Thursday, September 7, 2017

Sensasi Mengantar Tamu ke Gambir



Hari Selasa kemarin, teman-teman suami dari Kudus mengadakan studi banding ke sekolah kami. Kami pun menawarkan agar mereka mampir, mumpung masih ada stok daging di kulkas. Alhamdulillah mereka datang pukul 1 siang, kami siapkan menu spesial gulai, bakwan dan telur dadar, beserta pernak pernik minuman sirup dan buah jeruk serta semangka. Para tamu yang berjumlah 8 orang pun bersemangat menghabiskan hidangan yang kami siapkan.

Setelah makan siang, mereka langsung menuju lokasi gedung administrasi, tempat pertemuan untuk penjelasan kondisi sekolah kami. Saya tidak ikut. Sore harinya, usai mereka berdiskusi dan ngobrol dengan para pimpinan madrasah, suami mengajak saya untuk mengantar mereka ke bandara. Saya yang sebenarnya ada jam mengajar usai magrib, akhirnya mendelegasikan mengajar pada Syaikh, kasian kalau suami pulang sendiri usai mengantar tamu ke bandara.

Kami berangkat dari Serpong menuju Gambir pukul 5 sore, alhamdulillah tol lancar, hanya di beberapa titik saja padat. Suami sudah meniatkan diri untuk shalat magrib di masjid Istiqlal, saya sudah deg-degan, dengan kondisi Jakarta yang tingkat kemacetannya tidak bisa diprediksi, awalnya ragu akan bisa menunaikan shalat magrib di masjid Istiqlal, tapi ternyata kalau sudah meniatkan diri, alhamdulillah kekejar, kami tiba di masjid Istiqlal pukul 18.45, hanya tinggal beberapa menit saja siswa waktu untuk menunaikan shalat magrib.

Usai wudhu, saya lihat suami sudah berjamaah di tempat shalat putra, saya yang meniatkan diri untuk kembali memulai semangat shalat berjamaah, bingung bagaimana agar tetap bisa menunaikan shalat berjamaah, sementara di barisan shalat putri tak terlihat ada barisan jamaah shalat magrib. Suami di barisan shalat putra, terlihat berjamaah hanya 5 orang. Akhirnya saya meniatkan diri ikut jamaah putra yang diikuti suami, walaupun ga kedengeran. Sudah dua rakaat terlewati, jika tak terdengar, saya lirik-lirik sedikit jamaah putra, agar tak mendahului imam. Ampuni saya Rab, inilah cara saya agar bisa shalat berjamaah, walau saya harus melirik mata setiap pergantian gerakan shalat. Masalah sah dan diterima tidaknya, saya serahkan padamu.

Alhamdulillah dari masjid Istiqlal, kami menuju Cikini untuk makan malam, barulah setelah itu menuju Gambir. Kami tiba di Gambir sekitar pukul 20.30, dan kami langsung pamit untuk menuju Serpong, alhamdulillah tiba di Serpong pukul 21.20. Setelah rehat sebentar, kami pun shalat isya berjamaah. Alhamdulillah perjuangan hari ini untuk bisa shalat berjamaah, luar biasa tantangannya. Semoga esok bisa lebih baik lagi...

Semoga Bermanfaat

Kamis, 070917.14.30
#ProgramHamil40HariEpisode3#Hari1
#odopfor99days#sesi3#day1

Wednesday, September 6, 2017

Hidup Tanpa Program Hamil ?



Saya memulai program hamil 40 hari yaitu merayu Allah dengan beribadah selama 40 hari di bulan April 2017. Program hamil 40 hari ini sudah saya jalankan dua episode. Bagian pertama hanya bertahan 19 hari, di hari ke-20 saya haid. Setelah itu, saya lanjutkan ke episode dua, dan hanya bertahan 17 hari dan saya haid di hari ke-18. Mari kita rinci episode nya.

