Dulu saya pernah bermimpi memiliki pesantren yang mendidik santrinya untuk
memiliki jiwa entrepreneur yang mandiri, santri dibekali
keterampilan-keterampilan yang membuat dia siap hidup mandiri secara finansial
setelah keluar dari pondok. Lama sekali impian ini terpendam, hingga kemarin
saat ditugaskan untuk survey kegiatan Homestay di Bandung, saya seperti dejavu,
impian lama tentang sebuah pesantren tiba-tiba sudah menjelma menjadi kenyataan
dalam pesantren yang dikunjungi.
Pesantren itu bernama Al-Ittifaq yang berlokasi di Rancabali Ciwidey
Bandung. Lokasi pesantren yang menyatu dengan masyarakat, memiliki konsep
agribisnis yang keren. Pesantren ini didirikan tanggal 1 Februari 1934 oleh KH.
Mansyur, seorang ulama di Ciwidey yang terkenal anti penjajah dan berprinsip
bahwa apapun yang dilakukan Belanda, tidak boleh ditiru. Kepemimpinan pesantren
dilanjutkan oleh H. Rifai, tapi KH Mansur masih terlibat. Pengelolaan pesantren
masih bersifat tradisional dan jumlah santrinya masih sedikit, kurang lebih 30
orang saja.
Perubahan terjadi saat cucu KH Mansur yang bernama KH Fuad Afandi, mengambil
alih kepemimpinan pesantren.
Beberapa kebijakan pun diberlakukan, yaitu