Friday, November 23, 2012

Bahkan Huruf al-Qur’an pun bisa “Berbicara” (Sebuah Resensi Sederhana)


Judul Buku                    : Mu’jizat Huruf-Huruf al-Qur’an
                                      (Memahami Makna al-Qur’an Melalui Kode & Tinjauan Sains)
Penulis                         : Didik Suharyo
Penerbit                       : Salima
Tahun Terbit               : 2012
Jumlah Halaman          : 386

Buku ini ditulis berawal dari kegelisahan sang penulis dan krisis batin yang dialaminya dalam hidup. Di tahun 1990-an, sang penulis mempertanyakan banyak hal dalam hidupnya, bahkan dia mencoba mencari ketenangan dengan mendatangi berbagai macam tempat ibadah, kadang ke vihara, kadang ke gereja, di lain waktu juga ke vihara, hanya untuk mencari obat bagi kegelisahan hidupnya. Hingga akhirnya dia memilih untuk kembali pada al-Qur’an, dia pun belajar Iqra di masa dewasanya, di saat usia menginjak angka 25-an.

Penulis yang merupakan alumni Fakultas Ekonomi, jurusan Management, Universitas Merdeka Malang ini, tidak pernah menempuh pendidikan agama secara akademik dan khusus, baik di Madrasah, maupun di pesantren. Walaupun begitu, keingin tahuannya terhadap al-Qur’an membuatnya selalu bertanya tentang kemu’jizatan al-Qur’an dari sisi sains dan teknologi. Dia pun mempertanyakan hal ini kepada beberapa orang tapi semua jawaban yang didapatnya, tidak ada yang memuaskan. Tidak ada satupun yang bisa menjelaskan secara detail kemujizatan al-Qur’an dari sisi sains dan teknologi. Akhirnya dia pun langsung bertanya pada Allah, yang menurunkan al-Qur’an nya dengan berdoa secara serius dan melakukan penelitian terhadap huruf-huruf dalam al-Qur’an.

Selama hampir setahun, setiap habis shalat, dia selalu berdoa begini, “Ya Allah, kalau memang al-Qur’an merupakan mu’jizat dan berisi banyak ilmu pengetahuan, tolong tunjukkan kepada saya dimana letaknya rumus fisika, kimia, elektronika, optic dan sebagainya?”.
Dan doa selama setahun itu pun berbuah juga. Hingga di suatu ketika, saat membaca surat al-Fatihah, tiba-tiba penulis merasakan sensasi luar biasa, huruf-huruf itu “hidup” dan keluar dari mushaf yang sedang dipegangnya. Huruf-huruf itu keluar begitu saja, seakan-akan memberitahu bahwa setiap huruf dalam rangkaian ayat memiliki “jiwa” masing-masing, memiliki kekuatan dan rahasianya sendiri-sendiri.

Setelah itu, selama lebih dari 10 tahun, sang penulis melakukan penelitian terhadap huruf-huruf al-Qur’an dan menguji penemuan ini dengan menggunakan hukum dan teori fisika, kimia, matematika, gametria dan sains lainnya untuk mengenali mu’jizat huruf dalam al-Qur’an.

Dan hasilnya, luar biasa. Buku ini mengupas secara tuntas tentang mujizat huruf-huruf dalam al-Qur’an dari sisi sains dan teknologi. Dimulai dari peta konsep setiaf huruf dari alif sampai ya, teori sains yang terdapat dari setiap hurufnya hingga pembahasan contoh-contoh kata dari setiap huruf dalam al-Qur’an dan contoh-contoh ayatnya.

Sebagai contoh, saat meneliti huruf sin, dia menguji puluhan bahkan ratusan huruf sin dalam berbagai ayat al-Qur’an. Dia pun menyimpulkan bahwa peta konsep huruf sin adalah radiasi, getaran, impuls, cahaya, spectrum sinar, pendar, suara atau bermakna sebuah pelaksanaan. Peta konsep ini dibuat dengan sangat hati-hati. Setiap kerumitan yang ditemuinya, dia langsung konsultasikan kepada Allah, dengan shalat dzikir dan doa, dia bermunajat agar Allah yang Maha Mengetahui selalu memberikan bimbingan dan pengetahuan.

Contoh kata yang mengandung huruf sin adalah “al-hasan” yang secara bahasa bermakna “baik”. Kata ini terdiri dari huruf alif lam, sin dan ha. Dari peta konsep yang dibuatnya, alif lam berarti “yang”, ha berarti “mendekatkan, mengarahkan” dan sin yang berarti “pelaksanaan”. Jadi dari sudut ilmu huruf ini, al-hasan adalah yang mengarahkan suatu pelaksanaan kepada ketentuannya (taat). Contoh lainnya adalah kata “al-waswas” (bisikan) yang menunjukkan getaran suara, “lisan” juga menunjukkan getaran suara dan “asy’syams” yang mengandung huruf sin di akhir kata, yang berarti “matahari” juga menunjukkan sesuatu yang memancar dan pancarannya sangat terang, sesuatu radiasi radioaktif yang berasal dari fusi dan fisi nuklir.
Contoh huruf lainnya adalah huruf “fa” yang secara peta konsep mengandung makna “simpangan maksimum, amplitude, struktur gelombang, berpikiran dan berwawasan luas.”, huruf “jim” mengandung makna “lensa cembung, segitiga, perspektif/sudut pandang, fokus”
Begitu juga dengan huruf lainnya yang dibahas secara tuntas dan mendalam dari huruf alif sampai huruf ya.

