Tuesday, May 5, 2020

HARI 12 : MA’ANI BAGIAN 7: AN NIDA



Secara garis besar, kalam insya’i terbagi menjadi dua yaitu thalabi dan ghair thalabi. Definisi Insya Thalabi adalah yang kalimat yang menghendaki adanya tuntutan atau permintaan. Sedangkan ghair thalabi adalah kalimat yang tidak menuntut adanya suatu permintaan. Yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah salah satu contoh dari kalam insya thalabi yaitu terkait dengan nida (panggilan).

Menurut Basyuni dalam kitab Ilmu Ma’aniy, arti nida adalah  

طلب الإقبال بحرف نائب مناب كلمة: "أدعو", والغاية منه أن يصغى من تناديه إلى أمر ذي بال, ولذا غلب أن يلي النداء أمر أو نهي أو استفهام أو إخبار بحكم شرعي ونحو ذلك من الأمور المهمة   

Tuntutan mutakallim agar seseorang menghadapnya, dengan menggunakan huruf pengganti kalimat “aku memanggil” dan tujuannya adalah untuk mendengarkan mereka yang menyerukan hal yang penting

Ada beberapa harf nida / huruf yang digunakan untuk memanggil yaitu
      ·         Ya (يا), digunakan untuk yang dekat dan jauh
Contohnya adalah pada surat al Muddatsir ayat 1 berikut ini:
يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ
Hai orang yang berkemul (berselimut),

Monday, May 4, 2020

HARI 11 : MA’ANI BAGIAN 6: TAMANNI



Secara garis besar, kalam insya’i terbagi menjadi dua yaitu thalabi dan ghair thalabi. Definisi Insya Thalabi adalah yang kalimat yang menghendaki adanya tuntutan atau permintaan. Sedangkan ghair thalabi adalah kalimat yang tidak menuntut adanya suatu permintaan. Yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah salah satu contoh dari kalam insya thalabi yaitu terkait dengan tamanni (berangan angan).

Secara leksikal, arti tamanni adalah meminta pemahaman atau mencari tahu. Dalam terminologi ilmu balaghah, tamanni  adalah

طلب أمر تحبه النفس وتميل إليه وترغب فيه. ولكنه لا يرجى حصوله إما لكونه مستحيلا, أو لكونه بعيدا لايطمع في نيله

menghendaki sesuatu yang disukai tapi tidak bisa diharapkan tercapainya baik karena mustahil maupun terlalu jauh untuk digapai dalam mendapatkannya. (Basyuni, Ilmu Ma’aniy, hal 420)

ada 4 lafadz yang digunakan dalam tamanni yaitu


·         Laita (ليت)/seandainya

Contohnya adalah pada surat Maryam ayat 23 berikut ini:

فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَى جِذْعِ النَّخْلَةِ قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا

Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan". 

Lafafz laita bisa bermakna “seandainya” seperti pada ayat diatas,  bisa juga bermakna penyesalan seperti dalam surat al Furqan ayat 27 berikut: 

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلا

Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang dhalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul." 

·         Hal (هل)/apakah

Contohnya adalah pada Ghafir ayat 11 berikut ini:

قَالُوا رَبَّنَا أَمَتَّنَا اثْنَتَيْنِ وَأَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ فَاعْتَرَفْنَا بِذُنُوبِنَا فَهَلْ إِلَى خُرُوجٍ مِنْ سَبِيلٍ

Mereka menjawab: "Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?" 

Ada rahasia ungkapan tamanni dengan menggunakan istifham atau bertanya “apakah?” yaitu menyatakan sempurnanya perhatian terhadap sesuatu yang diangan-angankan, dalam bentuk “mungkin”. Kalau dengan lafadz lain, sepertinya hal yang mustahil, dengan lafadz hal atau apakah ini, ada isyarat tambahan yaitu mempertanyakan, walaupun pada akhirnya, semuanya tetaplah tidak mungkin terjadi, jadi hanya berangan-angan saja. 

·         Lau (لو)/seandainya

Contohnya adalah pada surat az Zumar 58 berikut ini:

أَوْ تَقُولَ حِينَ تَرَى الْعَذَابَ لَوْ أَنَّ لِي كَرَّةً فَأَكُونَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ

Atau supaya jangan ada yang berkata ketika ia melihat azab: 'Kalau sekiranya aku dapat kembali (ke dunia), niscaya aku akan termasuk orang-orang berbuat baik'.

 

Lafadz lau ini menyatakan bahwa sesuatu yang disebutkan setelahnya, adalah sesuatu yang sangat “mahal dan berharga”, walaupun tetap tidak bisa tercapai juga.

 

·         La’alla (لعل)/semoga/supaya

Contohnya adalah pada surat Ghafir ayat 36 berikut ini:

وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا هَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَبْلُغُ الأسْبَابَ

Dan berkatalah Firaun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, 

Lafadz la’alla ini menunjukkan suatu hal yang diharapkan terjadi, tapi terlalu sulit digapai dan tidak mungkin tercapai. 

Demikianlah pembahasan an nahyu dalam kalam insya thalabi dan berbagai fungsinya serta contohnya dalam ayat-ayat Al-Qur’an.

 untuk memudahkan pemahaman, berikut ada video tentang kalam insya thalabi

sumbernya adalah link youtube  dari Arabiyatuna

 

Semoga Bermanfaat

Wassalam

Referensi :

         ·         Al Balaghah al’Arabiyyah, Haniah,Lc,MA

         ·         Ilmu Ma’aniy, Basyuni Abdul fattah fayud, Kairo: Maktabah Wahbah.

Serpong, Senin 4 Mei 2020/11 Ramadhan 1441 H, 06.55

#KolaborasiZaiNovi

#ProyekRamadhanAlZayyan1441H

#AlZayyanHari11

#Karya7TahunPernikahan

#SerunyaBelajarBahasaArab

Sunday, May 3, 2020

HARI 10 : MAA’NI BAGIAN 5: ISTIFHAM


Secara garis besar, kalam insya’i terbagi menjadi dua yaitu thalabi dan ghair thalabi. Definisi Insya Thalabi adalah yang kalimat yang menghendaki adanya tuntutan atau permintaan. Sedangkan ghair thalabi adalah kalimat yang tidak menuntut adanya suatu permintaan. Yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah salah satu contoh dari kalam insya thalabi yaitu terkait dengan istifham (bertanya).
Secara leksikal, arti istifham adalah meminta pemahaman atau mencari tahu. Dalam terminologi ilmu balaghah, istifham  adalah menuntut pengetahuan tentang sesuatu. Kalimat yang menggunakan istifham disebut jumlah istifhamiyyah yaitu kalimat yang berfungsi untuk meminta informasi tentang sesuatu yang belum diketahui sebelumnya dengan menggunakan huruf istifham.
Beberapa lafadz atau huruf yang digunakan dalam istifham adalah:
v  Hamzah/apakah (أ)
Contohnya adalah pada surat al Anbiya ayat 62 berikut ini:
قَالُوا أَأَنْتَ فَعَلْتَ هَذَا بِآلِهَتِنَا يَا إِبْرَاهِيمُ
Mereka bertanya: "Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?" 
Pada ayat tersebut, yang dimaksud adalah  أَأَنْتَ yang artinya “apakah kamu?”

Postingan Favorit