Monday, January 14, 2013

Memori Aachen: Sehari, makan 3 kali di 3 negara

Saat tulisan ini dibuat, Film yang sedang ramai dibicarakan adalah film Habibie-Ainun. Dalam waktu yang singkat (14 hari), film ini ditonton oleh lebih dari 2,1 juta orang penonton. Rekor ini tak pernah dicapai oleh film manapun sebelumnya, baik film Indonesia maupun film Barat. Terlepas dari beberapa adegannya yang sedikit mengecewakan, tapi sepertinya penyebab utama meledaknya film ini adalah sosok Pa Habibie yang ternyata masih tersimpan rapi di hati masyarakat Indonesia.

Dalam riwayat pendidikannya, Pa Habibie pernah mengenyam pendidikan di Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule (RWTH) Aachen,  Jerman Barat pada tahun 1955. Pada tahun 1965, Habibie menyelesaikan studi S-3 nya dan mendapat gelar Doktor Ingenieur (Doktor Teknik) dengan  indeks prestasi summa cum laude. Maka terinspirasi dari film tersebut, tulisan ini akan mengeksplor tentang kota Aachen yang terdapat di Jerman Barat.

Pada hari Jumat 29 Juni 2012, setelah sarapan pagi di Hotel Rotterdam, kami bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan ke Aachen Jerman. Saat kami meninggalkan Rotterdam, waktu menunjukkan pukul 08.30. Kami berangkat ber-8 orang dengan menggunakan mobil. Cuaca hari itu sangat cerah dan sangat kondusif bagi kami yang akan melakukan perjalanan ke 3 negara yaitu Belgia, Jerman dan Paris. Tapi sebelum ke Aachen, terlebih dahulu kami mengunjungi Vaalserberg (Gunung Vaals), tempat bertemunya 3 negara atau yang dikenal dengan tripoint.

Tripoint, trijunction, atau triple point (juga dikenal sebagai daerah tiga-perbatasan), adalah titik geografis di mana terdapat perbatasan tiga negara atau entitas subnasional bertemu. Vaalserberg ("Gunung Vaals") adalah sebuah bukit yang tingginya 322,7 meter dan merupakan titik tertinggi di Belanda. Vaalserberg adalah lokasi tripoint antara Jerman, Belgia dan Belanda. Diantara tahun 1830 dan 1919, puncak ini adalah sebuah quadripoint (perbatasan empat negara), karena juga berbatasan dengan Moresnet Netral (sebuah negara kecil di Eropa yang pernah ada dari tahun 1816 hingga 1919).

Tempat ini didirikan tahun 1884 dan menjadi atraksi wisata terkenal di Belanda dengan sebuah menara di sisi Belgia yang menawarkan panorama pemandangan sekitarnya. Sisi Jermannya adalah hutan. Bendera 3 negara pun terpampang dengan manisnya di tempat ini. Setelah puas menikmati perbatasan 3 negara, kami pun melanjutkan perjalanan ke Aachen, Jerman. Perjalanan dari Vaals menuju Aachen hanya memakan waktu 20 menit.

Jerman merupakan salah satu negara maju di bidang teknologi dan design. Dan Aachen merupakan sebuah kota di Jerman Barat yang memiliki sekitar 280.000 penduduk dan  sejarah cerah yang bermula di abad pertengahan. Ada universitas terkenal (RWTH) di kota ini, salah satu universitas yang mengembangkan teknologi ke depan dalam riset dan aplikasi untuk dunia industri. Pa Habibie adalah alumni universitas ini.

Kota Aachen kaya akan keterkaitannya dalam sejarah. Para Kaisar Romawi Suci dinobatkan di kota ini dari tahun 813 hingga tahun 1531. Pada masa Revolusi Perancis, Aachen diduduki oleh tentara Perancis dan pada tahun 1801 secara resmi kota ini diserahkan kepada Perancis. Setelah kalahnya Napoleon pada 1815, Aachen diambil alih oleh Prussia. Kota ini mengalami kerusakan padah saat Perang Dunia II.

Saat kami tiba di Aachen, kami langsung makan siang di kota ini dengan menu kentang + ayam dan salad. Setelah kenyang, kami pun langsung mengeksplor kota Aachen. Cuaca saat itu awalnya cerah, tapi tak lama kemudian Aachen diguyur hujan. Walaupun begitu, hujan tak membuat kami patah arang untuk menikmati kota Aachen.

Aachen dikenal akan mata air bermineralnya yang bermutu dan telah menjadi tempat pengobatan sejak Abad 1. Kota ini juga merupakan persimpangan kereta api yang vital dan pusat perindustrian. Produk utamanya adalah mesin, makanan olahan, perlengkapan kereta api, dan tekstil. Bangunan penting di kota ini antara lain Balai Kota, dibangun pada tahun 1353 dari reruntuhan istana Charlemagne, dan Gereja Katedral yang juga merupakan makam dari Charlemagne.

Saat kami mengunjungi Gereja Katedral Aachen, hujan pun mengiringi perjalanan kami. Dengan menggunakan payung, kami berjalan menuju gereja ini. Kami melihat-lihat beberapa ornament indah yang terdapat di gereja ini. Gereja ini ternyata tetap menjadi salah satu gereja tertua di Jerman yang berisi banyak harta dari periode awal abad pertengahan diantaranya Tahta Charlemagne (tahun 800), Altarpiece emas (tahun 1000), Mimbar emas (tahun 1020), Kuil emas Charlemagne (tahun 1215), tempat suci Perawan Maria (tahun 1238), dan koleksi peninggalan menarik lainnya.

Setelah mengunjungi gereja, kami pun berburu souvenir. Ternyata, tak mudah untuk mendapatkan toko souvenir di kota ini. Setelah kami berjalan ke beberapa toko dengan berpayung ria, kami masih kesulitan mendapatkan toko khusus yang menjual souvenir. Ternyata kekalahan Jerman di piala Euro 2012, turut mempengaruhi kehidupan perekonomian kota ini. Beberapa toko yang biasanya menjual atribut sepak bola khas negara ini, semakin jarang ditemukan. Di akhir perjalanan, kami pun menemukan satu toko yang khusus menjual souvenir, itu pun dengan harga yang kurang bersahabat dengan kondisi kantong kami. Kami pun hanya membeli oleh-oleh khas Jerman, sekedarnya saja.

Kami meninggalkan Aachen pada jam 4 sore untuk melanjutkan perjalanan ke Belgia yang memakan waktu sekitar 2 jam. Kami langsung cek in di sebuah hotel di Belgia. Setelah beristirahat sejenak, kami pun makan malam di sebuah restoran khas Italia dengan menu pizza asli asal Italia. Indah sekali hari ini, kami makan 3 kali di 3 negara, makan pagi di Rotterdam Belanda, makan siang di Aachen Jerman dan makan malam di Belgia. Alhamdulillah.


Wassalam
Eva Novita Ungu
Rabu, 9 Januari 2013
“terinspirasi setelah menonton film Habibie Ainun di Tasikmalaya”

1 comment:

  1. Asking questions are truly fastidious thing if you are not understanding something totally, however this article gives pleasant understanding even.

    ReplyDelete

Postingan Favorit