Kelebihan buku ini, menurut saya adalah dari proses penulisannya yang memakan waktu selama lebih dari 10 tahun karena harus melalui pengujian demi pengujian. Setelah selesai dengan peta konsep semua huruf, sang penulis bahkan mempersilakan para ahli bahasa Arab untuk menguji konsistensi makna huruf tersebut dalam perspektif nahwu dan sharaf, dan ternyata hasilnya diluar dugaannya, benar-benar menakjubkan. Bahkan dari testimoninya, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA mengungkapkan bahwa usaha penulis ini tidak bisa dianggap ringan karena langkah ini harus berhadapan dengan karya para ahli tafsir dan pakar ulumul Qur’an.

Kelebihan lain buku ini adalah isinya itu sendiri, peta konsepnya dikemas dengan berbagai tabel dan dilengkapi dengan berbagai gambar yang menarik, pointer-pointer yang jelas dan contoh-contoh ayat.

Kekurangan buku ini, kalau pun bisa disebut kekurangan, contoh-contoh ayat yang disajikan tidak dibahas satu persatu berdasarkan peta konsep yang dibuatnya. Sehingga peta konsep yang sangat banyak untuk setiap huruf, sepertinya memang akan membutuhkan kecerdasan pembaca untuk mengaplikasikannya dalam setiap ayat. Mungkin jika dibahas satu persatu, maka akan sangat tebal sekali jadinya buku ini. Ini saja sudah hampir 400 halaman.

Tapi bagi saya yang pernah sedikit belajar bahasa Arab, buku ini memang sangat luar biasa karena ditulis oleh penulis yang tidak memiliki latar belakang akademik dalam bidang keislaman (pesantren atau madrasah atau kuliah di jurusan bahasa Arab atau al-Qur’an). Jadi, ini bisa memotivasi yang lainnya bahwa untuk menemukan kemu’jizatan al-Qur’an ternyata tidak harus lulusan pesantren. Sepertinya saya memang harus bilang “waw” untuk buku ini.

Wassalam
Eva Novita
-untuk teman-teman IIQ angkatan 2008, kapan kita reunian? Ayo berkarya bersama-



Buku Mujizat Huruf Al-Qur'an

MUSEUM LOUVRE PARIS DAN JEJAK ISLAM DI EROPA (Benarkah Napoleon Bonaparte seorang muslim?)


Bagi yang tertarik dengan peninggalan-peninggalan sejarah, pasti tak asing lagi dengan Museum Louvre yang berada di kota Paris. Alhamdulillah beruntung sekali kami sempat menginjakkan kaki di museum ini, walaupun tak semua sudut tempat ini berhasil dikunjungi, karena begitu banyak tempat yang menarik untuk dikunjungi di Paris sementara waktu yang dijadwalkan di Paris hanya satu setengah hari dari 9 hari yang tersedia. Jadi kami pun memutuskan untuk mampir ke beberapa tempat, tidak lama di satu tempat. Apalagi saat kami datang ke Paris di hari Minggu tanggal 1 Juli 2012, itu bertepatan dengan final Piala Dunia antara Spanyol lawan Italia. Sehingga Paris yang saat itu sangat padat berjubel dengan para penggila bola, sebenarnya tidak nyaman untuk dikunjungi wisatawan seperti kami, apalagi diantara kami berenam, tak ada satupun yang menyukai sepak bola. Tapi tak ada pilihan selain tetap menikmati suasana ini, karena kami tak tahu kapan lagi bisa mengunjungi Paris. Oke, kembali ke laptop, mari kita sejenak mengintip sejarah Louvre.

Menikmati Keterasingan sebagai seorang Muslimah di negeri orang (Sebuah Perjalanan Spiritual)


Judul Buku               : Mencari Senyum Tuhan
                              (Catatan Hati Muslimah Pendamba Ridha Allah)
Penulis                    : Miranda Risang Ayu
Penerbit                 : Zaman
Tahun Terbit          : 2008
Jumlah Halaman     : 186

Buku ini ditulis saat sang penulis menempuh pendidikan S3 di Australia. Buku ini adalah kumpulannya tulisannya, yang ditulis secara berkala di Majalah paras dan Majalah Basis. Buku ini merupakan refleksi perjalanan ruhaninya yang ia sebut perjalanan ke dalam atau perjalanan menempuh diri.

