Sebagai wali asrama yang sudah malang melintang selama kurang lebih 20 tahun, ada banyak cerita dari para remaja yang menghabiskan 24 waktunya di sekolah berasrama. Ada kisah sedih, bahagia, haru, tawa, suka dan duka, campur aduk mengiringi para remaja yang sedang mencari jati diri. Pengen rasanya menceritakan satu persatu, tapi ada beberapa hal yang menurut mereka itu rahasia dan tak perlu disebarkan... baiklah
Ini bukan kisah tentang orang-orang di foto ini... Ini kisah beberapa orang remaja yang pernah menangis di pelukan saya.
Suatu hari saya memanggil siswa, katakanlah namanya Wawa. Ia kerapkali melanggar peraturan madrasah dengan frekuensi yang cukup sering. Setelah berkali-kali pelanggaran tanpa ada perubahan berarti, saya pun memanggilnya, mengajaknya ngobrol dari hati ke hati, ada masalah apa dalam dirinya yang perlu dibantu.
Maka keluarlah uneg-unegnya yang sepertinya sudah lama dipendam, tentang orangtuanya yang super sibuk, tentang konflik yang dialaminya dengan teman sekelasnya, terungkap juga bahwa masuk sekolah ini adalah keinginan orangtuanya, bukan keinginannya sendiri. Ia sudah mondok sejak SD-SMP, sehingga merasa lelah dan berada di puncak kebosanan yang berkepanjangan. Ia ingin sekolah di sekoah negeri, sehingga bisa pergi dari rumah, dan pulang kembali ke rumah, tempat yang dirindukannya setelah sekian tahun mondok.
Saya membiarkannya bercerita, hingga perlahan-lahan sesak yang lama dirasakannya pun pecah, ia menangis sesenggukan, langsung saya peluk dan saya minta ia keluarkan beban yang selama ini dirasakannya. Makin pecahlah tangisnya...
Setelah memeluk dan mengusap punggungnya, serta menenangkan hatinya, barulah saya kasih masukan-masukan yang memotivasi nya untuk banyak beribadah dan minta pertolongan Allah untuk membantunya mengatasi semua masalah dan kesulitannya. Begitulah pembinaan yang dilakukan di asrama, dimana mengobrol dengan setiap anak itu kadang membutuhkan waktu yang tidak sedikit, tergantung pada masalah yang dialami setiap anak.
Begitu tak mudahnya bagi seorang anak, yang belum pernah mondok atau bahkan yang sudah mondok pun, jika punya masalah dalam diri dan keluarganya yang belum tuntas, maka adaptasi dengan kehidupan asramanya pun membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Belum lagi beban akademis yang berat, adapatasi dengan teman kamar plus target-target sekolah yang cukup banyak. Maka diperlukan hati yang lapang, waktu yang luang, telinga yang kuat mendengarkan, tangan yang siap membantu dari guru dan pembina yang mendampingi, agar mereka bisa tangguh dan semangat dalam menghadapi berbagai tantangan yang dihadapi. Tentu saja yang tak boleh dilupakan adalah selalu meminta pertolongan Allah untuk membantu kita para guru agar bisa menghasilkan anak didik yang baik, pintar, cerdas serta menbar manfaat untuk umat. Aamiin...
Semoga bermanfaat
No comments:
Post a Comment