Wednesday, March 26, 2014

Menaklukkan Gunung Sinai Mesir pada Musim Dingin



Tanggal 24 Januari 2011 adalah tanggal bersejarah buat saya, karena pada tanggal inilah saya berhasil menaklukkan Gunung Sinai di Mesir. Gunung Sinai yang juga dikenal dengan nama Jabal Musa جبل موسَى dalam bahasa Arab adalah sebuah gunung yang tingginya 2.285 meter dan terletak di Semenanjung Sinai di Mesir. Ada juga yang mengatakan bahwa kawasan ini merupakan tempat nabi Musa bermunajat selama 40 malam dan juga tempat pertama kali beliau menerima wahyu.

Saat saya mendaki itu, Mesir sedang dalam musim dingin, mungkin suhunya dibawah 2 derajat karena dingin banget, bahkan di beberapa tempat, turun salju. Saya bersama 3 orang teman disana (satu laki-laki dan 2 orang perempuan) menyewa sebuah mobil untuk menemani perjalanan kami dari Kairo menuju Sinai. Kami sempat mengajak beberapa orang mahasiswa Al-Azhar, untuk menemani teman laki-laki yang juga menjadi supir kami selama dalam perjalanan, tapi karena cuaca dingin saat itu sangat dahsyat, ternyata tak ada yang mau karena mereka para mahasiswa yang sudah lama tinggal di Mesir, bisa pergi kapanpun mereka mau (tidak di musim dingin), sementara saya, untuk bisa ke Mesir saja mungkin hanya hitungan jari (tidak mau berdoa hanya sekali seumur hidup, karena saya masih pengen pergi kesana lagi). Jadilah kami pergi hanya berempat, tiga perempuan, satu laki-laki.



Kami berangkat dari Kairo setelah magrib, sekitar pukul 7 malam. Sempet nyasar dan nyaris tiba di pantai Syarmusa yang artinya kami nyasar hingga 100 km, karena suasana di malam hari itu sangat gelap dan melewati beberapa tempat yang tak ada petunjuk jalannya. Perjalanan menuju Sinai ini melewati beberapa kawasan gurun, laut, dan dekat dengan Terusan Suez. Tapi karena kami melakukan perjalanan ini di malam hari, kami tak sempat menikmati suasana jalan menuju Sinai.

Sinai ini merupakan kawasan yang berdekatan dengan jalur perbatasan Gaza yang sering menjadi tempat bergejolak, karena itu kami harus melewati beberapa pos pemeriksaan dokumen untuk menuju kesana. Setelah berhasil melewati pos pemeriksaan dokumen seperti passport dll, kami pun tiba di Sinai pukul 2 dini hari, hampir 7 jam kami habiskan waktu di perjalanan, yang normalnya hanya 4-5 jam jika tidak nyasar. Tak apalah, kami tetap menikmati perjalanan ini.

Sejujurnya, ini pertama kali saya mendaki gunung. Pertama kali, medannya langsung berat dan terjal. Untungnya, ada teman yang mau menemani. Kami mendaki 4 orang, tapi sesungguhnya bersama-sama dengan pendaki lain, lumayan rame juga. Kami pun memulai perjalanan mendaki ini dengan penuh semangat, walau sangat kedinginan. Karena kami lebih banyak perempuannya, maka kami tak secepat laki-laki dalam mendaki. Belum lagi jika teman kelelahan, maka kami harus kompak bersama dalam suka dan duka. Memang kami menetapkan target, ingin merasakan suasana sunrise di puncak Gunung Sinai, tapi karena berbagai kendala, kami membutuhkan waktu sekitar 5 jam untuk sampai puncak. Baru jam 7 pagi kami tiba di puncak, mau ngejar sunrise dah ga kekejar.

Dengan medan gunung yang berlika liku, saya sempat mengalami insiden. Kamera saya jatuh, LCD nya pecah. Untunglah saat dicek, filenya masih aman tersimpan. Di tengah perjalanan, beberapa unta menggoda kami untuk lebih cepat sampai di puncak dengan membayar sekitar 25 dolar, tapi Alhamdulillah kami tak tergoda. Lebih baik terlambat deh daripada kami dibantu si unta. Sama seperti perjuangan mengatasi masalah, tentu akan banyak godaan yang melanda. Senang rasanya saat berhasil mengatasi godaan. Memang tak mudah mencapai puncak gunung Sinai yang sangat terjal ini.
                                                                                                                                   
Walaupun Gunung Sinai ini gersang dan terjal, tapi banyak juga peziarah dari beberapa negara seperti Korea, Tiongkok, Vietnam dan negara-negara lain. Mereka yang datang ke sana, beribadah menurut agama dan bahasanya masing-masing dengan cara berkelompok. Memang untuk mencapai puncaknya, butuh perjuangan ekstra. Setelah melewati beberapa gunung terjal, kami masih harus menaiki 750 anak tangga menuju puncak gunungnya. Musim dingin dahsyat saat itu, membuat gunung Sinai banyak dipenuhi salju.