     1.      Sabtu 15 April 2017
      Program hamil 40 hari Episode Pertama, hari kesatu, link nya adalah:
      http://novitaungu.blogspot.co.id/2017/04/hari-ke-1-program-40-hari-mencari-si.html

     2.      Jumat, 6 Mei 2017
      Program hamil 40 hari Episode Pertama, hari terakhir, hari ke-20 link nya adalah:
     http://novitaungu.blogspot.co.id/2017/05/hari-ke-20-program-hamil-40-hari.html

    3.      Senin, 15 Mei 2017
     Program hamil 40 hari Episode Kedua, hari kesatu, link nya adalah:
    http://novitaungu.blogspot.co.id/2017/05/hari-1-program-hamil-40-hari-meluruskan.html

     4.      Sabtu, 3 Juni 2017
           Program hamil 40 hari Episode Kedua, hari terakhir, hari ke-18, link nya adalah
           http://novitaungu.blogspot.co.id/2017/06/si-merah-datang-program-hamil-pending.html

Dan di hari Rabu tanggal 6 September ini, bismillah saya memulai lagi Program Hamil 40 Hari Bagian ketiga, setelah berakhir di bulan Juni 2017 dan sempat terpuruk hingga edisi menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas kerja dan komunitas, hingga akhirnya saya tersadar satu hal bahwa hidup saya tanpa Program Hamil 40 Hari ini ternyata kacau banget dan ibadah ga karuan... sungguh tersiksa sekali sibuk dengan berbagai hal tapi satu ruang hati terdalam, ada yang hampa tak tersentuh...

Jadi tanpa ekspektasi apapun, bismillah saya memulai kembali Program Hamil 40 Hari Bagian Ketiga, saya hanya ingin membenahi ibadah saya, kembali mendekat pada-Nya setelah 3 bulan hidup saya carut marut ga karuan. Kuncinya ada pada diri saya sendiri, saya harus fokus memperbaiki diri saya dulu, membenahi ibadah saya, menunaikan kewajiban saya dulu sebelum meminta hak saya. Alangkah malunya saya jika terus meminta pada Allah, sementara kewajiban saya tak saya tunaikan secara sempurna. Ampuni hamba, Rab. Semoga masih ada jalan bertaubat dan kembali pada-Mu...

Semoga Bermanfaat

Rabu, 060917.14.05
#ProgramHamil40HariEpisode3#Hari1
#odopfor99days#sesi3#day1

Aliran Rasa : Eza Sebagai Bintang Keluarga



Tantangan game level #7 ini semakin seru. Dengan tajuk semua anak adalah bintang, saya banyak sekali dapat pencerahan terkait materi parenting yang sangat penting dan berbobot. Diantaranya materi review game level 7 ini sangat mendalam. Bu Septi memberi judul review nya dengan “Discovering Ability”. Saya sajikan disini resume nya.

Ada 4 ranah yang dilakukan para ibu di kelas bunda sayang untuk melakukan proses pencarian potensi kecerdasan anak, yaitu:

      1.      Ranah Intrapersonal (konsep diri)
      Pada ranah ini, yang harus dikuatkan adalah : IMAN dan AKHLAK

      2.      Ranah Interpersonal (hubungan dengan sesama)
      Pada ranah ini, yang harus dikuatkan adalah : ADAB dan BICARA

      3.      Ranah Change Factor (hubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan perubahan)
      Anak harus sadar dengan peran dirinya dalam peradaban masa kini.

      4.      Ranah Spiritual (hubungan dengan Sang Pencipta-Nya)
      Spritualitas yang sesungguhnya adalah kemampuan setiap jiwa untuk hidup selaras dengan Sang         Pencipta, hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

Saat diskusi review di grup fasilitator, kami disadarkan banyak hal oleh Bu Septi, bahwa tugas menjadi orangtua memang tidak mudah dan penuh tantangan. Para orang tua memang harus belajar dan terus memperbaiki diri agar mudah saat mendidik dan mendampingi anak.

Postingan Favorit