Saturday, September 16, 2017

Membahagiakan Orangtua



Hari Jumat minggu lalu, lengkap sudah kakak-kakak saya dari Tangerang datang ke rumah orangtua di Tasik. Pernikahan keponakan yaitu anak pertama dari kakak tertua saya yang sekaligus merupakan cucu pertama mamah dan abah, menjadi momentum kami bisa berkumpul sekeluarga lengkap. Riuh rendahnya suasana rumah, ternyata membuat orangtua bahagia. Mamah saya yang awalnya sedang sakit, tangannya kesemutan, saat ditelpon adiknya, bilang bahwa kondisinya sudah membaik. Ternyata anak dan cucu, tetap menjadi obat terbaik dan tercepat dalam menyembuhkan sakit orangtua.

Saya bersyukur sekali orangtua saya dan mertua saya masih lengkap. Banyak lahan ibadah yang bisa saya lakukan terhadap mereka, tentu bukan untuk membalas kebaikan mereka, karena itu takkan pernah membayar perjuangan yang mereka lakukan. Dan keberadaan mereka adalah jimat bagi saya, doa mereka masih sangat saya butuhkan, tentu saja kehadiran mereka juga merupakan berkah tersendiri bagi keluarga kami.

Kembali ke hajatan pernikahan ponakan saya, sehari sebelum pernikahan, dalam adat sunda biasanya ada prosesi siraman. Acara siraman ini dilakukan setelah shalat Jumat hingga sore hari. Momen menyedihkan nan sakral itu terjadi saat sang calon pengantin meminta restu dari orang tuanya, sambil meminta maaf dan minta doa agar dilancarkan dalam semua urusan. Entah ya, bagi saya relasi yang unik dan membuat haru itu adalah antara seorang ayah dengan anak perempuannya. Rasanya saya ikut terharu dan tak bisa menahan tangis saat sang ayah memberi restu dan mendoakan sang calon pengantin.

Bagi saya, membahagiakan orangtua bukanlah tentang berapa rupiah yang kita berikan pada mereka, tapi seberapa besar perhatian kita kepada mereka, seberapa sering kita menelpon mereka dan seberapa intens kita mengunjungi mereka di sela kesibukan kita bekerja dan mengurus keluarga. Semoga dengan begitu, mereka ridha dengan kehidupan saya dan tak lelah mendoakan anaknya ini, yang masih saja merepotkan mereka.

Semoga saya masih punya banyak waktu untuk membahagiakan mereka, termasuk menambah mereka cucu dengan anak saya berikutnya. Dan semoga bukan hanya anak, tapi menjadi generasi penerus keluarga yang membanggakan dan bermanfaat untuk umat. Aamiin

Semoga Bermanfaat

Sabtu, 160917.14.05
#ProgramHamil40HariEpisode3#Hari6
#odopfor99days#sesi3#day7

Friday, September 15, 2017

Membeli Celengan



Tantangan level 8 dengan materi cerdas finansial ini, sebenarnya sudah lama saya lakukan bertahap pada Eza. Jika hanya membiasakan menabung, itu mudah sebenarnya. Tantangannya adalah saat suami membebaskan Eza untuk jajan, dan menahan rasa tega saat anak minta jajan dan mainan seperti teman-temannya.

Usia Eza yang baru menginjak 3,5 tahun, adalah usia senang bersosialisasi, pengen punya barang seperti temannya. Saat teman-temannya beli mobil-mobilan, ia pengen. Saat diajak ke indomaret, pengen beli es krim karena es krim adalah makanan favoritnya.

Kemarin, saat saya mengajak Eza jalan, saya tawarkan untuk membeli celengan karena celengan lama sudah penuh dengan uang receh, maka materi 8 ini adalah momen yang tepat untuk membeli celengan baru. Saya ajak Eza ke toko celengan, membiarkan dia memilih sendiri, ternyata dia antusias sekali. Dia memilih tokoh favoritnya yaitu Robocar Poli. Ga papa lah supaya dia semangat menabung.

Setibanya di rumah, Eza langsung meminta uang, dan semangat sekali memasukkannya ke dalam celengan. Saat temannya datang, ia langsung “pamer” celengan barunya. Euh dasar anak-anak. Semoga ga membuat temannya lapor untuk membeli celengan juga. Tapi jika semangat menabung nya menular, semoga menjadi hal positif.

Syemangaat...

Semoga Bermanfaat

Jumat, 150917.06.00
#Tantangan10HariLevel8
#day1
#KuliahBunSayIIP
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial

#odopfor99days#semester2#day6

Anak sebagai (Alasan) Ujian Kegagalan Shalat Berjamaah



Hari Kamis lalu, saya dan keluarga mempersiapkan pernikahan keponakan di Tasik. Papanya Eza masih di Tangerang, saya dan Eza pulang duluan ke Tasik. Mamah dan Abah senang sekali saat kami datang, walaupun tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Ternyata anak dan cucu itu bisa menjadi obat terbaik bagi kesepian orangtua.

Pagi-pagi, kami ke pasar, ke tukang jahit dan jalan-jalan seputar kota Ciawi. Tiba jam 11 siang di rumah, Eza kecapean, ia pun tertidur dan pengen ditemani, tak terasa saya pun nyenyak tertidur, hingga waktu dhuhur tiba, saya belum shalat. Biasanya saya shalat berjamaah dengan mamah, tapi ternyata mamah sudah shalat dhuhur duluan karena beliau terbiasa shalat di awal waktu setelah adzan beres.

Saya pun segera terbangun, menyesal sekali terlewat shalat berjamaah shalat dhuhur. Ternyata tak mudah juga menjaga shalat berjamaah 40 hari itu, terutama saat lelah dan malas melanda, mencari pembenaran dan alasan untuk tidak shalat berjamaah. Saya lupa memberitahu mamah untuk menunggu saya shalat berjamaah.

Hari ini, di hari kelima, saya menjadikan anak sebagai alasan atas kemalasan dan ketakberdayaan saya untuk menjaga konsistensi shalat berjamaah. Sebenarnya jika memaksakan diri dan saya lebih meniatkan diri, seharusnya saya bisa mengalahkan rasa kantuk saya, tapi apalah daya, saya memilih menemani anak tidur. Semoga Allah mengampuni kekhilafan saya.

Semoga Bermanfaat

Jumat, 150917.06.00
#ProgramHamil40HariEpisode3#Hari5
#odopfor99days#sesi3#day5


Postingan Favorit