Wednesday, January 2, 2013

PETUNJUK TERKABULNYA DOA


Alkisah, ada seorang pendeta yang sangat beriman kepada Tuhan, atau setidaknya, dia berpikiran begitu. Seluruh warga kota menjadi murid-muridnya. Dan setiap kali mereka akan datang kepadanya, dia akan menunjukkan kepercayaannya dan berkhotbah bahwa Tuhan ada di mana-mana, sehingga tidak ada satu tempat pun dimana Dia tidak hadir.

Sayangnya, muncul air bah yang mendadak menghantam di kota itu dan segala sesuatunya diterjang dan tersapu bersih. Tindakan penyelamatan darurat segera dilakukan. Para tentara didatangkan dengan menggunakan helikopter-helikopter guna menyelamatkan para warga. Sang pendeta, melihat air bah menggenangi seluruh penjuru kota, berupaya untuk berpegangan pada pohon yang mengapung. Dan dia berdoa kepada Tuhan, “Aku telah menghabiskan seluruh hidupku demi Engkau. Apakah Engkau akan membiarkanku tenggelam sekarang?” Saat dia sedang berdoa, dia melihat seorang perempuan dengan dua anaknya yang berenang ke arahnya dan berpegangan pada pohon yang sama agar dapat bertahan.


Tiba-tiba, di sisi lain, seorang tentara di atas perahu, mendekati mereka dan berkata kepada sang pendeta, “Bapa pendeta, naiklah bersamaku, aku akan menyelamatkanmu. Genangan air terus naik. Anda akan mati tenggelam.”

Tetapi, karena perempuan dengan dua anaknya itu adalah para pengikutnya, maka sang pendeta berkata, “Aku tidak akan beranjak. Selamatkan dia terlebih dahulu. Kemudian, baru engkau kembali lagi untuk menyelamatkanku.”

Tentara itu kemudian menyelamatkan perempuan itu dan kembali lagi ke tempat pendeta berada. Sang pendeta, untuk kedua kalinya, menjelaskan kepadanya, “Aku belum mau beranjak dari sini. Selamatkan anak-anak ini terlebih dahulu.”
Tentara itu menjawab, “Tak ada waktu yang tersisa. Naiklah segera bersamaku. Tuhan akan melindungi anak-anak itu.”

“Tidak, tidak, aku tidak bisa membiarkan hal ini. Apa yang akan mereka pikirkan tentang aku nanti? Ibu mereka telah diselamatkan dan aku membiarkan anak-anaknya untuk mati. Selamatkan anak-anak ini terlebih dahulu. Aku akan menunggu. Tuhan akan melindungiku,” jawab sang pendeta.

Maka, anak-anak itu juga diselamatkan, tetapi arus deras air segera menerjang dan sang pendeta tenggelam. Dia pergi menuju surga dan bertemu Tuhan. Sang pendeta itu begitu marah dan berkata, “Bagaimana mungkin Engkau membiarkan aku tenggelam? Aku mencintaimu di seluruh hidupku. Aku telah mengajarkan tentang Engkau, Aku telah mengkhotbahkan Engkau. Bagaimana bisa Engkau membiarkan aku tenggelam?”

Tuhan menjawab, “Aku tidak membiarkanmu tenggelam, putra-Ku. Aku telah datang kepadamu dua kali sebagai seorang tentara. Kepercayaanmu sendiri yang membiarkanmu tenggelam, karena engkau tidak percaya bahwa yang datang itu adalah Aku untuk menyelamatkanmu.”

Dari buku: “The Quantum of Happiness”: Vikas Malkani & Deepak Chopra

Jika saya menjadi pendeta itu, mungkin saya juga akan melakukan hal yang sama.
Tak salah kan?
and what do u think? How do u feel, guys?

Wassalam
Rabu, 2 Januari 2013
Eva Novita Ungu
Saat petunjuk akan sebuah jawaban tiba, sesungguhnya pertanyaan itu baru saja dimulai. Dan tantangannya adalah menemukan partner yang bisa menemani dan menikmati proses pencarian jawaban dan pertanyaan secara bergantian. 

No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit