Showing posts with label Proyek Ramadhan Al Zayyan. Show all posts
Showing posts with label Proyek Ramadhan Al Zayyan. Show all posts

Saturday, May 9, 2020

HARI 16 : BAYAN BAGIAN 3: KINAYAH



Untuk memudahkan pemahaman, berikut adalah video tentang Kinayah

sumbernya adalah youtube Ini




 

 Serpong, Sabtu 9 Mei 2020/16 Ramadhan 1441 H, 07.55

#KolaborasiZaiNovi

#ProyekRamadhanAlZayyan1441H

#AlZayyanHari16

#Karya7TahunPernikahan

#SerunyaBelajarBahasaArab

Friday, May 8, 2020

HARI 15 : BAYAN BAGIAN 2: MAJAZ



Untuk memudahkan pemahaman, berikut adalah video tentang Isti'arah

Sumbernya adalah youtube Arabiyatuna


 


 Serpong, Jumat, 8 Mei 2020/15 Ramadhan 1441 H, 06.55

#KolaborasiZaiNovi

#ProyekRamadhanAlZayyan1441H

#AlZayyanHari15

#Karya7TahunPernikahan

#SerunyaBelajarBahasaArab

Thursday, May 7, 2020

HARI 14 : BAYAN BAGIAN 1: TASYBIH



untuk memudahkan pemahaman, berikut adalah video tentang Tasybih

Sumbernya adalah Youtube Arabiyatuna


 

 Serpong, Kamis 7 Mei 2020/14 Ramadhan 1441 H, 06.55

#KolaborasiZaiNovi

#ProyekRamadhanAlZayyan1441H

#AlZayyanHari14

#Karya7TahunPernikahan

#SerunyaBelajarBahasaArab

Wednesday, May 6, 2020

HARI 13 : MA’ANI BAGIAN 8: FASHL & WASHL


Secara garis besar, kalam insya’i terbagi menjadi dua yaitu thalabi dan ghair thalabi. Definisi Insya Thalabi adalah yang kalimat yang menghendaki adanya tuntutan atau permintaan. Sedangkan ghair thalabi adalah kalimat yang tidak menuntut adanya suatu permintaan. Yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah salah satu contoh dari kalam insya thalabi yaitu terkait dengan fashl dan washl (الفصل والوصل).

Fashl adalah menggabungkan dua buah kalimat dengan tidak menggunakan kata sambung (عطف) sedangkan washl adalah menggabungkan dua buah kalimat dengan menggunakan kata sambung waw (و).

Ada 3 ketentuan penggunaan washl atau menyambung yaitu:

     ·         Jika dua kalimat khabar/berita dan insya sama dalam lafadz dan makna

Contoh dua kalimat khabar terdapat dalam surat al Infithar ayat 13 dan 14 :

إِنَّ الأبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ  وَإِنَّ الْفُجَّارَ لَفِي جَحِيمٍ

dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.

Mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan.

Kedua kalimat dalam ayat tersebut sama dan sepadan, baik dari sisi lafadznya maupun dari sisi maknanya, orang durhaka akan masuk neraka dan orang surat akan masuk ke dalam surga, maka digabungkan dengan menggunakan huruf waw. 

Contoh dua kalimat insya terdapat dalam surat As-Syura ayat 15:

فَلِذَلِكَ فَادْعُ وَاسْتَقِمْ ...

 Oleh karena itu, Serulah (mereka beriman) dan tetaplah (beriman) "   

Dua kalimat pada ayat tersebut sama-sama kalimat insya yang sejajar dari segi lafadz dan maknanya, maka digabungkan dengan menggunakan huruf waw.    

      ·         Jika dua kalimat khabar dan insya berbeda, maka perlu disambung untuk menghindari kesalahpahaman

Contohnya pada ungkapan berikut ini

لا و بارك الله فيك

Tidak, dan semoga Allah memberkahimu 

      ·         Ketika adanya hukum i’rab/struktur yang disamakan yang terdapat pada kalimat pertama dan kedua

Contohnya terdapat dalam surat Ali Imran ayat 156

وَاللَّهُ يُحْيِي وَيُمِيتُ

Dan Allah menghidupkan dan mematikan.

Kedua kalimat dalam ayat tersebut, I’rab nya sama.

Ada beberapa ketentuan penggunaan fashl/memisahkan yaitu :

     a.       Dua kalimat yang disatukan secara sempurna serta terdapat kesamaan makna pada keduanya atau biasa disebut dengan kamal al ittishal(كمال الاتصال)

           ·         Keberadaan kalimat berposisi sebagai badal/kata ganti

            Contohnya terdapat dalam surat asy-Syu’ara ayat 132-133

وَاتَّقُوا الَّذِي أَمَدَّكُمْ بِمَا تَعْلَمُونَ  أَمَدَّكُمْ بِأَنْعَامٍ وَبَنِينَ

Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui. Dia telah menganugerahkan kepadamu binatang-binatang ternak, dan anak-anak, 

Ayat 133 merupakan badal / kata ganti untuk ayat 132.

          ·         Keberadaan kalimat yang kedua merupakan penjelas dari kalimat pertama

          Contohnya terdapat dalam surat Thaha ayat 120

فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لا يَبْلَى

Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?"

Kalimat قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لا يَبْلَى merupakan penjelas dari kalimat فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ.

          ·         Keberadaan kalimat yang kedua sebagai taukid atau penguat terhadap kalimat pertama, penguatannya dengan sesuatu yang menyamai lafadz taukid atau makna taukid

          Contohnya terdapat dalam surat ath Thariq ayat 17

فَمَهِّلِ الْكَافِرِينَ أَمْهِلْهُمْ رُوَيْدًا

Karena itu beri tangguhlah orang-orang kafir itu yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar. 

Kalimat أَمْهِلْهُمْ رُوَيْدًا merupakan penguat dari kalimat sebelumnya yaitu فَمَهِّلِ الْكَافِرِينَ .

     b.      Diantara dua kalimat terdapat perbedaan yang jelas atau dinamakan kamal al inqitha’ (كمال الانقطاع) yaitu perbedaan dua kalimat dengan perbedaan yang sempurna 

Contohnya adalah ungkapan berikut:

 علي كاتب, الحمام طائر

Ali seorang penulit, merpati itu terbang 

    c.       Adanya ikatan yang kuat antara dua kalimat yang dinamakan syibhu kamal al ittishal (شبه كمال الاتصال) yaitu adanya kalimat kedua sangat kuat hubungannya dengan kalimat pertama, karena sebagai jawaban dari soal yang difahami dari kalimat pertama. 

Contohnya terdapat dalam surat Yusuf ayat 53

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 

Kalimat kedua yaitu إِنَّ النَّفْسَ لأمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ merupakan jawaban tentang nafsu dari kalimat di awal ayat. 

   d.      Keberadaan dua kalimat yang sesuai serta memiliki ikatan, tetapi terdapat halangan yang mencegah untuk menggabungkannya yaitu tidak adanya tujuan untuk menggabungkan dua kalimat tersebut di dalam hukum. Ini dinamakan tawassuth baina al kamalaini(توسط بين الكملين) .

Contohnya terdapat dalam surat al Baqarah ayat 14-15

وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ  اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ

Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.

Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. 

Kalimat  اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ tidak digabungkan dengan kalimat sebelumnya إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ  karena kalimat tersebut merupakan dialog orang-orang munafik, jadi tidak sesuai jika digabungkan dengan huruf waw misalnya. Artinya menjadi

“Mereka orang orang munafik berkata, “Sesungguhnya kami bersamamu, kami hanya berolok olok dan Allah akan memperolok olokan mereka.”

Maka kalimat tersebut tidak pantas jika disambungkan.

Demikianlah pembahasan tentang fashl dan washl yang juga mengakhiri pembahasan tentang ma’aniy dalam ilmu Balaghah. 


Semoga Bermanfaat

Wassalam

Referensi :

·         Al Balaghah al’Arabiyyah, Haniah,Lc,MA

·         Ilmu Ma’aniy, Basyuni Abdul fattah fayud, Kairo: Maktabah Wahbah.

Sumber gambar

·         taufiq.net

Serpong, Rabu 6 Mei 2020/13 Ramadhan 1441 H, 06.55

#KolaborasiZaiNovi

#ProyekRamadhanAlZayyan1441H

#AlZayyanHari13

#Karya7TahunPernikahan

#SerunyaBelajarBahasaArab

Tuesday, May 5, 2020

HARI 12 : MA’ANI BAGIAN 7: AN NIDA



Secara garis besar, kalam insya’i terbagi menjadi dua yaitu thalabi dan ghair thalabi. Definisi Insya Thalabi adalah yang kalimat yang menghendaki adanya tuntutan atau permintaan. Sedangkan ghair thalabi adalah kalimat yang tidak menuntut adanya suatu permintaan. Yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah salah satu contoh dari kalam insya thalabi yaitu terkait dengan nida (panggilan).

Menurut Basyuni dalam kitab Ilmu Ma’aniy, arti nida adalah  

طلب الإقبال بحرف نائب مناب كلمة: "أدعو", والغاية منه أن يصغى من تناديه إلى أمر ذي بال, ولذا غلب أن يلي النداء أمر أو نهي أو استفهام أو إخبار بحكم شرعي ونحو ذلك من الأمور المهمة   

Tuntutan mutakallim agar seseorang menghadapnya, dengan menggunakan huruf pengganti kalimat “aku memanggil” dan tujuannya adalah untuk mendengarkan mereka yang menyerukan hal yang penting

Ada beberapa harf nida / huruf yang digunakan untuk memanggil yaitu
      ·         Ya (يا), digunakan untuk yang dekat dan jauh
Contohnya adalah pada surat al Muddatsir ayat 1 berikut ini:
يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ
Hai orang yang berkemul (berselimut),

Monday, May 4, 2020

HARI 11 : MA’ANI BAGIAN 6: TAMANNI



Secara garis besar, kalam insya’i terbagi menjadi dua yaitu thalabi dan ghair thalabi. Definisi Insya Thalabi adalah yang kalimat yang menghendaki adanya tuntutan atau permintaan. Sedangkan ghair thalabi adalah kalimat yang tidak menuntut adanya suatu permintaan. Yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah salah satu contoh dari kalam insya thalabi yaitu terkait dengan tamanni (berangan angan).

Secara leksikal, arti tamanni adalah meminta pemahaman atau mencari tahu. Dalam terminologi ilmu balaghah, tamanni  adalah

طلب أمر تحبه النفس وتميل إليه وترغب فيه. ولكنه لا يرجى حصوله إما لكونه مستحيلا, أو لكونه بعيدا لايطمع في نيله

menghendaki sesuatu yang disukai tapi tidak bisa diharapkan tercapainya baik karena mustahil maupun terlalu jauh untuk digapai dalam mendapatkannya. (Basyuni, Ilmu Ma’aniy, hal 420)

ada 4 lafadz yang digunakan dalam tamanni yaitu


·         Laita (ليت)/seandainya

Contohnya adalah pada surat Maryam ayat 23 berikut ini:

فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَى جِذْعِ النَّخْلَةِ قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا

Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan". 

Lafafz laita bisa bermakna “seandainya” seperti pada ayat diatas,  bisa juga bermakna penyesalan seperti dalam surat al Furqan ayat 27 berikut: 

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلا

Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang dhalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul." 

·         Hal (هل)/apakah

Contohnya adalah pada Ghafir ayat 11 berikut ini:

قَالُوا رَبَّنَا أَمَتَّنَا اثْنَتَيْنِ وَأَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ فَاعْتَرَفْنَا بِذُنُوبِنَا فَهَلْ إِلَى خُرُوجٍ مِنْ سَبِيلٍ

Mereka menjawab: "Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?" 

Ada rahasia ungkapan tamanni dengan menggunakan istifham atau bertanya “apakah?” yaitu menyatakan sempurnanya perhatian terhadap sesuatu yang diangan-angankan, dalam bentuk “mungkin”. Kalau dengan lafadz lain, sepertinya hal yang mustahil, dengan lafadz hal atau apakah ini, ada isyarat tambahan yaitu mempertanyakan, walaupun pada akhirnya, semuanya tetaplah tidak mungkin terjadi, jadi hanya berangan-angan saja. 

·         Lau (لو)/seandainya

Contohnya adalah pada surat az Zumar 58 berikut ini:

أَوْ تَقُولَ حِينَ تَرَى الْعَذَابَ لَوْ أَنَّ لِي كَرَّةً فَأَكُونَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ

Atau supaya jangan ada yang berkata ketika ia melihat azab: 'Kalau sekiranya aku dapat kembali (ke dunia), niscaya aku akan termasuk orang-orang berbuat baik'.

 

Lafadz lau ini menyatakan bahwa sesuatu yang disebutkan setelahnya, adalah sesuatu yang sangat “mahal dan berharga”, walaupun tetap tidak bisa tercapai juga.

 

·         La’alla (لعل)/semoga/supaya

Contohnya adalah pada surat Ghafir ayat 36 berikut ini:

وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا هَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَبْلُغُ الأسْبَابَ

Dan berkatalah Firaun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, 

Lafadz la’alla ini menunjukkan suatu hal yang diharapkan terjadi, tapi terlalu sulit digapai dan tidak mungkin tercapai. 

