Penulis :Habiburrahman El Shirazy
Penerbit : Republika Penerbit, Jakarta
Tahun Terbit : 2014
Jumlah Halaman : 578
Buku ini merupakan novel sejarah dan novel cinta, cinta yang luar biasa kepada Sang Maha Pencipta dari sosok luar biasa bernama“Badiuzzaman (sang keajaiban zaman) Said Nursi”.Novel ini menceritakan tentang sosok ulama tersebut dengan balutan kisah cinta Fahmi, seorang santri kampung dan mahasiswa S2 Universitas Islam Madinah. Diawali dengan konflik hati saat Fahmi diharuskan memilih antara Nur Jannah,putri bungsu Pak Lurah di desanya, dengan Nuzula, putri seorang kyai besar yangmerupakan mahasiswi semester 4 Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta. Singkat cerita, setelah istikharah, Fahmi memilih Nuzula untuk menjadi istrinya. Akad nikah pun dilangsungkan. Tetapi kebersamaan mereka harus tertunda karena Pa Kyai meminta Fahmi tetap melanjutkan kuliah di Madinah, sementara putrinya yang sekarang telah menjadi istri Fahmi, juga harus melanjutkan kuliahnya diJakarta.
Konflik pun berlanjut. Saat Fahmi diminta Sang Kyai untuk menceraikan Nuzula. Bagai disambar petir, kebahagiaan yang sempat dirasakan Fahmi harus berakhir. Ini pun dengan alasan yang tidak jelas. Pa Kyai hanya menyatakan bahwa Fahmi tak bisa bahagia dengan Nuzula. Kepenasaranan terhadap kelanjutan kisah Fahmi inilah yang dimanfaatkan sang penulis untuk menyelipkan kisah Said Nursi, yang sesungguhnya merupakan inti hikmah yang ingin disampaikan.
Said Nursi lahir di Nurs, desa kecil di Kurdistan. Orang tuanya, Mirza adalah laki-laki sholeh yang menikah dengan Nuriye, seorang wanita yang terjaga kesuciannya, putri pemilik ladang. Mirza adalah laki-laki jujur, saat lembu gembalaannya makan rumput di ladang seseorang, Mirza berjuang mencari sang pemilik lahan untuk meminta maaf dan mohon dihalalkan, agar rejeki yang dinikmatinya dari lembu itu benar-benar halal. Ternyata sang pemilik ladang, kagum dengan keindahan akhlak Mirza. Ia pun mendatangi orangtua Mirza. OrangtuaMirza dan orangtua Nuriye ternyata adalah sahabat lama. Saat menikah, Mirzaberusia 25 tahun dan Nuriye berusia 18 tahun. Setelah menikah, mereka dikarunia7 orang anak, salah satunya Said Nursi.
Said Nursi kecil adalah anak yang cerdas dan kritis. Ia seringkali bertanya tentang gerhana bulan, tujuan hidup, kematian, hari kiamat, surga dan neraka. Sejak usia 7 tahun, ia sudah menunjukkan minat yang dalam pada pelajaran agama,terutama Al-Qur’an. Ia juga sering menemani ayahnya untuk mengikuti majelis perdebatan ilmu.
Suatu saat Said bermimpi melihat kiamat telah datang, orang-orang yang telah mati dibangkitkan kembali dan digiring ke padang Mahsyar. Said berhasrat ingin sekali mimpi bertemu Nabi Muhammad Saw. Saking banyaknya manusia, Said merasa kesusahan menemukan Nabi Muhammad. Ia lalu berpikir untuk menunggu Nabi Muhammad di ujung jembatan Shirathal Mustaqim. Dan benarlah. Ia berjumpa dengan semua Nabi. Dan ia menyalami dan mencium tangan semua para nabi. Akhirnya tibalah Nabi Muhammad Saw. Said mencium tangannya dan meminta agar dimohonkan kepada Allah agar menganugerahinya ilmu. Dalam mimpinya itu, Nabi Muhammad Saw berkata, “Allah akan memberimu ilmu Al-Qur’an, dengan syarat kamu tidakmenanyakan satu soal pun kepada umatku.” (h. 176)
Sejak saat itu Said bergairah untuk mencari ilmu. Ia pun berkelana dari satu madrasah ke madrasah lain, dari satu desa ke desa lain, dari satu negara ke negara lain. Di usianya yang baru 15 tahun, Said telah khatam menguasai berbagai kitab, bahkan mengalahkan mereka yang lebih dulu belajar dan lebih tua usianya.
Kisah Said Nursi diselingi pula dengan kisah cinta Fahmi yang mengalami kontroversi hati,bertanya tanya kenapa sang mertua menyuruhnya menceraikan istrinya. Di akhir cerita, Fahmi dan Nuzula berhasil menyelesaikan urusan percintaanya. Seperti apa? Silakan baca sendiri hehe.
Kembali ke kisah Said Nursi. Ternyata Said Nursi pun berpolitik, tapi satu-satunya politik Said adalah melawan segala bentuk usaha menjauhkan umat dari Al-Qur’an dan Islam, dengan cara berdawah mendekatkan umat dengan Al-Qur’an secara kultural, mengajak umat merasakan kelezatan hidangan Al-Qur’an. Pemerintah yang tak suka dengan perbuatannya, lantas mengasingkannya ke desa terpencil bernama Barla. Tapi pengasingan itu justru membuat Said makin berkarya. Di tempat itulah, justru Said menulis berbagai hal yang akhirnya dikenal dengan Risalah Nur. Gerakan Said ini lama-lama tercium pihak penguasa. Said Nursi dan murid-muridnya diintimidasi habis-habisan. Pada tanggal 25 April 1935, terjad ilah penangkapan besar-besaran. Sejumlah murid Nursi ditangkap dan ditahan, dua hari kemudian giliran Nursi dan yang lainnya. Nurdi dibebaskan dari penjara pada Maret 1936,namun ternyata untuk dijebloskan ke penjara yang lain. Usianya saat itu 59 tahun. Pada 6 Desember 1948, pengadilan memvonis Said bersalah, dengan mengabaikan semua bukti yang ada.
Demikianlah sekilas tentang buku ini. Sang Penulis yang bernama lengkap Habiburrahman ElShirazy, lahir di Semarang, 30 September 1976. Sarjana Universitas Al Azhar Mesir ini juga penulis produktif yang menghasilkan beberapa karya, diantaranya Ketika Cinta Berbuah Surga, Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Dalam Mihrab Cinta, Bumi Cinta dan lain-lain.
Buku ini menarik karena menceritakan kisah biografi ulama besar Badiuzzaman Said Nursi dengan dibalut novel cinta yang romantis juga, jadi kita bisa belajar banyak hal dari beberapa kisah dalam buku ini. Selain belajar sejarah, kita bisa juga belajar cara menangani konflik hati, etika berpolitik, dan hal lainnya. Yang kurang dibahas tuntas dalam buku ini adalah kisah wafatnya Said Nursi, karena menurut sang penutur cerita, Said Nursi itu masih
terasa hidup dalam sanubari murid danpengikutnya.
Semoga Bermanfaat
Wassalam
Eva Novita Ungu
Kamis, 23 April 2015
Novel biografi ulama ini sungguh menginspirasi ...
Kalo kisahnya fahmi itu dari kisah nyata bukan ya? Hehe.. kayanya nyata banget ceritanya..
ReplyDelete