Saturday, July 15, 2017

Aliran Rasa Materi Membaca: Buku Versus Mainan



Materi kelima dari kelas bunda sayang adalah tentang literasi dan menstimulasi anak suka membaca. Tantangannya seru, membuat pohon literasi yang di dalamnya berisi buku-buku hasil bacaan Eza dan saya serta suami sebagai orang tuanya yang harus memberikan contoh agar tumbuh kebiasaan membaca pada Eza.

Tantangan pohon literasi ini bertepatan dengan puasa Ramadhan, lumayan kondusif dan berhasil hingga menjelang Ramadhan. Tetapi saat lebaran, tantangannya semakin besar. Berkumpulnya semua anggota keluarga membuat Eza lebih senang bermain bersama saudara sepupunya saat liburan dan lebaran. Bekal mudik yang saya bawa yaitu buku dan mainan, hanya disentuh sedikit sama Eza. Di mobil, Eza lebih senang melihat-lihat jalan dan tidur saking capenya karena harus menempuh perjalanan 4 provinsi yaitu Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur.

Saat di Tasik, Eza bermain dengan kakak-kakak sepupunya, mulai main petak umpet, main lego, main balok, nonton, hingga bergulung-gulung di kasur dan seru-seruan. Nyaris buku tidak tersentuh sama sekali. Sementara di Kudus, mbah nya mengajak Eza jalan-jalan ke sawah untuk melihat kambing, sapi dan berbagai pemandangan. Juga memanjakannya dengan membelikan berbagai jenis mainan yang membuatnya anteng berjam jam bermain. Adik sepupunya yang usianya tak jauh beda, membuat Eza senang bermain mulai dari main sepeda, mengisi truk pasir, dan segala jenis permainan yang membuatnya anteng dan tak ingat dengan buku.

Berbagai agenda silaturahmi lebaran juga membuat kami sibuk dan lupa mengingatkan Eza untuk membaca buku. Target pun sedikit berubah, kami memanfaatkan momen ini untuk mengajarkan Eza tentang adab bertamu, etika bersilaturahmi, menghadapi orang baru dan mengenalkan Eza dengan beberapa saudara dan teman serta sahabat yang bisa jadi baru ketemu. Alhamdulillah sejauh ini, saya dan suami puas dengan kemampuan Eza bersosialisasi, ia tak tak takut menghadapi orang baru, cepat akrab dengan keluarga bahkan anaknya teman-teman saya dan suami yang baru bertemu pun Eza tak segan segan, langsung bermain bersama. Setiap kali kami pergi bersilaturahmi, Eza selalu bertanya, “Ada temen aku ngga?” itu artinya ada temen seusia dia ngga yang bisa diajak bermain. Rasanya menyenangkan mengajak Eza berjalan-jalan, tak rewel dan tak susah makan. Peer saya dalam menstimulus anak membaca adalah saat dalam kondisi perjalanan dan berkumpul bersama orang lain.

Selamat Hari Koperasi, Nostalgia Koperasi, Tersesat di Jalan yang Benar



Hari Rabu kemarin adalah hari peringatan berdirinya koperasi. Saya nyaris lupa jika saja tak bergabung dengan grup wa koperasi, yaitu grup para manajer dan pejuang koperasi yang mendiskusikan berbagai hal terkait koperasi. Tahun ini peringatan hari koperasi yang ke-70 sudah dilaksanakan pada tanggal 12-15 Juli 2017 di Makasar dengan tema “Koperasi Menuju Pemerataan Kesejahteraan Masyarakat yang Berkeadilan untuk Memperkokoh NKRI."

Saya jadi terkenang kembali perjalanan saya hingga akhirnya “dipaksa” berkecimpung di dunia koperasi. Awalnya saya mengenal koperasi saat saya mesantren di MTs sebuah pesantren di Balaraja Tangerang puluhan tahun lalu (jadi berasa tua hehe). Saat itu hanya menjadi anggota saja sebagai pengguna jasa koperasi di sekolah. Menginjak SMA, saya ga berkecimpung dunia perkoperasian, menikmati masa remaja yang sering galau haha.

Saat kuliah, juga saya mengenal koperasi saat menjadi anggota koperasi mahasiswa di kampus tempat saya belajar. Tak banyak aktivitas koperasi yang saya ikuti. Saat bekerja setelah lulus kuliah lah, saya mangenal lebih dekat seluk beluk koperasi ini. Awalnya saya menjadi anggota koperasi pegawai di tempat saya bekerja sejak tahun 2004.

Bahkan, saya “dipaksa”menjadi pengurus koperasi di tahun 2007, walau sudah berusaha menghindar dengan cara mudik ke Tasik supaya tak tersentuh hiruk pikuk  pemilihan pengurus. Saya juga tak berminat sama sekali menjadi pengurus. Ternyata takdir berkata lain, anggota sepakat membolehkan memilih pengurus walau tak hadir di tempat. Ya sudah saat amanah tertancap di pundak, saya harus mencoba menunaikannya. Pasti ada rencana terbaik Allah di baliknya.