Buku ini mengungkapkan berbagai hal yang ia alami di Australia dan sebagai seorang muslimah, ia menerima berbagai pertanyaan tentang ajaran Islam, seperti tentang jilbab dan konsep Islam tentang perempuan, juga merekam jejak konsekuensi memboyong keluarga kesana. Ia, misalnya pernah mengalami kejadian tak mengenakkan berkali-kali setelah peristiwa pengeboman atau kerusuhan yang diduga dilakukan “teroris muslim” yaitu berupa gangguan dari laki-laki yang sedang mabuk dan tak berpendidikan di jalanan, yang anehnya tak dialami oleh teman-teman muslimah nya yang lain. Lalu, keluarganya sakit dalam waktu yang bersamaan, bahkan salah satu anaknya harus dirawat di rumah Sakit. Pengalaman-pengalaman ini membuatnya berfikir bahwa ada pesan yang ingin Allah sampaikan melalui peristiwa-peristiwa yang dialaminya, ada jawaban yang harus ditemukannya. Dan menurutnya jawaban itu ia temukan di tengah malam, dalam balutan mukena dan kening yang luar biasa pening karena matanya sudah terlalu banyak mengeluarkan air dan berada di puncak keletihan. Saat itu, saat menyebut nama Allah, ia merasa ada yang hilang dari dirinya yaitu ego dan penolakan. Kepasrahan yang tiba-tiba muncul dan ia merasa, saat itulah Allah tersenyum, senyum yang sangat mahal dan sangat indah. Ia menyimpulkan bahwa segala logikanya hanya pantas berantakan di atas sajadah.

Buku ini terdiri dari 16 tulisan yaitu Mencari Rumah bagi Jiwa, Menjadi Baik, Saya Beramal maka Saya Ada, Menembus Kemungkinan, Sang Kekasih Allah, Dokar Sang Pejalan, Demi Kemanusiaan, Obat Sang Kekasih, Dan Kuturunkan Kain, Pukullah Perempuan?, Ketika Mencinta Bukan Memetik Bunga, Remaja-Remaja Itu, Sebuah Agenda, Sebuah Pesan Tuhan, Menakar Iman Lewat Sampah dan Suatu Malam di Cihampelas.

Kelebihan buku ini adalah dari penuturan redaksional atau kata-katanya yang sangat tertata indah mencerminkan bahwa sang penulis bukanlah seorang pemula. Selain itu, isinya adalah sebuah perjalanan pencarian akan makna diri yang ditemukan secara berproses melalui pengalaman riil yang dialaminya sebagai muslimah di Australia. Kekurangan buku ini? terus terang saya kesulitan mencarinya. Berbagai tulisannya yang mengalir dan kata-kata yang mendalam serta bermakna, membuat saya terlena dan menikmatinya, hingga lupa untuk mencari kekurangan buku ini. Pengantarnya yang ia beri judul “Merindukan Tuhan” dan penutup nya yang berjudul “Mencari Tuhan”, sangat-sangat menarik dan indah. Saat membacanya, saya merasa seolah-olah itu adalah cermin dari perjalanan hidup saya dan saya menemukan jawaban dari semua pencarian saya selama ini.

Sang Penulis adalah seorang dosen di Fakultas Hukum UNPAD Bandung. Saat remaja, ia adalah seorang aktivis yang memiliki banyak kesibukan hingga menyebabkannya kurang bermain. Masa SMP dan SMA nya dihabiskan dengan mengikuti berbagai kegiatan mulai dari OSIS, Kelompok Ilmiah, Teater sampai sanggar Tari Klasik Bali, Jawa Yogyakarta dan Sunda hingga mengantarkannya menjadi salah satu penari termuda di Istana Negara Jakarta dan Misi Kesenian Indonesia ke Jepang dan Mesir. Kehampaan dan pertanyaan tentang hidup, melandanya sejak masa remaja.

Lalu ia melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Unpad Bandung, dan bergabung di Unit Kegiatan Mahasiswa Gelanggang Seni Sastra, Teater dan Film. Pencariannya akan makna hidup dan Tuhan, tak pernah berhenti. Hingga, ia pun bertemu Emha Ainun Najib di acara diskusi dan baca puisi, yang menganjurkannya untuk bertemu Muhammad Zuhri. Sosok inilah yang mengantarkannya mengenal Tuhan. Sosok Muhammad Zuhri yang dikaguminya, banyak dibahas dalam buku ini.

Miranda menyelesaikan sarjananya selama 6.5 tahun karena ia pernah beberapa kali bolos kuliah untuk menemukan jawaban dari kehampaannya dan juga ia juga memutuskan menikah saat belum lulus menjadi sarjana. Kemudian ia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya pada Master Hukum di Law Faculty, University of Tecjnology Sydney dan diselesaikannya hanya dalam waktu 9,5 bulan. Lalu, ia menempuh program Doktoralnya di Universitas yang sama. Saat itulah, ia mengirimkan tulisan yang mencerminkan  pengalamannya ketika menempuh pendidikan disana dan jadilah buku ini.

Wassalam
Eva Novita Ungu
Rabu, 21 November 2012
Semoga berkurangnya jatah usia di tahun ini, membuat sy makin merasakan dan menikmati senyum Tuhan

Postingan Favorit