya nama belakang ini
akan selalu ada untuk semua anak-anak kami kelak (entah berapa nanti
dikasihnya sama Sang Pengatur)
Jadi kami memberi nama ini dengan harapan bahwa putra pertama kami
akan menjadi orang yang terpuji serta Zuhud dan selalu menjadi perhiasan
yang indah bagi kedua orang tua dan sesamanya. Amiin.
Semoga bermanfaat
Wassalam
Eva Novita Ungu
Rabu, 5 Maret 2014 (yang seharusnya untuk hari Rabu, 5 Februari 2014)
De Eza … welcome to the new world … met gabung dengan Bunda dan Papa ya … semoga sehat selalu, bahagia dan menebar manfaat …
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Postingan Favorit
-
Jika kita membaca al-Qur'an secara teliti, ada beberapa kata yang digunakan untuk menjelaskan suatu makna. Tentang penciptaan misalny...
-
Secara garis besar, kalam insya’i terbagi menjadi dua yaitu thalabi dan ghair thalabi . Definisi Insya Thalabi adalah yang kalimat ...
-
Nama Allah al-'Afuww,al-Ghafur dan al-Ghaffar jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, artinya sama yaitu Maha Pengampun. Tapi se...
Selamat ya Maaak... semoga de Eza jadi anak soleh, amiinnn... Thanks for sharing :)
ReplyDeleteBicara soal pengalaman melahirkan anak pertama ini versi istriku :D mampir yak
ReplyDeleteKeren...
ReplyDelete