Demikianlah pembahasan an nahyu dalam kalam insya thalabi dan berbagai fungsinya serta contohnya dalam ayat-ayat Al-Qur’an.

 untuk memudahkan pemahaman, berikut ada video tentang kalam insya thalabi

sumbernya adalah link youtube  dari Arabiyatuna

 

Semoga Bermanfaat

Wassalam

Referensi :

         ·         Al Balaghah al’Arabiyyah, Haniah,Lc,MA

         ·         Ilmu Ma’aniy, Basyuni Abdul fattah fayud, Kairo: Maktabah Wahbah.

Serpong, Senin 4 Mei 2020/11 Ramadhan 1441 H, 06.55

#KolaborasiZaiNovi

#ProyekRamadhanAlZayyan1441H

#AlZayyanHari11

#Karya7TahunPernikahan

#SerunyaBelajarBahasaArab

Sunday, May 3, 2020

HARI 10 : MAA’NI BAGIAN 5: ISTIFHAM


Secara garis besar, kalam insya’i terbagi menjadi dua yaitu thalabi dan ghair thalabi. Definisi Insya Thalabi adalah yang kalimat yang menghendaki adanya tuntutan atau permintaan. Sedangkan ghair thalabi adalah kalimat yang tidak menuntut adanya suatu permintaan. Yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah salah satu contoh dari kalam insya thalabi yaitu terkait dengan istifham (bertanya).
Secara leksikal, arti istifham adalah meminta pemahaman atau mencari tahu. Dalam terminologi ilmu balaghah, istifham  adalah menuntut pengetahuan tentang sesuatu. Kalimat yang menggunakan istifham disebut jumlah istifhamiyyah yaitu kalimat yang berfungsi untuk meminta informasi tentang sesuatu yang belum diketahui sebelumnya dengan menggunakan huruf istifham.
Beberapa lafadz atau huruf yang digunakan dalam istifham adalah:
v  Hamzah/apakah (أ)
Contohnya adalah pada surat al Anbiya ayat 62 berikut ini:
قَالُوا أَأَنْتَ فَعَلْتَ هَذَا بِآلِهَتِنَا يَا إِبْرَاهِيمُ
Mereka bertanya: "Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?" 
Pada ayat tersebut, yang dimaksud adalah  أَأَنْتَ yang artinya “apakah kamu?”

Saturday, May 2, 2020

HARI 9 : MA’ANI BAGIAN 4: AN NAHYU

Pembicaraan atau kalam dalam bahasa Arab adalah lafadz yang tersusun dari dua buah kata atau lebih yang memiliki makna. Dalam ilmu balaghah, kalam terbagi dua yaitu khabari dan insya’i. Khabari adalah kalimat yang mengandung kemungkinan benar atau bohong, dilihat dari isi pembicaraannya. Sedangkan insya’i adalah kalimat yang tidak bisa disebut benar atau bohong. Jika seseorang mengucapkan suatu kalimat, maka pendengarnya tidak bisa menilai apakah perkataanya benar atau bohong.

Secara garis besar, kalam insya’i terbagi menjadi dua yaitu thalabi dan ghair thalabi. Definisi Insya Thalabi adalah yang kalimat yang menghendaki adanya tuntutan atau permintaan. Sedangkan ghair thalabi adalah kalimat yang tidak menuntut adanya suatu permintaan. Yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah salah satu contoh dari kalam insya thalabi yaitu terkait dengan an nahyu (larangan).

Secara leksikal, arti an nahyu adalah kalimat larangan. Dalam terminologi ilmu balaghah, an nahyu  adalah tuntutan meninggalkan suatu perbuatan dari mutakallim (pembicara/pihak yang lebih tinggi) kepada mukhatab (penerima/pihak yang lebih rendah).

Bentuk lafadz yang digunakan yaitu la nahyi plus fi’il mudhari’. Contohnya adalah pada surat al-An’am ayat 151 berikut ini

وَلا تَقْتُلُوا أَوْلادَكُمْ مِنْ إِمْلاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ

dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan.

Pada ayat tersebut, fi’il nahy yang dimaksud adalah وَلا تَقْتُلُوا yang artinya dan janganlah kamu membunuh.

Ada beberapa fungsi dari lafadz an nahyu yaitu sebagai berikut:

Friday, May 1, 2020

HARI 8 : MA’ANI BAGIAN 3: AL AMR (أمر)



Pembicaraan atau kalam dalam bahasa Arab adalah lafadz yang tersusun dari dua buah kata atau lebih yang memiliki makna. Dalam ilmu balaghah, kalam terbagi dua yaitu khabari dan insya’i. Khabari adalah kalimat yang mengandung kemungkinan benar atau bohong, dilihat dari isi pembicaraannya. Sedangkan insya’i adalah kalimat yang tidak bisa disebut benar atau bohong. Jika seseorang mengucapkan suatu kalimat, maka pendengarnya tidak bisa menilai apakah perkataanya benar atau bohong.

Secara garis besar, kalam insya’i terbagi menjadi dua yaitu thalabi dan ghair thalabi. Definisi Insya Thalabi adalah yang kalimat yang menghendaki adanya tuntutan atau permintaan. Sedangkan ghair thalabi adalah kalimat yang tidak menuntut adanya suatu permintaan. Yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah salah satu contoh dari kalam insya thalabi yaitu terkait dengan amr (perintah).

Secara leksikal, arti amr adalah kalimat perintah. Dalam terminologi ilmu balaghah, amr  adalah tuntutan mengerjakan sesuatu dari mutakallim (pembicara/pihak yang lebih tinggi) kepada mukhatab (penerima/pihak yang lebih rendah).

Ada 4 bentuk lafadz yang digunakan yaitu

Thursday, April 30, 2020

HARI 7 : MA’ANI BAGIAN 2: ITHNAB (اطناب)



Definisi ithnab adalah

تأدية المعنى بعبارة زائدة عن متعارف الأوساط لفائدة

Yaitu mengungkapkan suatu makna dengan ungkapan panjang lebar untuk tujuan tertentu.

Ada beberapa jenis ithnab dan tujuannya yaitu

  ü  Menyebutkan lafadz yang khusus setelah umum

Contohnya adalah dalam surat al Qadr ayat 4

تَنَزَّلُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ

Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.

 

Pada ayat tersebut, Malaikat Jibril disebutkan setelah kata Malaikat yang sifatnya umum untuk menyebutkan keistimewaan Malaikat Jibril.

 

  ü  Menyebutkan lafadz yang umum setelah khusus

Contohnya adalah dalam surat Nuh ayat 28

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَلا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلا تَبَارًا

Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang lalim itu selain kebinasaan".

 

Pada ayat tersebut, kata muminin dan muminat disebutkan setelah lafadz mumin yang merupakan bagian dari kata setelahnya. Tujuannya adalah menegaskan keumuman dan menyeluruh, serta memberikan perhatian pada yang khusus.

 

  ü  Menjelaskan setelah hal yang samar

Contohnya adalah dalam surat al Ghasyiyah ayat 1 dan 2

هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ

Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan?

Banyak muka pada hari itu tunduk terhina,

 

Pada ayat tersebut, ayat kedua menjelaskan ayat pertama. Tujuannya adalah memperkuat maknanya.

 

  ü  Pengulangan lafadz karena adanya alasan, seperti panjangnya pemisah

Contohnya adalah dalam surat at-Takatsur ayat 3 dan 4

كَلا سَوْفَ تَعْلَمُونَ  ثُمَّ كَلا سَوْفَ تَعْلَمُونَ

Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),

dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.

 

Pada ayat ketiga, lafadz سَوْفَ تَعْلَمُونَ diulang pada ayat keempat. Tujuannya adalah untuk menegaskan makna dan mengetuk jiwa pembaca/pendengarnya terhadap makna yang dimaksud, untuk menghindari kesalahpahaman.

 

  ü  I’tiradh yaitu menyisipkan lafadz antara bagian-bagian satu kalimat atau antara dua kalimat yang masih berkaitan maknanya karena adanya sebuah tujuan.

Contohnya adalah dalam surat an Nahl ayat 57

وَيَجْعَلُونَ لِلَّهِ الْبَنَاتِ سُبْحَانَهُ وَلَهُمْ مَا يَشْتَهُونَ

Dan mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan. Maha Suci Allah, sedang untuk mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yang mereka sukai (yaitu anak-anak laki-laki).

 

Pada ayat tersebut, kata سُبْحَانَهُ /Mahasuci Allah” digunakan sebagai bantahan bagi klaim orang kafir yang menyatakan bahwa Allah memiliki anak perempuan.

 

  ü  Tadzyil adalah mengiringi suatu kalimat dengan kalimat yang lain yang mengandung makna tertentu dengan tujuan menguatkannya

Contohnya adalah dalam surat al Isra ayat 81

وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا

Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.

