Friday, June 20, 2014

Saat Berharga Anak Kita

Judul Buku                : Saat Berharga Untuk Anak Kita
Penulis                       : Mohammad Fauzil Adhim
Penerbit                      : Pro-U Media, Jogjakarta
TahunTerbit                : 2011
Jumlah Halaman         : 277

Yang menjadi latar belakang penulisan buku ini adalah keresahan sang penulis terhadap kekosongan jiwa anak-anak kita. Waktu orangtua bersama anak-anak sangat pendek, tak terasa waktu balita mereka begitu cepat berlalu, masa remaja pun terlewati, maka sang penulis ingin para orangtua sengaja meluangkan waktu untuk mengisi jiwa anak-anaknya, karena menurut sang penulis, tak akan pernah ada waktu menguatkan JIWA anak-anak kita, kecuali kita SENGAJA meluangkannya.

Buku ini terdiri dari 5 bagian besar yaitu Semuanya Berawal dari Niat, Membangun Jiwa Anak, Titip Rindu buat Anak, Menghukum dengan Kasih Sayang dan Mempersiapkan Masa Depan Anak.




Bagian pertama, mengingatkan kita kembali pentingnya niat mendidik anak, jangan sampai kita mendapatkan kesia-sia an karena kita melakukannya bukan demi kebaikan mereka di akhirat tapi demi memperturutkan kebanggaan kita sendiri. Seringkali para orangtua mendidik anak-anaknya agar mampu membaca pada usia balita, bukan agar mereka lebih mengenal Tuhannya, tapi demi mendatangkan decak kagum tentang betapa hebatnya kita mendidik mereka. Begitu opini penulis buku ini.

Bagian kedua terkait membangun jiwa anak, sang penulis menyoroti fenomena banyak anak muslim yang dibesarkan dengan pendidikan islam, melewati masa kecilnya dengan hafalan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan mengisi masa belianya dengan mengaji di masjid-masjid, tapi saat menginjak remaja, tak ada kebanggaan dalam dirinya untuk berkata bahwa “saya seorang muslim”. Ternyata menurut sang penulis, semua pembelajaran itu sebatas menyentuh otaknya saja, tak sampai jiwanya. Padahal pangkal perubahan adalah pada jiwa. Contoh nasihat yang menyentuh jiwa, disebutkan dalam sebuah hadits, bahwa ketika Ibnu Abbas masih amat kecil, Rasulullah mengajarkan beberapa kalimat yang membekas dalam jiwa. Kata Rasulullah, “Jagalah hak Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Peliharalah hak Allah, niscaya kamu akan mendapatkan-Nya di hadapanmu. Kenalilah Dia saat kau bahagia, niscaya Dia akan mengenalimu di saat kau susah”.

Bagian ketiga, Titip Rindu buat Anak berisi surat-surat penulis untuk buah hatinya yang juga bisa kita tiru berkaitan dengan pesan moralnya. Di akhir bab ini, ada bab yang “menyentil” orangtua yaitu terkait dengan mendurhakai anak. Refleksi untuk para orangtua, seringkali kita berbicara kenakalan anak tapi lupa memeriksa apakah sebagai orangtua, kita tidak melakukan kenakalan yang lebih besar. Ada beberapa cerita menarik pada bab ini yang mengingatkan para orangtua tentang harapan anak-anak. Intinya sang penulis mengingatkan para orangtua agar memiliki kesadaran bahwa anak-anak itu tidak hanya perlu dibesarkan, tapi harus dipertanggungjawabkan ke hadapan Allah.

Bagian keempat membahas tentang Menghukum dengan Kasih Sayang. Menurut penulis, ada 6 hal yang perlu diperhatikan ketika  harus menghukum anak, yaitu pertama, menghukum anak bukan sebagai luapan emosi, apalagi sebagai pelampiasan rasa jengkel karena perilaku mereka yang memusingkan kepala, kedua, menghukum merupakan tindakan mendidik agar anak memiliki sikap yang baik, ketiga, tindakan memberi hukuman kepada anak adalah dalam rangka mengajari anak bahwa setiap perbuatan mempunyai konsekuensi, keempat, hukumlah anak tapi jangan sakiti dia, kelima, tetaplah berpikir jernih saat menghukum anak,  keenam, kasih sayang mendahului kemarahan.

Bagian terakhir terkait dengan mempersiapkan masa depan anak, penulis menutup dengan poin, jangan memenjarakan anak dengan kebebasan, harus memberi ruang untuk mencoba dan harus merangsang kepekaan anak untuk menolong. Saat membahas tentang memenjarakan anak dengan kebebasan, penulis menyatakan bahwa orang tua yang mengijinkan anak-anaknya duduk manis di depan TV lebih dari 4 jam per hari, maka ia sedang menyiapkan generasi yang tak punya inisiatif, tumpul otaknya dan mati gagasannya, meskipun IQ nya tinggi. Dampak ini akan lebih terasa jika yang dipelototi anak, bukan lagi TV tapi video game. Sedangkan untuk melatih kepekaan sosial anak, ada 3 bekal yang perlu diperhatikan, yaitu bekal ilmu, motivasi dan melibatkan anak dalam kegiatan sosial.

Sang Penulis yang bernama lengkap Mohammad Fauzil Adhim ini lahir di Mojokerto, 29 Desember 1972. Ia dikenal sebagai penulis terutama mengenai pernikahan dan parenting sekaligus dai muda yang cukup populer. Ibunya, Aminatuz Zuhriyah, sangat memanjakan dirinya dengan bacaan bergizi. Dia pun sejak kecil amat menyukai buku dan senang berbagi cerita tentang buku yang dibacanya kepada teman sebaya.

Masa remaja dihabiskannya untuk mengasah potensi kreatifnya dalam dunia baca-tulis. Sejak akhir kelas II SMA, ia rajin menulis artikel-artikel tentang pendidikan dan keluarga. Saat itu, ia juga sudah mulai memasukkan nilai-nilai keislaman ke dalam naskah cerpen dan skenario yang ditulisnya -- meskipun tidak verbal. Ia juga ikut bergabung dengan remaja masjid. Kesadaran itu terus berlanjut saat ia kuliah di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Ketika itu ia terus aktif menulis, baik cerpen, reportase, maupun nonfiksi.

Diantara karya-karya nya adalah Kupinang Engkau dengan Hamdalah, Indahnya Pernikahan Dini, Mencapai Pernikahan Barokah, Membuat Anak Gila Membaca, Saat Berharga untuk Anak Kita. Mantan dosen Fakultas Psikologi UII Yogyakarta itu kini hidup sepenuhnya dari menulis. Di samping itu, ia pun mengabdi sebagai guru non akademik di SDIT Hidayatullah Yogyakarta.

Buku ini menarik karena mengingatkan para orangtua tentang hal yang lebih esensi dalam mendidik anak. Saya bersyukur sekali ada yang meminjamkan buku ini sehingga saya bisa belajar banyak dari sang maestro parenting islami ini.

Semoga Bermanfaat


Wassalam
Eva  Novita Ungu
Jumat, 20 Juni 2014 (yang seharusnya untuk Rabu, 18 Juni 2014)
Semoga bisa memberikan saat berharga dan bermakna untuk anak (anak)ku nanti…

1 comment:

  1. Memang anak terlahir dlm keadaan fitrah, orang tualah yg seharusnya memberikan shibghoh berupa diinul haq dg segala konsekuansi yg hrs ditanamkan dengan kuat. Sebuah resensi yg total dan lengkap terhadap buku yg sangat berharga!

    ReplyDelete

Postingan Favorit