Sunday, August 27, 2017

Day 9 Game Level 7 : Tak Nangis Saat Divaksin, Sang Bintang yang Tangguh



Pra kontra urusan vaksin ini tak membuat saya dan suami pusing, kami percaya sepenuhnya pada kebijakan pemerintah dan tentu saja para dokter yang sudah malang melintang di dunia per vaksinan. Bukan tak mempedulikan isu tak halal nya vaksin, tapi kami percaya bahwa pemerintah sudah mempertimbangkan banyak hal dan tentu saja kami sayang pada para ibu hamil yang ingin menjaga bayinya, jadi kami memutuskan tetap akan memberikan vaksin rubella pada Eza.

Awalnya kami ingin memvaksin Eza di bulan September nanti di puskesmas terdekat. Tapi saat Rabu malam kemarin, teman saya yang menjadi perawat di kantor kami, memberitahu bahwa ada sisa vaksin yang masih bisa dipakai, karena ada siswa yang sakit sehingga tak tak bisa divaksin sore tadi. Tapi waktunya harus malam itu juga karena vaksin yang sudah “dioplos” hanya bisa bertahan selama 6 jam. Saya yang saat itu sedang mengajar di asrama, langsung pulang untuk berdiskusi dengan suami. Kami pun sepakat untuk memvaksin saat itu.

Eza hanya diberitahu bahwa ia akan diobati oleh perawat di kantor kami, ia terus saja bertanya kenapa. Mungkin karena ia merasa tak sakit, ko harus diobati. Kami takut jika Eza diberitahu akan disuntik, ia akan menolak. Maka dengan dibekali tablet supaya anteng, kami pun membawa Eza ke poliklinik kantor, sambil deg-degan membayangkan Eza akan nangis dan meronta ronta saat disuntik nanti.

Tiba di poliklinik, perawat pun mempersiapkan jarum suntik dan tetek bengeknya. Saya dan suami membagi tugas secara otomatis. Saya mendampingi Eza, suami mendokumentasikan proses disuntiknya Eza. Perawat pun membujuk Eza dengan berbagai cara. Saya memegang tangan Eza, lalu membuka lengannya, sambil memberitahu Eza bahwa tangannya akan diobati. Eza anteng dengan tabletnya yang entah memutar video apa, video sumpah palapa kalo ga salah (haha)...

Daaan saat disuntik, ternyataaa Eza tak menangis saudara-saudara. Ia hanya kaget dan melihat tangannya, sempat mulutnya agak melebar ingin menangis, tapi ternyata hanya sampai hampir menangis, wajahnya sudah menunjukkan kesedihan tapi saya terus memeluknya, menguatkannya dan Eza pun tak jadi menangis. Saya dan suami kaget, ternyata Eza tak menangis, melebihi ekspetasi kami yang mengira bahwa Eza akan menolak untuk disuntik. Perawatnya juga heran, biasanya anak seumur Eza, menangis kencang dan meronta ronta saat disuntik, bahkan saya sudah menyiapkan tangan jika Eza meronta ronta, ternyata itu tak terjadi sama sekali. Berikut adalah video saat-saat Eza divaksin.



Duh senang dan bangganya menyaksikan Eza belajar menjadi pribadi tangguh, menahan rasa sakit, belajar tak cengeng di saat ia bisa menangis, sungguh kami sebagai orang tuanya yang menyaksikan tumbuh kembangnya sejak kecil, rasanya bangga sekali punya anak seperti Eza, tak susah minum obat, disuntik tak teriak, kalau jatuh pun kadang ia tak bilang, tak mau menunjukkan rasa sakit di depan kami, orang tuanya. Semoga ini adalah awal tumbuhnya ketangguhan dalam hatimu, nak... di masa depan nanti, akan banyak rasa sakit dan kecewa yang akan menerpamu, tapi semoga ketangguhanmu yang sudah dilatih sejak kecil, akan menjadi perisaimu saat dewasa nanti. Aamiin

Keterangan:
Foto diambil esok harinya, saat Eza tak mau melepas bekas plesternya.

