Al-Qur’an adalah mujizat yang tak pernah habis
untuk dikaji. Banyak aspek kemujizatan al-Qur’an yang menjadi sumber decak
kekaguman, diantaranya aspek bahasa al-Qur’an (al-ijaz al balaghi).
Mujizat tersebut dapat dikorelasikan dengan kemukjizatan ilmiah (al i’jaz al ‘ilmiy) al-Qur’an. Istilah al
I’jaz al ‘Ilmiy (kemukjizatan ilmiah) al Qur’an mengandung makna bahwa
sumber ajaran agama tersebut telah mengabarkan kepada kita tentang fakta-fakta
ilmiah yang kelak ditemukan dan dibuktikan oleh eksperimen sains umat manusia, yang
mungkin belum dapat dicapai atau diketahui dengan sarana kehidupan yang ada
pada jaman Rasulullah saw.
Banyak sisi menarik yang
muncul dari ayat-ayat al-Qur’an, yang layak dibahas dan mendapat perhatian
khusus dari sisi bahasa dan sisi ilmiahnya, diantaranya dalam hal penyebutan kata
pendengaran (السَّمْعَ) dan penglihatan (الْأَبْصَارَ / بصَرَ ). Ada dua hal yang
menarik saat membahas kata pendengaran dan penglihatan yaitu didahulukannya
kata pendengaran dari penglihatan serta penggunaan bentuk tunggal
untuk kata pendengaran, sementara untuk penglihatan kadang menggunakan bentuk
tunggal, tapi lebih sering menggunakan bentuk jama’. Tentu ini bukan hal
kebetulan da nada argumentasinya. Mari kita perhatikan korelasi antara kemujizatan
bahasa dan kemujizatan ilmiah al-Qur’an saat membahas hal tersebut.