Saturday, October 12, 2013

Kisah Lima Perkara Aneh

Abu Laits as-Samarqandi adalah seorang ahli fiqh yang masyur. Suatu ketika dia pernah berkata, “Ayahku menceritakan bahwa antara Nabi-nabi yang bukan Rasul, ada yang menerima wahyu dalam bentuk mimpi dan ada pula yang hanya mendengar suara.”

       Maka salah seorang Nabi yang menerima wahyu melalui mimpi itu, pada suatu malam bermimpi. Dalam mimpinya, seseorang berkata "Esok engkau akan keluar dari rumah pada waktu pagi menghala ke barat. Engkau harus melakukan 5 hal, pertama; apa yang engkau lihat (hadapi) maka makanlah, kedua; engkau sembunyikan, ketiga; engkau terimalah, keempat; jangan engkau putuskan harapan, dan kelima; larilah engkau daripadanya."


       Pada keesokan harinya, Nabi itu pun keluar dari rumahnya menuju ke barat dan kebetulan yang pertama dihadapinya ialah sebuah bukit besar berwarna hitam. Nabi itu kebingungan sambil berkata, "Aku diperintahkan memakan hal pertama yang ku hadapi, tapi sungguh aneh sesuatu yang mustahil yang tidak dapat dilaksanakan."

       Maka Nabi itu terus berjalan menuju ke bukit itu dengan hasrat untuk memakannya. Ketika dia menghampirinya, tiba-tiba bukit itu mengecilkan diri sehingga menjadi seperti roti. Maka Nabi itu pun mengambilnya lalu disuapkan ke mulutnya. Setelah ditelan, ternyata rasanya sungguh manis bagaikan madu. Dia pun mengucapkan syukur 'Alhamdulillah'.

       Kemudian Nabi itu meneruskan perjalanannya lalu bertemu pula dengan sebuah mangkuk emas. Dia teringat akan perintah dalam mimpinya supaya disembunyikan, lantas Nabi itu pun menggali sebuah lubang lalu ditanamkan mangkuk emas itu, kemudian ditinggalkannya. Tiba-tiba mangkuk emas itu keluar lagi. Nabi itu pun menanamnya kembali sampai tiga kali berturut-turut.

       Maka berkatalah Nabi itu, "Aku telah melaksanakan perintahmu." Lalu dia pun meneruskan perjalanannya tanpa disadari oleh Nabi bahwa mangkuk emas itu keluar lagi seperti peristiwa sebelumnya.

       Ketika dia sedang berjalan, tiba-tiba tampak seekor burung helang sedang mengejar seekor burung kecil. Kemudian terdengarlah burung kecil itu berkata, "Wahai Nabi Allah, tolonglah aku."
Mendengar rayuan burung itu, hatinya merasa simpati lalu dia pun mengambil burung itu dan dimasukkan ke dalam bajunya. Melihat keadaan itu, burung helang itu pun datang menghampiri sang Nabi sambil berkata, "Wahai Nabi Allah, aku sangat lapar dan aku mengejar burung itu sejak pagi tadi. Oleh karena itu janganlah engkau patahkan harapanku dari rezekiku."

       Nabi itu ingat pesan dan arahan dalam mimpinya yang keempat, yaitu tidak boleh putuskan harapan. Dia menjadi kebingungan untuk menyelesaikan perkara itu. Akhirnya dia membuat keputusan untuk mengambil pedangnya lalu memotong sedikit daging pahanya dan diberikan kepada helang itu. Setelah mendapat daging itu, helang pun terbang dan burung kecil tadi dilepaskan dari dalam bajunya.

       Setelah kejadian itu, Nabi meneruskan perjalannya. Tak lama kemudian dia bertemu dengan satu bangkai yang amat busuk baunya, maka dia pun bergegas lari dari situ karena tidak tahan mencium bau yang menyengat hidungnya. Hal ini sesuai dengan perintah kelima dalam mimpinya.

       Setelah menemui kelima peristiwa itu, maka kembalilah Nabi ke rumahnya. Pada malam itu, Nabi pun berdoa. Dalam doanya dia berkata, "Ya Allah, aku telah  melaksanakan perintah-Mu sebagaimana yang diberitahu di dalam mimpiku, maka jelaskanlah kepadaku arti dari semuanya ini."

        Dalam mimpinya, sang nabi telah diberitahu oleh Allah S.W.T. bahwa, "Yang pertama engkau makan itu ialah marah. Pada mulanya nampak besar seperti bukit tetapi pada akhirnya jika bersabar dan dapat mengawal serta menahannya, maka marah itu pun akan menjadi lebih manis daripada madu.”

       Kedua; semua amal kebaikan (budi), walaupun disembunyikan, maka ia tetap akan nampak juga. Ketiga; jika sudah menerima amanah seseorang, maka janganlah kamu khianat kepadanya. Keempat; jika orang meminta kepadamu, maka berusahalah untuk membantunya meskipun kau sendiri membutuhkannya. Kelima; bau yang busuk itu ialah ghibah (menceritakan hal seseorang). Maka larilah dari orang-orang yang sedang duduk ber ghibah."

Semoga bermanfaat.

Wassalam
Eva  Novita Ungu
Sabtu, 12 Oktober 2013 (yang seharusnya untuk hari Rabu, 2 Oktober 2013)
Mencari hikmah dari cerita itu biasanya lebih mengena di hati …

No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit