Tuesday, January 31, 2023

PENJUAL MINYAK WANGI DAN SEUNTAI KALUNG



 Seorang pemuda tiba di Baghdad dalam perjalanannya menunaikan ibadah haji ke tanah suci.

Ia membawa seuntai kalung senilai seribu dinar. Ia sudah berusaha keras untuk menjualnya,
namun tidak seorang pun yang mau membelinya. Akhirnya ia menemui seorang penjual minyak
wangi yang terkenal baik, kemudian menitipkan kalungnya. Selanjutnya ia meneruskan
perjalanannya.

Selesai menunaikan ibadah haji ia mampir di Baghdad untuk mengambil kembali kalungnya.
Sebagai ucapan terima kasih ia membawa hadiah untuk penjual minyak wangi itu.

"Saya ingin mengambil kembali kalung yang saya titipkan, dan ini sekedar hadiah buat Anda,"
katanya.

"Siapa kamu? Dan hadiah apa ini?," tanya penjual minyak wangi.

"Aku pemilik kalung yang dititipkan pada Anda," jawabnya mengingatkan.

Ketika si Introvert Harus "Manggung"

 


Bagi saya yang introvert sejak dulu, untuk bisa tampil depan panggung untuk memberikan sambutan, butuh perjuangan keras. Padahal saya adalah seorang guru yang terbiasa berbicara di depan siswa, tapi saat diminta memberikan sambutan untuk peresmian angkatan 28 di MAN Insan Cendekia Serpong, tetap saja merasakan demam panggung dan deg degan alias grogi akut.

Sebagai wali asrama dari angkatan 28 ini, saat mereka akan meresmikan nama angkatan, saya diundang untuk hadir. Awalnya yang memberikan speech adalah bapa wakamad keasramaan yang sekaligus wali asrama angkatan 28 putra, tapi beliau berhalangan hadir. Jadilah saya, yang diminta menggantikannya.

Bagi orang lain yang terbiasa berbicara di depan publik, mungkin hal itu biasa-biasa saja, tapi bagi saya yang super introvert parah ini, yang selalu menghindari menjadi MC, menjadi pembina upacara dan aktivitas lain yang sifatnya manggung, sungguh butuh perjuangan berat dan persiapan yang tak main-main untuk bisa bicara di depan 400-an siswa dari seluruh angkatan dan beberap orangtua yang hadir.

"Tongkat Musa" dalam Diri Kita

Sejak kecil, tentu kita sering mendengar kisah Nabi Musa yang dikejar Firaun dan pasukannya. Banyak sekali kisah dalam Al-Qur’an yang berlalu begitu saja, tanpa ada hikmah yang kita bisa terapkan dalam kehidupan zaman now, seolah-olah kisah itu adalah dongeng yang hanya pantas diceritakan untuk cerita pengantar sebelum tidur pada anak-anak kita, seputar mujizat kenabian, yang tidak mungkin akan dialami oleh orang seperti kita, yang bukan orang shalih banget, apalagi nabi.


Setelah membaca buku karya Dewa Eka Prayoga yang berjudul “Melawan Kemustahilan, Menguji Keimanan, Menjemput Keajaiban”, saya mendapat pencerahan saat sang penulis menceritakan tentang kisah Nabi Musa dikejar Firaun dan pasukannya di laut merah. Menurut penulisnya, kisah tersebut seringkali terjadi pada kita dengan analogi sebagai berikut:

Nabi Musa                               = Kita
Laut Merah                             = Hambatan
Firaun                                      = Ancaman
Tanah yang dijanjikan             = Impian
Tongkat Nabi Musa                = Solusi

Postingan Favorit