Monday, June 4, 2018

Al Zayyan Hari 19 : Keindahan Makna Ayyaman Ma’dudat (Perbedaan kata Ma’dudat مَّعْـدُودَاتٍ dan Ma’dudah معدودة), Bagian Kedua



Untuk melanjutkan pembahasan tentang ayyaman ma’dudat ini, awalnya saya fikir ini adalah hal sederhana, yang saya bisa fahami secara cepat. Ternyata saat membaca tafsir al-Mishbah karya M. Quraisy Shihab dan membandingkannya dengan analisa seorang dosen bernama Fadhil as Samirai dalam website www.albayanalqurany.com yang berbahasa Arab, saya kebingungan lalu saya pun mendiskusikannya dengan suami. Butuh waktu lama bagi saya untuk memahami ini, kembali bertanya pada suami tentang maksud dari berbagai referensi berbahasa arab yang terkadang membuat saya banyak bertanya tanya. Maka diskusi panjang pun terjadi, sejak sahur dilanjutkan setelah shalat shubuh, diiringi rasa kantuk yang mendera, lanjut lagi siang hari, ternyata seru dan menarik sekali karena analisanya berkembang ke pembahasan ilmu nahwu (sintaksis) dan balaghah.

Sisi menarik dari pembahasan tentang ayyaman ma’dudat ini adalah saat membandingkan redaksi ayat 80 surat al Baqarah dengan ayat 24 surat Ali Imran. Redaksi yang digunakan ternyata hampir mirip yaitu   قَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلا أَيَّامًا مَعْدُودَةً yang artinya mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja.". Secara umum kedua ayat tersebut menggunakan redaksi yang hampir sama, tapi jika kita amati,  ternyata ada penulisan yang berbeda untuk kata مَعْدُودَةً . Pada ayat 80 surat al Baqarah, tulisan yang digunakan adalah مَعْدُودَةً, sedangkan pada ayat 24 surat Ali Imran, menggunakan tulisan مَّعْـدُودَاتٍ. Mari kita perhatikan penulisan ayat lengkapnya berikut ini :

Sunday, June 3, 2018

Al Zayyan Hari 18 : Keindahan Makna Ayyaman Ma’dudat (Perbedaan kata Ma’dudat مَّعْـدُودَاتٍ dan Ma’dudah معدودة), Bagian Pertama



Sejak beberapa hari yang lalu, saya mencari berbagai referensi yang mengupas makna ayyaman ma’dudat secara bahasa, tapi rasa kepenasaranan saya tentang makna ma’dudat belum terpuaskan. Ada yang mengganjal dalam pikiran saya, mengapa kata ayyaman ma’dudat yang artinya beberapa hari tertentu, ditafsirkan menjadi sebulan penuh di bulan Ramadhan. Dan hari ini, akhirnya saya pun menemukan jawabannya. Semakin seru saat saya mendiskusikannya dengan suami, ternyata suami juga harus browsing lebih banyak. Jadilah hari Minggu siang tadi menjadi waktu yang kami habiskan di rumah, karena butuh berjam jam ngobrol sambil mencari referensi yang lebih meyakinkan, untuk memahami pembahasan ini.

Saat saya membaca banyak referensi tentang ayyaman ma’dudat, saya baru sadar ternyata ada perbedaan penulisan antara مَّعْـدُودَاتٍ dengan معدودة . Keduanya bisa digunakan untuk kata berbentuk jamak, tapi tulisannya sedikit berbeda, dan ternyata ini berefek pada perbedaan makna. Sangat menarik sekali, bahkan perbedaan tulisan ta marbuthah dengan ta biasa/ta zaidah ini tidak terjadi secara kebetulan, semuanya mengandung makna mendalam yang tak bisa diwakili oleh bahasa terjemahan.

Untuk memahami kandungan maknanya, mari kita lihat penggunaan kedua kata tersebut dalam Al-Qur’an.

Kata مَّعْـدُودَاتٍ  disebutkan 3 kali dalam Al-Qur’an yaitu

Saturday, June 2, 2018

Al Zayyan Hari 17 : Ada Apa dengan Kata Syahru (Antara Syahr, Qamar & Hilal)??



Hari ini saya kesulitan menentukan tema yang akan dibahas, karena saking banyaknya hal menarik saat saya berselancar mencari makna dari beberapa kata dalam Al-Qur’an. Awalnya ingin membahas tentang ayyam ma’dudat, tapi sepertinya referensinya belum cukup dan belum memuaskan rasa penasaran saya dari sisi aspek bahasanya. Lalu berkembang menjadi kemujizatan bilangan dalam Al-Qur’an, terutama saat saya mengkaji penggunaan kata syahr / bulan dalam Al-Qur’an. Ternyata ada yang lebih menarik lagi, saat Al-Qur’an menggunakan beberapa kata saat membahas tentang bulan.  

Setidaknya ada 3 kata yang digunakan Al-Qur’an saat berbicara tentang bulan yaitu syahr (شهر), qamar (قمر) dan hilal (هلال). Penggunaan setiap kata tersebut, tentu berbeda dan memiliki ciri khas tersendiri. Penerjemahan kata tersebut ke dalam bahasa Indonesia yang hanya memiliki kosa kata “bulan”, sebenarnya tak cukup mewakili kedalaman makna dari 3 kata tersebut.

Makna kata syahr, menurut Ibnu Manzhur dalam kitab lisan al Arab, mengandung 3 makna yaitu

1.             Syahr bermakna qamar yaitu bulan yang berada di langit (benda langit). Qamar secara akar kata bermakna putih, maka benda langit itu dinamakan qamar karena itulah yang tampak dan jelas cahayanya berwarna putih.
2.             Syahr bermakna hilal yaitu bulan sabit (bulan yang berumur dua malam awal). Hilal dalam bahasa Arab, secara akar kata bermakna tampak. Maka dinamakan hilal karena tampak dan jelas.
3.             Syahr bermakna sejumlah hari yang dikenal banyak orang, dinamakan demikian karena syahr ini dikenal lewat keberadaan bulan di langit (qamar), berdasarkan bulan inilah dapat diketahui awal dan akhir syahr. Makna syahr disini merupakan bulan dalam arti perjalanan waktu/zaman/masa. Makna syahr disini tetap terkait dengan qamar & hilal karena keberadaan posisi qamar & hilal lah yang menentukan perjalanan waktu yang kita sebut syahr.

Postingan Favorit