Thursday, January 7, 2016

Mengapa Harus Berenang?


Liburan di akhir tahun 2015 ini menyimpan cerita suka dan duka. Cerita suka karena seminggu pertama liburan, saya berhasil mengajak Eza berenang dua kali, pertama di WP Ciawi Tasikmalaya dan yang kedua di Waterboom Sukahaji Ciamis. Cerita duka, karena di minggu kedua liburan ternyata Eza harus disunat dan itu sungguh membuat hati berdebar debar, tegang dan rasanya ga tega membiarkan dia disunat dalam usianya yang belum genap dua tahun.

Kali ini saya akan cerita tentang episode Eza berlibur dengan berenang. Banyak pendapat para ahli mutakhir yang mengungkapkan bahwa sebaiknya bayi diajarkan berenang sedini mungkin, ada yang mengatakan bisa dimulai sejak usia 4 bulan, ada yang mengatakan sejak usia 6 bulan. Eza sendiri, sudah dibelikan kolam indoor sejak usianya 6 bulan. Beberapa kali diajak nyebur, walau kadang menolak karena kedinginan.

Tradisional vs Gadget


Pada zaman dahulu kala, saat kita kecil dulu, rasanya indah sekali mengenang masa-masa bermain dengan teman-teman. Kita seringkali “nyamper” temen untuk main bareng dengan manggil namanya sambal dilaguin gitu. Beberapa jenis permainan yang kita mainkan dulu, seperti main lompat tali, congklak, monopoli, main bekel, galaksin, pecle, dll sulit sekali kita temui di zaman modern ini. Padahal permainan tradisional tersebut sesungguhnya secara tak sadar mengajarkan banyak keterampilan sosial yang dibutuhkan di masa depan. Keterampilan sosial yang secara tak langsung kita pelajari dari permainan yang kita mainkan dulu misalnya belajar bekerja sama, bermain sportif, manajemen konflik, mengatur strategi dan banyak keterampilan lainnya.

Banyak komentar di sosmed yang merindukan saat-saat indah bermain aneka permainan tradisional di masa kecil kita dulu. Bahkan beberapa permainan tradisional, kembali dihidupkan di beberapa tempat oleh beberapa kalangan, diantaranya oleh Komunitas Anak Bawang di kota Surakarta, Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) yang pernah menyelenggarakan jambore anak tingkat kota Banjar dan memperkenalkan aneka permainan tradisonal.  Masih banyak lagi komunitas dan tempat layanan publik yang berusaha menghidupkan kembali aneka permainan tradisonal. 

Khitanan: Momentum Toilet Training

Setelah punya anak, banyak hal yang harus saya pelajari sebagai ibu agar tumbuh kembang anak, berjalan optimal. Salah satu hal yang sudah lama saya browsing adalah tentang toilet training. Dulu saya membayangkan sulitnya memulai toilet training. Bagaimana cara mengajari Eza untuk mau pipis di kamar mandi, sementara dia selalu pake pampers, bagaimana cara memberitahunya caranya pup, ternyata membuat pusing memikirkannya. Tapi setelah dijalani, ternyata tak sesulit yang dibayangkan.
Kuncinya ternyata tak usah membandingkan anak kita dengan anak lain. Setiap anak itu unik. Ada yang sudah siap untuk toilet training sebelum usia setahun, ada yang memulainya pada usia dua tahun, bahkan ada yang baru memulai saat anaknya menginjak usia 4 atau 5 tahun. Tak ada batasan indikator usia untuk memulai toilet training ini. Beberapa referensi dan pengalaman ibu-ibu lain yang mengalami hal serupa, pasti berbeda-beda. Kita akan stress sendiri kalau indikatornya adalah usia. Ternyata kunci utamanya adalah kesiapan kita sebagai ibu dan kesiapan anaknya. Bahkan kita akan menikmati saat menemukan MOMENTUM  untuk memulainya. Dan saya bersyukur saya bisa menemukannya.

Postingan Favorit