Saat kami menuju puncak, waktu sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Kami berpapasan dengan rombongan lain yang sudah akan turun karena mereka sudah menikmati sunrise di atas, kami pun diberi semangat oleh beberapa rombongan, terutama oleh rombongan dari Indonesia dan Malaysia. Mereka menyemangati kami agar kami terus berjuang hingga puncak. Memang sempet terpikir untuk menyerah dan tak melanjutkan pendakian hingga puncak, karena kami melewatkan sunrise nya, tapi untunglah mendapat teman seperjalanan yang saling menguatkan, ditambah suntikan semangat dari rombongan lain, kami pun akhirnya berhasil mencapai puncak Gunung Sinai. Ternyata fungsi teman dalam berjuang itu sangat penting, dapat membantu kita mencapai puncak keberhasilan.

Saat tiba di puncak Gunung Sinai, tak terkatakan, seneng dan bangga banget. Walaupun rombongan lain sudah tak ada, karena mereka sudah pada turun, tapi kami tetap menikmati walopun hanya kita bertiga (ohya, sang supir memutuskan tak sampai puncak, istirahat untuk menyimpan tenaga) yang ada di puncak beserta para penjual yang siap melayani kami dengan mie dan kopinya. Banyak pop mie lho yang dijual, bangga banget dah sebagai orang Indonesia. Di puncak ini terdapat gereja dan masjid. Gereja ini konon katanya adalah gereja tertua dalam sejarah Kristen. Dan di sampingnya berdiri sebuah masjid. Masjid ini dibangun, mungkin, untuk memudahkan para pendaki muslim yang ingin menunaikan shalat subuh sebelum sunrise tiba.

Bahagia sekali dapat menapak tilas perjuangan Nabi Musa saat menerima wahyu, membayangkan saat Allah berbicara kepada Nabi Musa. Sambil memandangi gunung terjal berlika liku, saya bersyukur dalam hati, sungguh indah dapat mengunjungi tempat bersejarah ini.

Tepat pukul 8 pagi, kami pun turun dari puncak Gunung Sinai, dan sampai di bawah pukul 10.30. Kami langsung melanjutkan perjalanan pulang menuju Kairo. Suasana di siang hari ini, membuat kami dapat menikmati pemandangan selama perjalanan, yang tak dapat kami nikmati saat kami pergi di malam hari. Di tengah perjalanan, kami berhenti untuk shalat Dhuhur dan Ashar, dan kami sempatkan pula untuk mengunjungi Uyun Musa. ‘Uyun Musa adalah 12 mata air yang muncul dari pukulan tongkat Nabi Musa pada sebuah batu, atas permintaan kaumnya yang kehausan. Di kawasan laut di sekitar ‘Uyun Musa ini pula, dipercaya bahwa di sinilah Fir’aun ditenggelamkan bersama pengikut-pengikutnya dalam pengejarannya menangkap nabi Musa. 

Alhamdulillah kami sampai di Kairo dengan selamat menjelang magrib. Walaupun badan pegal-pegal, kaki lecet, tapi ga rugi lah dibanding kebahagiaan saat berhasil menaklukkan puncak gunung Sinai. 

Ohya, Gunung Sinai ini dikenal juga dengan bukit Thur Sina seperti yang disebut dalam surat at-Thin ayat 1-3. Sejumlah ahli tafsir berbeda pendapat dalam menafsirkan Thursina. Hampir semua ahli tafsir menyepakati bahwa Bukit Thursina adalah bukit saat Nabi Musa menerima wahyu dari Allah. Namun, mereka berbeda pendapat tentang letak Bukit Thursina tersebut. Menurut Syahruddin El-fikri, setidaknya, ada 3 versi tentang letak Bukit Thursina. Untuk lebih lengkapnya tentang 3 versi ini, berikut adalah link nya.

Semoga bermanfaat

Wassalam
Eva  Novita Ungu
Rabu, 26 Maret 2014 (yang seharusnya untuk hari Rabu, 12 Maret 2014)
Teriring salam untuk teman seperjalanan: Maryam, Sukmi dan Acha. Makasih buat segalanya …
Perjuangan mendaki gunung itu hakekatnya belajar menghayati hakikat berjuang dalam hidup …

1 comment:

  1. assalaamualaikum mba, bisa mnta waktunya untuk mengisi kuesioner guna melengkapi data di penelitian saya tentang sejarah bukit sinai?
    trimakasih :D

    ReplyDelete

Postingan Favorit