Saturday, June 2, 2018

Al Zayyan Hari 17 : Ada Apa dengan Kata Syahru (Antara Syahr, Qamar & Hilal)??



Hari ini saya kesulitan menentukan tema yang akan dibahas, karena saking banyaknya hal menarik saat saya berselancar mencari makna dari beberapa kata dalam Al-Qur’an. Awalnya ingin membahas tentang ayyam ma’dudat, tapi sepertinya referensinya belum cukup dan belum memuaskan rasa penasaran saya dari sisi aspek bahasanya. Lalu berkembang menjadi kemujizatan bilangan dalam Al-Qur’an, terutama saat saya mengkaji penggunaan kata syahr / bulan dalam Al-Qur’an. Ternyata ada yang lebih menarik lagi, saat Al-Qur’an menggunakan beberapa kata saat membahas tentang bulan.  

Setidaknya ada 3 kata yang digunakan Al-Qur’an saat berbicara tentang bulan yaitu syahr (شهر), qamar (قمر) dan hilal (هلال). Penggunaan setiap kata tersebut, tentu berbeda dan memiliki ciri khas tersendiri. Penerjemahan kata tersebut ke dalam bahasa Indonesia yang hanya memiliki kosa kata “bulan”, sebenarnya tak cukup mewakili kedalaman makna dari 3 kata tersebut.

Makna kata syahr, menurut Ibnu Manzhur dalam kitab lisan al Arab, mengandung 3 makna yaitu

1.             Syahr bermakna qamar yaitu bulan yang berada di langit (benda langit). Qamar secara akar kata bermakna putih, maka benda langit itu dinamakan qamar karena itulah yang tampak dan jelas cahayanya berwarna putih.
2.             Syahr bermakna hilal yaitu bulan sabit (bulan yang berumur dua malam awal). Hilal dalam bahasa Arab, secara akar kata bermakna tampak. Maka dinamakan hilal karena tampak dan jelas.
3.             Syahr bermakna sejumlah hari yang dikenal banyak orang, dinamakan demikian karena syahr ini dikenal lewat keberadaan bulan di langit (qamar), berdasarkan bulan inilah dapat diketahui awal dan akhir syahr. Makna syahr disini merupakan bulan dalam arti perjalanan waktu/zaman/masa. Makna syahr disini tetap terkait dengan qamar & hilal karena keberadaan posisi qamar & hilal lah yang menentukan perjalanan waktu yang kita sebut syahr.

Friday, June 1, 2018

AL ZAYYAN HARI 16 : RAMADHAN DAN DOA



Pada ayat-ayat puasa di surat al-Baqarah ayat 183-187, ada satu ayat terselip yang tidak secara khusus membicarakan puasa, tapi mengungkapkan tentang doa yaitu di ayat 186 berikut :

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

Sejak dulu, sudah banyak yang bertanya tanya, mengapa ayat doa ini “terselip” diantara ayat-ayat yang membahas puasa. Bahkan bagi yang tidak suka Islam dan Al-Qur’an, menganggap bahwa ini adalah bukti betapa tidak teraturnya susunan ayat-ayat Al-Qur’an. Beberapa ulama sudah banyak yang menjawab tentang hal ini, diantaranya Imam Ibnu Katsir yang menjelaskan bahwa sengaja Allah meletakkan ayat (186) ini diantara ayat-ayat tentang puasa yaitu sebagai tuntunan atau petunjuk supaya hamba-hamba Allah rajin berdoa ketika menyelesaikan bilangan puasa, terutama pada tiap-tiap berbuka puasa, karena orang yang berpuasa termasuk golongan orang yang do’anya tidak tertolak dan waktu berbuka adalah salah satu waktu diijabahnya doa.

Thursday, May 31, 2018

AL ZAYYAN HARI 15 : RAMADHAN DAN AL-QUR’AN : PERBEDAAN ANZALA (أنزل) DAN NAZZALA (نزل)



Al-Qur’an adalah kitab suci yang memiliki banyak fungsi. Selain sebagai petunjuk, obat, ia juga adalah sumber ilmu, terutama terkait kehebatan dan kekayaan bahasa Arab yang tak pernah habis  dan usang untuk dikaji dan dipelajari. Kata-kata yang digunakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an sangat detail dan teliti. Setiap jenis kata, walaupun artinya sama, tapi pasti mengandung makna yang berbeda. Tidak mungkin dua jenis kata digunakan jika memiliki makna sama. Inilah yang membuat Al-Qur’an menjadi mujizat hingga akhir zaman, karena selalu ada temuan baru dalam setiap ayatnya.

Seperti saat membicarakan turunnya Al-Qur’an, ada 3 kata yang biasanya digunakan yaitu nazzala (نزل) / menurunkan, anzala (أنزل) / menurunkan dan unzila (أٌنزل) / diturunkan. Anzala dan unzila memiliki bentuk yang sama, hanya yang satu aktif (menurunkan), dan yang lainnya pasif / diturunkan. Mari kita cermati penggunaan ketiga kata tersebut dalam ayat-ayat Al-Qur’an.

Dalam kitab Mu’jam Mufahras Li Alfazh Al Qur’an, kata nazzala disebutkan sebanyak 12 kali yaitu dalam surat al Baqarah ayat 176, Ali Imran ayat 3, an-Nisa ayat 136 dan 140, al-A’raf ayat 71 dan 196, al-Furqan ayat 1, al-‘ankabut ayat 63, az-Zumar ayat 23, az-Zukhruf ayat 11, Muhammad ayat 26 dan al-Mulk ayat 9.

Sementara kata anzala disebutkan sebanyak 63 kali, belum termasuk yang digabung dengan dhamir atau kata gantinya, seperti anzalnaa (أنزلنا) yang disebutkan sebanyak 40 kali dan anzalnaahu sebanyak 14 kali, sedangkan kata unzila disebutkan sebanyak 49 kali, belum termasuk yang digabung dengan kata gantinya.

