Wednesday, April 19, 2023

Persamaan dan Perbedaan kata shaum ( صَوْم) dan shiyam (صِيَام)


Selama ini, kebanyakan dari kita menganggap tak ada perbedaan antara shaum (
 صَوْم) dan shiyam (صِيَام), toh terjemahannya pun diartikan sama yaitu puasa. Tapi jika kita analisis lebih lanjut, apalagi nanti jika dikombinasi dengan hadits terkait, ternyata ada perbedaan mendasar antara shaum ( صَوْم) dan shiyam (صِيَام). Hal ini baru bisa kita fahami, jika kita telusuri akar kata dan bentuk katanya. Sementara, saat diterjemahkan, keduanya diberi arti, Puasa. Begitulah terbatasnya bahasa penerjemahan, tak bisa mewakili makna yang mendalam dari bahasa aslinya.


Kata shaum ( صَوْم) dan shiyam (صِيَام) adalah bentuk mashdar (gerund) dari kata shaama-yashuumu (صام - يصوم). Keduanya sama-sama disebut dalam Al-Qur’an.

Kata shaum disebutkan sekali yaitu dalam surat Maryam ayat 26 yang berbunyi:
فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا
“Maka makan, minum, dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seseorang, katakanlah, “Sesungguhnya aku telah bernazar shaum untuk Tuhan Yang Maha Pemurah; aku tidak akan berbicara dengan seorang pun pada hari ini.”
Kata shaum dalam ayat tersebut menurut Jumhur mufasir bermakna shamt (perihal diam, perihal tidak berkata-kata—menahan diri dari berkata-kata). Arti itu dipertegas dengan kalimat berikutnya: fa lan ukallima al-yauma insiyya. Aku tidak akan berbicara dengan seorang pun pada hari ini.

Monday, April 17, 2023

Perbedaan Kata Kutiba (كتب) dan Faradha (فرض)

 


Saya dan suami ditakdirkan bergelut dalam bidang yang sama yaitu bahasa Arab. Maka kami sering berdiskusi terkait banyak hal, walaupun bidang kajian spesifik kebahasaAraban saya dan suami berbeda. Suami fokus pendidikannya di bidang Syariah dan pendidikan Bahasa Arab, sementara saya lebih tertarik pada bahasa Arab dalam Al-Qur'an. Maka saya tertarik mengkaji penggunaan kata-kata bahasa Arab dalam Al-Qur'an yang sarat makna.

Kali ini, kita akan membahas penggunaan kata kutiba, yang akan kita bandingkan dengan kata faradha  dalam Al-Qur’an. Naluri “kebahasa Araban” saya, hanya fokus pada jenis pasifnya kata tersebut, sementara suami, lebih jeli lagi. Ia menantang saya untuk membandingkan kata kutiba, dengan faradha  bahkan dengan kata wajaba. Tapi sejak beberapa hari yang lalu, mencari dan mendalami referensi tentang kata kutiba dan faradha saja sudah membuat kepala pening dihantui rasa penasaran. Sepertinya kata wajaba tidak akan sempat dibahas pada tulisan ini, karena dua kata ini saja, sepertinya akan menjadi panjang.

Membandingkan penggunakan dua kata ini dalam Al-Qur;an, saya harus mencari secara detail ayat mana saja yang menggunakan kata kutiba dan faradha dan turunannya. Penggunaan kata kutiba dalam Al-Qur’an, sudah dibahas pada tulisan sebelumnya, ada disini. Maka kali ini, kita akan amati penggunaan kata faradha dan derivasi/turunannya dalam ayat-ayat Al-Qur’an.


Ada beberapa ayat yang menggunakan kata faradha dan turunannya dalam Al-Quran :
1.             Surat Al Baqarah ayat 68
قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا هِيَ قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لا فَارِضٌ وَلا بِكْرٌ عَوَانٌ بَيْنَ ذَلِكَ فَافْعَلُوا مَا تُؤْمَرُونَ
Mereka menjawab: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu".

Sunday, April 16, 2023

Ada Apa dengan Kata Syahru (Antara Syahr, Qamar & Hilal)??

 


Hari ini saya kesulitan menentukan tema yang akan dibahas, karena saking banyaknya hal menarik saat saya berselancar mencari makna dari beberapa kata dalam Al-Qur’an. Awalnya ingin membahas tentang ayyam ma’dudat, tapi sepertinya referensinya belum cukup dan belum memuaskan rasa penasaran saya dari sisi aspek bahasanya. Lalu berkembang menjadi kemujizatan bilangan dalam Al-Qur’an, terutama saat saya mengkaji penggunaan kata syahr / bulan dalam Al-Qur’an. Ternyata ada yang lebih menarik lagi, saat Al-Qur’an menggunakan beberapa kata saat membahas tentang bulan.  

Setidaknya ada 3 kata yang digunakan Al-Qur’an saat berbicara tentang bulan yaitu syahr (شهر), qamar (قمر) dan hilal (هلال). Penggunaan setiap kata tersebut, tentu berbeda dan memiliki ciri khas tersendiri. Penerjemahan kata tersebut ke dalam bahasa Indonesia yang hanya memiliki kosa kata “bulan”, sebenarnya tak cukup mewakili kedalaman makna dari 3 kata tersebut.

Makna kata syahr, menurut Ibnu Manzhur dalam kitab lisan al Arab, mengandung 3 makna yaitu

1.             Syahr bermakna qamar yaitu bulan yang berada di langit (benda langit). Qamar secara akar kata bermakna putih, maka benda langit itu dinamakan qamar karena itulah yang tampak dan jelas cahayanya berwarna putih.
2.             Syahr bermakna hilal yaitu bulan sabit (bulan yang berumur dua malam awal). Hilal dalam bahasa Arab, secara akar kata bermakna tampak. Maka dinamakan hilal karena tampak dan jelas.
3.             Syahr bermakna sejumlah hari yang dikenal banyak orang, dinamakan demikian karena syahr ini dikenal lewat keberadaan bulan di langit (qamar), berdasarkan bulan inilah dapat diketahui awal dan akhir syahr. Makna syahr disini merupakan bulan dalam arti perjalanan waktu/zaman/masa. Makna syahr disini tetap terkait dengan qamar & hilal karena keberadaan posisi qamar & hilal lah yang menentukan perjalanan waktu yang kita sebut syahr.

Postingan Favorit