Saturday, April 1, 2017

Melibatkan Anak dalam Proyek Keluarga (Bagian 2)



Setelah Eza dilibatkan dalam proyek kedua yaitu proyek mempercantik perpustakaan mungil keluarga, maka saatnya Eza dilibatkan juga dalam proyek pertama yaitu berbagi baju. Mengapa proyek pertama ini justru lebih akhir dibanding proyek pertama? Karena penyerahan pakaian kepada pengurus OSIS nya baru dilaksanakan kemarin hari Jumat tanggal 31 Maret 2017.

OSIS di sekolah tempat saya dan suami mengajar, rutin mengadakan kegiatan sosial setiap tahun, mulai dari khitanan masal, bazaar murah sembako dan pakaian layak pakai hingga donor darah. Tahun ini, karena Eza semakin besar dan sudah berusia 3 tahun di tahun 2017 ini, maka saya mulai melibatkan Eza dalam kegiatan sosial agar kelak ia punya rasa empati terhadap kondisi sosial dan masyarakat. Maka proyek pertama kami bertajuk berbagi pakaian, ini kami harapkan bisa melatih kepedulian sosial Eza.

Friday, March 31, 2017

Melibatkan Anak dalam Proyek Keluarga (Bagian Pertama)



Setelah sebelumnya keterlibatan si papa yang romantis, kali ini saya ingin menceritakan bagaimana serunya melibatkan anak dalam proyek keluarga. Sejak jauh-jauh hari sebelum proyek keluarga ini dieksekusi, Eza yang berusia 3 tahun sudah diberitahu bahwa nanti keluarga kami akan beberes buku dan berbagi pakaian. Tentu tak menggunakan bahasa “proyek”, karena ini hanya akan membuat pusing si anak hihi.

Saat melaksanakan proyek berbagi pakaian, Eza semangat sekali membantu, mulai dari mengeluarkan pakaian dari lemari, sampai memilih pakaian yang mau diberikan. Eza sering ditanya, baju ini kecil atau masih muat. Dan dia benar menjawab, saat pakaian yang sudah kecil, dia bilang ga muat. Saat ditunjukkan pakaian yang besar, dia pun bilang masih muat. Setelah itu Eza memasukkan pakaian yang akan disumbangkan, ke dalam plastik, juga semangat.

Saat proyek kedua dieksekusi pada hali libur nyepi, Eza juga semangat membantu mengeluarkan buku dari rak, setelah menyimpannya di lantai, Eza meminta lagi buku untuk diangkut. Kadang dia simpen diatas kepalanya, seperti jualan kue. Penampakannya seperti dalam foto ini...



Setelah buku dikeluarkan dari lemari, memang resikonya jadi lebih berantakan karena dia menyimpannya dengan melempar dan sembarang menyimpan. Awalnya kalau hanya mengeluarkan dari lemari, rencananya saat dikeluarkan tetap disusun, tidak disimpan dengan sembarang. Tapi rencana tinggal rencana, jika ingin melibatkan anak dalam proyek keluarga, memang harus siap segalanya terjadi tak sesuai rencana. Yang penting anak merasa dipercaya dan terlibat, itu sudah membuat kepercayaan dirinya tumbuh. 

Thursday, March 30, 2017

Proyek Keluarga yang Romantis



Setelah beberapa buku dikeluarkan dari lemari buku, dan si papa serius menata buku yang berbahasa Arab, pergantian peran pun dimulai. Buku-buku selain yang berbahasa arab, tugas si bunda lah yang menyusun dan merapikan. Ada beberapa kategori yang dibuat diantaranya adalah kategori pemikiran islam, novel, parenting, dan sisanya buku campuran yang disusun berdasarkan tebal dan tinggi bukunya.

Dulu, saya punya mimpi membuka perpustakaan mini untuk masyarakat sekitar. Tapi setelah tau saya ternyata tinggal di rumah dinas, dan sebagian besar tetangganya memiliki perpustakaan mini di rumahnya masing-masing, karena memang orang tuanya berpendidikan, maka niat itu pun saya urungkan.

Tadinya buku buku keluarga kami, hanya disusun untuk satu lemari buku. Sebagai konsekuensinya, jika ada buku lebih maka itu harus dikeluarkan. Akhirnya beberapa bulan lalu, sebagian buku sudah disumbangkan pada pesantren yang membutuhkan. Tapi sekarang si papa sepertinya sedang semangat dengan perpustakaan keluarga kami. Ia pisahkan buku-buku yang berkaitan dengan pekerjaan dan kuliahnya seputar pendidikan bahasa Arab, disimpan di lemari yang berbeda di belakang. Supaya saat ia membutuhkan, dengan mudah bisa dicari.

Postingan Favorit