Kita akan membahas sedikit saja ayat-ayat tersebut, untuk melihat perbedaannya.

Dalam surat Ali Imran ayat 3 yang berbunyi :

نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنْزَلَ التَّوْرَاةَ وَالإنْجِيلَ

Dia menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil.  

Kata yang digunakan dalam ayat tersebut ada 2 yaitu nazzala saat menjelaskan turunnya Al-Qur’an, dan anzala saat berbicara turunnya kitab Taurat dan Injil. Jika diterjemahkan, artinya sama-sama “menurunkan”, tapi sebenarnya maknanya agak berbeda.

Menurut kaidah ilmu sharf (morfologi), kata dasarnya adalah nazala artinya adalah turun, kata ini tak membutuhkan objek, lalu turunannya adalah nazzala yang mengisyaratkan litaktsir yaitu menunjukkan peristiwa yang terjadi secara berulang ulang.

Beberapa ulama berpendapat, bahwa kata nazzala biasanya digunakan untuk menjelaskan proses turunnya Al-Qur’an yang diturunkan secara berangsur-angsur. Sementara kata anzala digunakan untuk menjelaskan diturunkannya secara sekaligus. Dalam ayat tersebut, terlihat perbedaannya bahwa kitab Taurat dan Injil diturunkan secara sekaligus, isyaratnya adalah dengan menggunakan kata anzala, sementara Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur yang terlihat dari penggunaan kata nazzala.

Tetapi kata anzala ternyata digunakan juga saat menjelaskan tentang diturunkannya Al-Qur’an seperti yang terdapat dalam surat al-Qadr ayat 1 berikut :

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan.
Ada juga yang mengungkapkan bahwa kata anzala digunakan jika terkait dengan waktu dan tempat tertentu, sedangkan kata nazzala tidak dikaitkan dengan waktu. Ayat lain yang menjelaskan hal tersebut, salah satunya adalah pada surat al-Baqarah ayat 185 yang berbunyi :

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

Pada ayat tersebut, kata kerja yang menunjukkan diturunkannya Al-Qur’an menggunakan kata kerja pasif unzila (أنزل) yang dikaitkan dengan waktu turunnya Al-Qur’an pada bulan Ramadhan.  Sebagaimana yang dijelaskan diatas, kata anzala digunakan saat menjelaskan kitab yang diturunkan secara sekaligus. Jadi, Al-Qur’an turun pada bulan Ramadhan ini secara sekaligus. Hal ini berkaitan dengan tahapan diturunkannya Al-Qur’an.

Ada 3 tahap turunnya Al-Qur’an yaitu:
1.             Tahap pertama yaitu Al-Qur’an ditempatkan atau diturunkan di lauh mahfuzh yaitu suatu tempat gaib yang tak bisa diketahui secara pasti. Hal ini dijelaskan dalam surat al-Buruuj ayat 21-22
بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجِيدٌ   فِي لَوْحٍ مَحْفُوظٍ
Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Qur'an yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauhmahfuz.

Ayat tersebut menggunakan kata anzala yang berarti bahwa proses pertama ini diturunkan secara sekaligus.
2.             Tahap kedua yaitu Al-Qur’an turun dari lauh mahfuzh ke Baitul Izzah di langit dunia. Hal ini dijelaskan dalam surat ad-Dukhan ayat 3, al Qadr ayat 1 dan al-Baqarah ayat 185.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ
sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. (ad-Dukhan ayat 3)

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan.
(al-Qadr ayat 1)
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an (al-Baqarah ayat 185)

Ketiga ayat tersebut menunjukkan bahwa Al-Qur’an diturunkan secara sekaligus pada satu malam di bulan Ramadhan yaitu pada lailatul Qadar yang disifati dengan lailah mubarakah (malam yang diberkahi).
3.             Tahap ketiga yaitu Al-Qur’an turun dari baitul izzah di langit dunia, langsung kepada Nabi Muhammad Saw secara berangsur-angsur. Hal ini dijelaskan oleh hadits berikut:

انزل القران جملة واحدة إلى سماء الدنيا في ليلة القدر ثم أنزل بعد ذلك في عشرين سنة وقرأ (وقرأنا فرقناه لتقرأه على الناس على مكث)

“Al-Qur’an diturunkan sekaligus ke langit dunia pada lailatul qadar, kemudian setelah itu diturunkan kepada Rasul selama 20 tahun, dan ia membaca surat al-Isra ayat 106”
(HR an-Nasai, as-Sunan al-Kubra, VI: 421 no hadits 11.372)

Proses turunnya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad, dilakukan secara bertahap selama di Mekah (12 tahun 5 bulan 13 hari) dan Madinah (9 tahun 9 bulan 9 hari).

Demikianlah perbedaan penggunaan kata nazzala dan anzala terkait dengan proses turunnya Al-Qur’an, dimana kata nazzala biasanya digunakan saat menjelaskan tentang diturunkannya Al-Qur’an pada tahap ketiga yaitu secara berangsur angsur kepada Nabi Muhammad Saw. Sementara kata anzala digunakan saat menjelaskan proses turunnya Al-Qur’an pada tahap pertama (lauh mahfuzh) dan kedua (baitul izzah).

Wallahu’alam
Dari berbagai sumber

Semoga bermanfaat

Wassalam
Serpong, Kamis, 31 Mei 2018 / 15 Ramadhan 1439 H, 19.00

#KolaborasiZaiNovi
#ProyekRamadhanAlZayyan
#AlZayyanHari15
#Karya5TahunPernikahan
#SerunyaBelajarBahasaArab

Postingan Favorit