Friday, March 24, 2017

Pura Uluwatu yang Bersejarah




Setelah menikmati pesona pantai Pandawa Bali, saya diajak untuk menikmati keindahan Uluwatu yang memiliki nilai sejarah tinggi. Saat kami tiba disana dan membayar tiket seharga 20.000 per orang, kami diharuskan memakai selendang saat memasuki kawasan wisata ini. Pura ini terletak di desa Pecatu, kecamatan Kuta, Kabupaten Badung dan  berdiri megah di ketinggian sekitar 97 meter di atas permukaan laut. Inilah alasannya diberi nama Uluwatu yaitu Ulu berarti kepala dan watu artinya batu.

Pura uluwatu merupakan salah satu pura tertua di Bali dan menyimpan banyak keindahan pemandangan alam yang mempesona. Lautan yang terhampar luas di sepanjang kawasan Uluwatu ini, sukses membuat saya jatuh hati pada tempat ini. Rasanya seperti berada di luar negeri, ternyata Indonesia sungguh sangat kaya dan potensi alamnya luar biasa. Siapapun yang melihat ini, akan kagum pada kekuasaan Allah yang terhampar melalui pemandangan indah di Uluwatu ini.

Setiap sore, di tempat ini setiap wisatawan bisa menikmati tarian Pecak yang sakral dan atraktif yang dibawakan oleh 70 penari laki-laki bertelanjang dada dengan latar belakang sunset yang indah. Sayang saat saya kesana, waktu menunjukkan pukul 11 pagi sehingga tak bisa menyaksikan tarian khas budaya Bali ini. Tapi saya sangat puas dengan menikmati indahnya laut yang melatar belakangi Uluwatu ini.

Thursday, March 23, 2017

Menikmati Pesona Pantai Pandawa Bali



Setelah menyelesaikan tugas dinas di Bali pada hari Sabtu tanggal 18 Maret 2017, saya berkesempatan menikmati wisata Bali di hari Minggu tanggal 19 Maret 2017. Ternyata murid saya yang sekarang sudah menjadi mahasiswa kedokteran di Universitas Udayana, sudah menyiapkan mobil untuk jalan-jalan. Dengan meminjam mobil temannya, Wardah menggandeng Fuad sang supir sekaligus guide wisata kali ini, dan mereka berdua sukses membuat saya terpesona dengan keindahan tempat wisata di Bali. Kami bertiga sangat menikmati petualangan kami di Bali, sambil menunggu tiket kepulangan saya yang direncanakan pada pukul 18.15.

Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Pantai Pandawa. Kami berangkat dari hotel Grand Shanti pukul 07.30, saya sekaligus check out karena akan langsung diantar ke bandara. Dengan jarak tempuh sekitar 27 km, kami bertiga menyusuri tol mandara menuju pantai pandawa. Tol mandara ini unik karena merupakan satu-satunya tol di Indonesia diatas laut dan memiliki jalur sepeda motor nya. Tol yang menghubungkan 3 area yaitu Pelabuhan Benoa, bandara Ngurah Rai dan Nusa Dua ini, dibangun dalam waktu singkat yaitu 14 bulan saja, dimulai bulan Maret 2012 dan berakhir pada bulan Mei tahun 2013.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam, akhirnya kami tiba juga di Pantai Pandawa yang dulunya dikenal dengan nama Secret Beach (Pantai Rahasia). Hal ini karena lokasinya yang sangat tersembunyi yaitu ada di belakang tebing tingggi. Pantai yang berlokasi di Bali Selatan, tepatnya di Desa Kutuh, Kecamatan Kutu Selatan, Kabupaten Badung ini awalnya bernama Pantai Melasti. Dahulu, di pantai Pandawa ini sering diadakan upacara Melasti yang merupakan bagian dari perayaan Hari Raya Nyepi bagi umat Hindu. Penganut agama Hindu akan bersembahyang di tepi pantai dengan tujuan untuk mensucikan diri dari perbuatan buruk di masa lalu.

Bali, Ketika Islam Menjadi Minoritas


Pada hari Jumat-Ahad, tanggal 17-19 Maret 2017, saya ditugaskan dinas ke Bali untuk seleksi siswa baru di sekolah tempat saya bekerja. Bersama teman saya yang ditugaskan ke Yogyakarta, saya naik taxi ke bandara dari rumah pukul 04.30. Ternyata jalanan sangat lancar, kami tiba di bandara pukul 05.30. Saya sangat menikmati sekali perjalanan dinas kali ini. Setelah menikah sampai Eza lahir hingga usia 3 tahun, rasanya baru kali ini saya menginjakkan kaki di bandara lagi. Agak-agak kaget dengan suasana bandara, masih bingung dengan terminal mana kami harus berhenti. Setelah tanya tanya, akhirnya nyampe juga di gate, langsung deh sholat subuh.

Pesawat berangkat pukul 07.30 WIB, nyampe di Bali pukul 10.30 WITA. Karena bingung alamat kantor kanwil dan panitia daerah masih rapat, akhirnya saya makan dulu. Pilihan menu jatuh pada gado-gado dan kopi Bali. Pengen nyoba aroma kopi Bali seperti apa. Ternyata biasa saja hehe. Setelah itu, saya menuju lokasi tes dengan menggunakan ojeg dengan mengeluarkan 70.000 rupiah saja. Ini karena saat ditawarkan taxi, saya kaget juga dengan harganya, sekitar 200.000. Akhirnya saya memilih menggunakan ojeg, alhamdulillah jalanan lancar dan sampai di lokasi pukul 12 siang.
Setelah bertemu pihak panitia, dan menyiapkan perangkat tes untuk besok, saya pun check ini di Hotel Grand Shanti. Saya akan bermalam disini selama 2 malam, dengan tarif 500.000 per malam. 

Tak lama kemudian, salah satu alumni IC pun datang. Mahasiswi fakultas kedokteran ini asli Solo tapi memilih kuliah di Bali setelah beberapa tahun lalu, menyaksikan ibunya sakit. Sore itu kami habiskan berjam jam untuk saling cerita dan sharing berbagai hal.

Postingan Favorit