Thursday, February 25, 2016

The Traveller Eza : Malam Mingguan di Tanjung Pasir Tangerang

 

Mengunjungi Pantai Tanjung Pasir di malam hari, ga pernah terbayangkan sebelumnya. Dulu sekitar tahun 2002-an kalo tidak salah, saat malam tahun baru rasanya saya pernah jalan-jalan dengan rekan rekan kerja ke Tanjung Pasir, ternyata padatdan macet bangetz, mobil sama sekali tak bergerak saking banyak dan padatnya, akhirnya kami memilih jalan kaki berkilo kilo daripada duduk bengong di dalam mobil yang tak bisa bergerak sama sekali.

Nah hari Sabtu minggu lalu, tiba tiba suami secara mendadak memberitahu bahwa malam minggu ini dia ma teman-teman geng nya mau jalan-jalan ke Tanjung Pasir. Dengan tanpa ada rencana dan pemberitahuan apapun di pagi harinya, saya sedikit kesal. Maklum emak emak, kalau pergi bawa anak itu, udah kebayang deh barang bawaan yang harus dibawa. Untungnya ga nginep, jadi ga terlalu banyak lah barang barang yang harus dibawa. Suami baru memberitahu mau berangkat jam 4 lebih hamper setengah 5, disuruh siap siap berangkat, kelimpungan lah saya sambil marah marah ga jelas, meminta sih tepatnya kalua bisa jangan mendadak dadak kalau mau jalan-jalan. Setelah sesi persiapan selesai, siap siap deh berangkat.

Monday, February 22, 2016

Weaning With Love : Menyapih Eza dengan Cinta (bagian 1)

 

Menjelang usia Eza dua tahun, saya sudah browsing tips tips menyapih dengan blog walking, belajar dari para ibu yang sudah lebih berpengalaman, melalui kisah pengalaman mereka di blognya. Juga belajar dari pengalaman kakak dan teman saya yang saya ajak ngobrol saat bertemu atau saya tanya via wa. Banyak tips yang sudah saya dapatkan, dari mulai pake plester, pake lipstick, diungsikan ke rumah neneknya, dan banyak juga yang mempraktekkan istilah wwl yang sedang booming yaitu menyapih dengan cinta.

 

Menyapih dengan cinta intinya mempersiapkan ibu dan anak, agar sama sama nyaman saat mengalami proses penyapihan. Anak tak perlu ditakut takuti dengan plester atau lipstick dan lain lain, tapi cukup dengan sering “mensosialisasikan” proses penyapihan ini kepada sang anak sejak jauh jauh hari sehingga anak ngga kaget saat akan disapih.

 

Wednesday, February 17, 2016

Resensi Buku : Kujemput Engkau di Sepertiga Malam

 

Judul                : Kujemput Engkau di Sepertiga Malam

Penulis             : Peggy Melati Sukma

Penerbit           : Noura Books

Terbit              : 2014

Tebal               : 394 halaman

 

Buku ini tak sengaja saya temukan di masjid sekolah lantai 2. Saya yakin tak pernah ada yang kebetulan, maka saya ambil buku ini. Biasanya saat saya menemukan sesuatu, atau saat saya harus bertemu dan ngobrol dengan seseorang, ada tujuan Allah untuk mengingatkan saya tentang sesuatu. Maka saat saya menemukan buku Peggy tentang tahajud, saya langsung jleb, sepertinya Allah tengah mengingatkan saya tentang tahajud. Jadi saya langsung menyambar buku ini. Entah punya siapa, saya hanya berniat membacanya dan langsung mengembalikannya saat sudah selesai membaca.

 

Peggy menceritakan pengalaman hidupnya dalam buku ini, termasuk kisah cintanya hingga kegagalan rumah tangganya. Kesuksesan dalam karier, terutama saat booming tokoh Peggy dengan jargon “pussiing” nya, membawa Peggy pada puncak kesuksesan. Ditambah dengan aktivitas Peggy di bidang sosial dan bisnis, yang mengantarkannya mengenal sosok (mantan) suaminya, juga menambah daftar kesibukan dan kesuksesannya. Tapi ternyata semua kesuksesan itu tak membuat semuanya baik baik saja. Kesehatannya terganggu karena kelelahan, rumah tangganya berantakan hingga ia berusaha menemukan pencerahan spiritual dari ibunya, yang sejak dulu selalu mengingatkannya untuk rutin shalat wajib dan jangan meninggalkan tahajud. Kombinasi kisah kehidupan dan ilmu tentang tahajud dalam buku ini, menambah sisi positif buku ini.

 

Postingan Favorit