Saya mulai belajar otodidik tentang perkoperasian, terutama masalah akuntansi. Saya mulai membaca buku tentang asset, neraca, penyusutan dan istilah istilah lain yang baru saya dengar dan harus saya fahami dalam waktu singkat. Belum lagi kejadian traumatik menimpa terkait kinerja saya di koperasi. Saya mengalami tekanan psikologis yang melelahkan dan menyakitkan. Mental saya ternyata belum siap menghadapi tekanan pekerjaan dan psikologis sekaligus.

Selama dua tahun kepengurusan dari tahun 2007 hingga 2009, katanya anggota puas karena SHU (Sisa Hasil Usaha) meningkat dari tahun-tahun sebelumnya, ini berkat kerja tim pengurus yang kompak dan mau berjuang keras untuk kesejahteraan anggotanya. Tapi saat anggota meminta saya kembali menjadi pengurus, saya menolak. Saya ingin menyembuhkan luka psikologis dulu demi kesehatan mental saya. Saya pun memohon ijin untuk tak menjadi pengurus kembali dengan alasan mau melanjutkan kuliah ke S2.

Waktu pun berlalu, 7 tahun saya tak terlibat di kepengurusan, ternyata berita menghebohkan datang. Koperasi dilanda masalah mis manajemen keuangan yang merugikan anggota. Saya pun terpanggil kembali. Saya kembali terpilih menjadi pengurus di tahun 2016, semoga mental saya sudah siap menghadapi segala kondisi terburuk. Hanya saja kondisi saya yang sudah punya suami dan anak, tentu berbeda dengan kondisi sebelumnya yang full tenaga. Sekarang saya harus membagi pikiran dan tenaga untuk berbagai hal.

Alhamdulillah 6 bulan menjadi pengurus, saat pembagian SHU anggota pun senang karena nominalnya meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dua tahun kepengurusan masih tersisa, saya mulai kenal berbagai komunitas koperasi, mengikuti berbagai pelatihan, bahkan program koperasi ini menjadi program unggulan saat saya melamar menjadi Manager Keuangan IIP (Institut Ibu Profesional).

Semoga berbagai amanah ini membuat saya lebih menebar manfaat dan berkontribusi dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat. Saya mengikuti saja skenario Allah dalam hidup saya. Koperasi mengajarkan saya banyak hal dan membuat saya bertumbuh. Ternyata saya harus dipaksa untuk belajar. Dipaksa sambil praktek. Belajar keuangan setelah menjadi bendahara, lebih terasa sensasinya karena harus langsung diaplikasikan.
Jayalah koperasi, semoga semakin berkibar dalam memberikan kesejahteraan pada anggota dan rakyat Indonesia. Salam koperasi.
Semoga Bermanfaat

Sabtu, 150717.08.25

#odopfor99days#semester2#day39

Saturday, July 8, 2017

Ruang Bahagia Anak dan DUA Kakek Neneknya



Saat perjalanan pulang mudik dari Tasik dan Kudus, saya iseng bertanya pada Eza,

“Mas, enakan mana, pulang ke Tasik atau ke Kudus?”
Eza bilang, “Dua duanya. Tasik dan Kudus”

Suami langsung memuji jawabannya yang tak kita duga. Saya fikir dia akan memilih salah satunya, ternyata jawabannya sangat cerdas, memuaskan dan sesuai harapan kami, yaitu dia nyaman dan dekat kepada dua kakek neneknya..

Yang harus saya syukuri saat Eza lahir adalah dia masih memiliki kakek neneknya lengkap dari kedua belah pihak yaitu mbah ti dan mbah kus dari pihak suami dan mamah abah dari pihak saya. Eza memiliki keluarga lengkap adalah merupakan anugerah terindah yang akan dikenang sepanjang hidupnya.

Sejak awal, saya dan suami sepakat, kalau kami punya anak, maka ia harus memiliki kesempatan yang sama untuk dekat dengan kedua kakek neneknya. Tidak diberikan kesempatan yang lebih banyak untuk dekat pada salah satunya. Konsekuensinya memang biaya yang harus disiapkan untuk mudik, itu sangat banyak karena harus melintasi 4 provinsi yaitu Banten, DKI, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Perjalanan BSD Tangsel, Tasik dan Kudus bukanlah perjalanan dekat, tapi harus ditempuh dengan ratusan kilometer yang juga menuntut stamina prima, baik kami sebagai penumpang, apalagi suami sebagai supir.

Awalnya saya takut, Eza jadi kecapean dan sering sakit, tapi ternyata sebaliknya, niat silaturahmi yang kuat dibayar Allah dengan kuatnya badan Eza dan kami orang tuanya, hingga setiap tahun kami bisa meluangkan waktu untuk mudik ke Tasik dan Kudus secara bergantian. Kami memutuskan untuk bergiliran lebaran, tahun kemarin lebarran hari pertama di Kudus, maka tahun ini lebaran hari pertama nya di Tasik. Ini menggembirakan kakek neneknya karena punya kesempatan untuk dekat dengan cucunya dan silaturahmi ke saudara dan tetangga pada hari pertama dan kedua lebaran.

Postingan Favorit