Wednesday, November 19, 2008

pengajian nasaruddin umar

Menurut Prof Nasaruddin Umar ada 5 respons Emosi keagamaan yaitu:
1. Ketika Seseorang ditimpa musibah
2. Ketika seseorang mempunyai Hajat besar
3. Ketika seseorang sedang melakukan dosa besar
4. Ketika seseorang sedang dalam keadaan normal
5. Ketika seseorang sedang mencapai maqam tertinggi

akhirnya ku menemukan-Mu

bulan november 08 ini aku seneng banget, akhirnya ujian2 pasca haji selama 3 tahun, selesai juga, agak plong karena endingnya indah, walopun prosesnya berat banget. berkali2 jatuh bangun mempertanyakan takdir, protes sama Dia, kenapa beberapa kali mimpiku terhempas, melelahkan pokonya, tapi pertengahan november lalu, dengan berurai air mata, aku nyatakan "Tuhan, saya menyerah ..." terserah Engkau saja mau mengujiku dengan ujian apapun, asal aku tidak jauh dari-Mu.

ternyata buah dari ujian2 itu mulai terungkap satu2. tiba2 saja aku pengen kuliah lagi, lama banget aku istikharah memilih antara 3 universitas, UI, UIN atau IIQ. ternyata aku dimudahkan daftar k IIQ. dan mulai okt lalu aku pun mulai kuliah. dan ternyata menyenangkan. aku selalu menantikan hari selasa dan sabtu. sampe nyesel kenapa ga dari dulu kuliah
. tapi timingnya emang udah diatur juga.

tiba2 juga aku ketemu sama PSQ (Pusat Studi Al-Quran), punya nya Quraisy Shihab, disitu ada kajian mingguan, pematerinya dosen2 pasca UIN dan univ lain. Wah seneng banget deh pas ketemu sama pengajian ini. apalagi pas prof nasaruddin umar ngisi, tenang tapi bikin orang nangis (lihat di label Pikabungaheun).

makasih buat semua yang udah bantu aku melewati ujian ini.
Dan terpenting Thanks God dah ngasih kado terindah untuk ultahku.

nov 08
jelang ulang tahunku

Ketika Remaja merasakan indahnya Islam

KETIKA REMAJA MERASAKAN INDAHNYA ISLAM

Ini cerita tentang seorang siswa di sebuah sekolah, sebut saja namanya Ferry. Ketika saya masuk sekolah ini tahun 2004, Ferry sudah duduk di kelas XI IPS. Saat itu, Ferry dikenal sebagai siswa yang sering melakukan pelanggaran di asrama, terutama berkaitan dengan poin shalat berjamaah di masjid. Beberapa kali Ferry dicabut ijin keluarnya karena setelah direkap, poin pelanggaran shalat berjamaahnya sudah sangat banyak. Walaupun begitu, Ferry tidak menyerah. Dia pun memanggil orangtuanya untuk “merayu” guru asrama agar tetap bisa keluar asrama. Teman saya, yang saat itu berhadapan dengan orangtuanya, sempat bersitegang juga dan berdebat dalam rangka menyampaikan aturan sekolah.
Puncaknya, saya dan guru asrama lain beserta seorang wakil kepala sekolah sempat menyidang Ferry di malam hari, mengingatkan dan menasehati Ferry berkaitan dengan pelanggaran yang dilakukannya. Bahkan saat itu, setelah berbagai tahap peringatan tidak mempan juga, wakil kepala madrasah pun sempat memberikan peringatan keras dengan cara menyuruhnya membereskan koper untuk bersiap-siap meninggalkan sekolah ini jika Ferry tidak memperbaiki kesalahannya.
Setelah proses sidang tersebut, mulailah terlihat perubahan pada diri Ferry. Ketika duduk di kelas XII IPS, dia sekamar dengan ketua OSIS, perubahannya semakin terlihat. Sang ketua OSIS ini dengan sabar mendampingi dan menjadi teman dekatnya. Sifat Ferry yang keras ditaklukkan dengan karakter sang ketua OSIS yang lembut. Bahkan lebih dari yang diperkirakan, Ferry berubah secara drastis. Akhlaknya terhadap orang lain semakin santun, shalat berjamaahnya rajin, bahkan yang membuat kami kaget, dia ingin melanjutkan kuliahnya di Mesir. Mungkin banyak yang tidak tahu, bahwa walaupun sekolah ini bernama MAN, tapi siswanya jarang sekali yang berniat melanjutkan studinya ke jurusan agama. Mayoritas siswa mengambil jurusan-jurusan exact, sehingga jika ada siswa yang ingin melanjutkan studi ke jurusan agama apalagi ke Mesir, ini biasanya menjadi perbincangan yang menarik dan menjadi oase yang menyejukkan.
Begitulah proses pendidikan, ada banyak faktor yang membuat berhasil. Selain kebiasaan baik yang ditanamkan disini, faktor teman juga bisa membuat seseorang berubah ke arah positif atau bahkan sebaliknya.
Saat Ferry berkonsultasi pada kami, guru asramanya berkaitan dengan rencana kepergiannya ke Mesir, saya sempat meledek dan mengingatkannya tentang proses sidang yang sempat membuatnya terusir dari sekolah ini. Ferry pun tersipu-sipu, malu katanya kalau mengingat saat itu.
Saat proses ujian negara selesai, sambil menunggu wisuda, Ferry dengan semangat mempersiapkan kepergiannya dengan cara belajar bahasa Arab dan menghafal Al-Quran kepada Syaikh Syahatah, Syaikh dari Mesir yang ditugaskan disini.
Kabar terbaru dari Ferry, saat datang beberapa waktu lalu sebagai alumni, mengatakan bahwa dia tidak lulus ujian seleksi ke Mesir. Kasian juga, tapi memang tidak mudah ujian ke Mesir kalau tidak berasal dari pesantren seperti Gontor. Sambil mempersiapkan kembali, kabarnya Ferry akan kuliah di UIN, sambil belajar bahasa Arab dan menghafal Al-Quran. Semoga apa yang dicita-citakannya tercapai.

Semoga Bermanfaat

Wassalam
12 des 06
Eva Novita
Menghargai sebuah PROSES
“Saat mimpi belajar ke Mesir belum jua terlaksana”

Postingan Favorit