Saat saya menulis tulisan ini,
publik sedang dihebohkan berita tentang tuduhan korupsi yang dialamatkan pada
Amien Rais terkait aliran dana proyek alat kesehatan. Dikabarkan bahwa Amien Rais menerima aliran dana sebanyak 600 juta dari yayasan milik Sutrisno Bachir. Tentu mayoritas publik
tak percaya, karena sosok Amien Rais terkenal dengan integritasnya. Tapi media
tentu tergantung siapa pemiliknya. Motifnya sudah terlihat jelas, sangat
politis dan mengalihkan isu besar. Semua tentu harus dibuktikan melalui proses pengadilan, jadi kita tunggu saja perkembangan selanjutnya.
Ada tulisan Hanum Salsabila Rais, putri Amien
Rais yang sempat membuat saya menangis haru. Saya kutip lengkap dari
facebooknya Hanum, agar saya bisa menyimpan utuh tulisannya untuk saya baca
kembali suatu saat nanti. Berikut adalah tulisannya.
•Perisai Lahir Batin Amien Rais•
Saya sebenernya telah beresolusi akan mengurangi sosmed di bulan puasa ini
(post terakhir tgl 21mei). Namun tuduhan yang dialamatkan pada Bapak akhir2 ini
membuat banyak pesan pada saya, lewat WA, DM dll agar saya sebagai putrinya
juga memberikan semacam klarifikasi.
Saya tidak akan memberikan klarifikasi terkait tuduhan tersebut, karena
insyaAllah Bapak secara perwira akan menggelar konpers di kediaman JKT hari ini
sebelum sholat Jum'at. Silahkan wartawan datang dan melansir jawaban beliau.
Saya hanya ingin berbagi bagaimana seorang Amien Rais menanggapi badai dan
terjangan fitnah, deraan ujian, cobaan namun juga kebahagiaan. Mudah mudahan
menjadi hikmah di bulan suci ini.
Terkembali kepada Anda yang menilai.
Terkembali kepada Anda yang menilai.
Di awal April 2017 lalu, Seorang Mantan jenderal yang duduk di posisi
pemerintahan cukup strategis menemui Bapak. Ia mengatakan bahwa ia dikirim boss
nya yang ingin bertemu Bapak. Ia ditugasi membuat titik temu & tempat.
Bapak mengatakan "Monggo dengan senang hati, semua orang dari kalangan
manapun saya temui, apalagi orang terhormat seperti bapak bos". Namun sang
mantan jenderal mengatakan boss ingin bertemu di tempat rahasia, tidak tercium
media, karena pembicaraan akan bersifat confidential. Bapak tercenung. Ini
sesuatu yang aneh. Mengapa harus rahasia?
Singkat cerita Bapak menolak meski sang utusan berdalih: pertemuan penting
yang tidak bisa jadi konsumsi publik. "Maaf, jika ingin bertemu silahkan
tapi terbuka, biarkan media melansir, biarkan mereka tahu hasil pembicaraan,
toh pasti terbaik untuk bangsa. Jika pertemuan rahasia, saya tahu, saya hanya
akan jadi bangkai politik Anda".
Sang utusan mundur, pamit dalam kekecewaan. Saya mendengar dan melihatnya semua dari balik pintu di Joglo. Oh ini to Bapak Mantan Jenderal yang sering jadi penghubung itu.
Sepeninggal sang utusan, saya katakan pada Bapak. "Pak, beliau bos pasti akan tersinggung dengan jawaban Bapak. Dan it's just a matter of time, you'll be singled out. Hanya soal waktu Bapak akan diperkarakan entah bagaimana dan apa caranya."
Bapak mengangguk. Ia sangat paham.
Sang utusan mundur, pamit dalam kekecewaan. Saya mendengar dan melihatnya semua dari balik pintu di Joglo. Oh ini to Bapak Mantan Jenderal yang sering jadi penghubung itu.
Sepeninggal sang utusan, saya katakan pada Bapak. "Pak, beliau bos pasti akan tersinggung dengan jawaban Bapak. Dan it's just a matter of time, you'll be singled out. Hanya soal waktu Bapak akan diperkarakan entah bagaimana dan apa caranya."
Bapak mengangguk. Ia sangat paham.