 

Pada ayat tersebut, kalimat  إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا mengikuti kalimat lain untuk menguatkan. Andai kalimat ini tidak adapun, sudah cukup karena maknanya sudah tercakup dari kalimat sebelumnya.

 

  ü  Ighal adalah mengakhiri pembicaraan dengan lafadz yang memiliki faidah yang seandainya tanpa lafadz itu pembicaraan sudah sempurna, seperti makna mubalaghah.

Contohnya dalam surat al-Baqarah ayat 212

زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.

 

Pada ayat tersebut, kata بِغَيْرِ حِسَابٍ termasuk ighal untuk menguatkan makna.

 

  ü  Ihtiras yaitu mendatangkan ungkapan yang memberi persepsi berbeda dari tujuan, dengan ungkapan lain yang menolak kasalahpahaman itu

Contohnya adalah dalam surat al Insan ayat 8

وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا

Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.

 

Pada ayat tersebut, lafadz عَلَى حُبِّهِ digunakan untuk memperjelas makna. Biasanya mayoritas kita menganggap bahwa memberi itu jika harta kita berlebih atau jika sudah kaya, tapi lafadz ini menunjukkan bahwa dalam keadaan bagaimanapun tetap harus berbagi misal dengan memberikan makan bagi yang membutuhkan.

 

Ada beberapa ayat yang mengandung iijaz dan ithnab sekaligus, contohnya dalam surat an-naml ayat 18 berikut ini:

حَتَّى إِذَا أَتَوْا عَلَى وَادِ النَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لا يَشْعُرُونَ

Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari";

Dalam buku Ensiklopedia Al-Quran hadits, dijelaskan bahwa ithnab dalam ayat tersebut terdapat pada lafadz يَا أَيُّهَا dan  وَهُمْ لا يَشْعُرُونَ. terkait dengan ya ayyuha, Sibawaih berkomentar bahwa huruf alif dan ha masuk pada kata ayyun. Fungsi kedua huruf tersebut adalah sebagai ta’kid (penguat). Jadi seakan-akan kata ya disebut dua kali. Dengan demikian, nomina vokatif (ya ayyuha) tersebut menjadi tanbih (peringatan).

Hal senada juga diungkapkan oleh Zamakhsayri. Menurutnya nida (nomina vokatif) dalam Al-Qur’an hanya disebut secara berulang-ulang dengan perangkat nida ya ayyuga, bukan lainnya. Sebab, dalam perangkat nida ini terdapat sisi penegas, selain juga sebagai hiperbola. Diantaranya, makna yang terkandung dalam partikel ya adalah penegas dan pengingat, sedangkan makna yang terkandung dalam partikel ha hanya pengingat. Dengan demikian, segala sesuatu yang asalnya belum jelas (ayyun) menjadi jelas. Sehingga kedudukannya menjadi sangat tegas dan kuat.

Sementara itu kalimat wa hum la yasy’urun sebagai penyempurna pernyataan sebelumnya dengan tujuan untuk menghilangkan pemahaman yang jelas. Dalam istilah balaghah, gaya bahasa seperti ini disebut ihtiras. Sebab, ayat tersebut menisbahkan kezaliman kepada Nabi Sulaiman as. Dalam ayat ini, seakan-akan semut tersebut mengetahui bahwa para nabi itu terpelihara dari perbuatan dosa. Mereka tidak pernah salah, kecuali sekadar lupa. Dalam hal ini, Al-Razi juga berpendapat, “Ini merupakan peringatan besar untuk menetapkan bahwa para nabi itu terhindar dari perbuatan dosa.”

Demikianlah penjelasan tentang penggunaan ithnab dan tujuannya.

 

Semoga Bermanfaat

Referensi :

      ·         Balaghah untuk semua, Prof. Hidayat

      ·         Ensiklopedia Mujizat Al Qur’an dan Hadits, Kemujizatan Sastra dan Bahasa Al Qur’an, Hisham Thalbah dkk.

      ·         Al Balaghah al’Arabiyyah, Haniah,Lc,MA

      ·         Ilmu Ma’aniy, Basyuni Abdul fattah fayud, Kairo: Maktabah Wahbah.

Wassalam

Serpong, Kamis 30 April 2020/7 Ramadhan 1441 H, 06.55

#KolaborasiZaiNovi

#ProyekRamadhanAlZayyan1441H

#AlZayyanHari7

#Karya7TahunPernikahan

#SerunyaBelajarBahasaArab

Postingan Favorit