Semoga Bermanfaat

Ahad, 270817.00.40
#Tantangan10HariLevel7
#day9
#KuliahBunSayIIP
#BintangKeluarga

#odopfor99days#semester2#day68

Saturday, August 26, 2017

Day 8 Game Level 7 : Membaca Buku Berjamaah



Salah satu rejeki memiliki tetangga yang punya anak seumuran Eza adalah bisa mengajak teman-temannya untuk membaca buku yang dibeli Eza. Saat teman-temannya main, saya usahakan, saya usahakan mereka tidak nonton TV di rumah saya. Entah kalau Eza main di rumah teman-temannya. Seperti kemarin saat mereka ada di rumah saya, saya tawarkan beberapa buku untuk mereka baca. Alhamdulillah mereka antusias.

Bahkan mereka membuka dan membaca buku berjamaah, walaupun yang sudah baca baru satu orang yang memang sudah mau SD. Tapi Eza dan teman-temannya yang belum bisa membaca, antusias juga membuka-buka buku karena gambarnya memang menarik. Lucunya mereka seperti komat kamit baca buku, mencoba menerjemahkan gambar yang ada dalam buku tersebut.

Untuk membuat anak melek literasi, memang membutuhkan lingkungan dan pembiasaan yang konsisten. Tantangannya memang di konsistensi. Dulu saya rajin membacakan dongeng sebelum tidur, tapi lama-lama makin tidak konsisten. Lalu sekarang membelikan lagi buku-buku menarik buat Eza untuk menumbuhkan minat membaca supaya melek literasi. Dan salah satu strategi saya supaya Eza tertarik membaca buku adalah juga mengajak teman-temannya untuk mencintai buku.

Semoga bisa menjadi kebiasaan untuk selalu memiliki rasa ingin tahu, gemar membaca dan semangat menuntut ilmu sampai kapanpun. Tantangan juga memiliki anak laki-laki usia 3,5 tahun yang lagi senang bermain bareng teman-temannya, bermain sepeda, aktivitas outdoor untuk tak lupa menumbuhkan minat literasinya. Semoga kami sebagai orang tuanya juga bisa memberikan keteladanan untuk gemar berinteraksi dengan buku.

Semoga Bermanfaat

Sabtu, 260817.06.00
#Tantangan10HariLevel7
#day8
#KuliahBunSayIIP
#BintangKeluarga

#odopfor99days#semester2#day67

Friday, August 25, 2017

Day 7 Game Level 7 : Momen Spiritual yang Membanggakan



Keluarga kami tinggal di rumah dinas kantor saya dan suami yang memang bekerja di tempat yang sama. Alhamdulillah kami bersyukur sekali diberikan tetangga yang baik dan masih memiliki anak yang tidak jauh beda umurnya dengan Eza. Jadi mereka bisa bermain bersama kapanpun mereka mau. Rejeki sekali menemukan tetangga yang sudah dikenal baik, sevisi dalam mendidik anak dan kami saling menjaga anak-anak kami. Kadang Eza dan teman-temannya yang berjumlah 5 orang main di tempat saya, di waktu lain juga main di tempat temannya secara bergantian.

Saat Eza dan teman-temannya main di rumah saya, jika saya ada di rumah, saya berusaha menyediakan mainan edukatif yang bisa membuat mereka anteng bermain sekaligus belajar. Mulai dari buku, mobil-mobilan, kereta api atau crayon untuk mewarnai. Senang sekali melihat Eza tumbuh dan bisa bersosialisasi dengan teman-temannya. Kadang mereka saling merindukan saat tidak ada. Misalnya saat Eza ke Surabaya kemarin, kata mba nya, teman-temannya setiap hari datang ke rumah menanyakan kapan Eza pulang, lama sekali katanya. So sweet kan?

Kemarin, Eza dan teman-temannya main di rumah. Mulai dari baca buku hingga mengacak ngacak mainan hehe. Lucunya kadang mereka berantem, setelah itu main lagi. Tentu tangisan mah sesuatu yang tak terhindarkan. Tapi biarkan saja mereka belajar menemukan solusi dari masalah-masalah yang mereka hadapi. Resiko dari sebuah pertemanan adalah akan adanya benturan-benturan, rebutan mainan, berantem dll.

Postingan Favorit