Judul Buku : Saat Berharga Untuk Anak Kita
Penulis : Mohammad Fauzil Adhim
Penerbit : Pro-U Media, Jogjakarta
TahunTerbit : 2011
Jumlah Halaman : 277
Yang menjadi latar belakang penulisan buku ini adalah keresahan sang
penulis terhadap kekosongan jiwa anak-anak kita. Waktu orangtua bersama
anak-anak sangat pendek, tak terasa waktu balita mereka begitu cepat
berlalu, masa remaja pun terlewati, maka sang penulis ingin para
orangtua sengaja meluangkan waktu untuk mengisi jiwa anak-anaknya,
karena menurut sang penulis, tak akan pernah ada waktu menguatkan JIWA
anak-anak kita, kecuali kita SENGAJA meluangkannya.
Buku ini terdiri dari 5 bagian besar yaitu Semuanya Berawal dari
Niat, Membangun Jiwa Anak, Titip Rindu buat Anak, Menghukum dengan Kasih
Sayang dan Mempersiapkan Masa Depan Anak.
Bagian pertama, mengingatkan kita kembali pentingnya niat mendidik
anak, jangan sampai kita mendapatkan kesia-sia an karena kita
melakukannya bukan demi kebaikan mereka di akhirat tapi demi
memperturutkan kebanggaan kita sendiri. Seringkali para orangtua
mendidik anak-anaknya agar mampu membaca pada usia balita, bukan agar
mereka lebih mengenal Tuhannya, tapi demi mendatangkan decak kagum
tentang betapa hebatnya kita mendidik mereka. Begitu opini penulis buku
ini.
Bagian kedua terkait membangun jiwa anak, sang penulis menyoroti
fenomena banyak anak muslim yang dibesarkan dengan pendidikan islam,
melewati masa kecilnya dengan hafalan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan
mengisi masa belianya dengan mengaji di masjid-masjid, tapi saat
menginjak remaja, tak ada kebanggaan dalam dirinya untuk berkata bahwa
“saya seorang muslim”. Ternyata menurut sang penulis, semua pembelajaran
itu sebatas menyentuh otaknya saja, tak sampai jiwanya. Padahal pangkal
perubahan adalah pada jiwa. Contoh nasihat yang menyentuh jiwa,
disebutkan dalam sebuah hadits, bahwa ketika Ibnu Abbas masih amat
kecil, Rasulullah mengajarkan beberapa kalimat yang membekas dalam jiwa.
Kata Rasulullah, “Jagalah hak Allah, niscaya Dia akan menjagamu.
Peliharalah hak Allah, niscaya kamu akan mendapatkan-Nya di hadapanmu.
Kenalilah Dia saat kau bahagia, niscaya Dia akan mengenalimu di saat kau
susah”.
Bagian ketiga, Titip Rindu buat Anak berisi surat-surat penulis untuk
buah hatinya yang juga bisa kita tiru berkaitan dengan pesan moralnya.
Di akhir bab ini, ada bab yang “menyentil” orangtua yaitu terkait dengan
mendurhakai anak. Refleksi untuk para orangtua, seringkali kita
berbicara kenakalan anak tapi lupa memeriksa apakah sebagai orangtua,
kita tidak melakukan kenakalan yang lebih besar. Ada beberapa cerita
menarik pada bab ini yang mengingatkan para orangtua tentang harapan
anak-anak. Intinya sang penulis mengingatkan para orangtua agar memiliki
kesadaran bahwa anak-anak itu tidak hanya perlu dibesarkan, tapi harus
dipertanggungjawabkan ke hadapan Allah.
Bagian keempat membahas tentang Menghukum dengan Kasih Sayang.
Menurut penulis, ada 6 hal yang perlu diperhatikan ketika harus
menghukum anak, yaitu pertama, menghukum anak bukan sebagai
luapan emosi, apalagi sebagai pelampiasan rasa jengkel karena perilaku
mereka yang memusingkan kepala, kedua, menghukum merupakan tindakan mendidik agar anak memiliki sikap yang baik, ketiga, tindakan memberi hukuman kepada anak adalah dalam rangka mengajari anak bahwa setiap perbuatan mempunyai konsekuensi, keempat, hukumlah anak tapi jangan sakiti dia, kelima, tetaplah berpikir jernih saat menghukum anak, keenam, kasih sayang mendahului kemarahan.
Bagian terakhir terkait dengan mempersiapkan masa depan anak, penulis
menutup dengan poin, jangan memenjarakan anak dengan kebebasan, harus
memberi ruang untuk mencoba dan harus merangsang kepekaan anak untuk
menolong. Saat membahas tentang memenjarakan anak dengan kebebasan,
penulis menyatakan bahwa orang tua yang mengijinkan anak-anaknya duduk
manis di depan TV lebih dari 4 jam per hari, maka ia sedang menyiapkan
generasi yang tak punya inisiatif, tumpul otaknya dan mati gagasannya,
meskipun IQ nya tinggi. Dampak ini akan lebih terasa jika yang
dipelototi anak, bukan lagi TV tapi video game. Sedangkan untuk melatih
kepekaan sosial anak, ada 3 bekal yang perlu diperhatikan, yaitu bekal
ilmu, motivasi dan melibatkan anak dalam kegiatan sosial.
Sang Penulis yang bernama lengkap Mohammad Fauzil Adhim ini lahir di
Mojokerto, 29 Desember 1972. Ia dikenal sebagai penulis terutama
mengenai pernikahan dan parenting sekaligus dai muda yang cukup populer.
Ibunya, Aminatuz Zuhriyah, sangat memanjakan dirinya dengan bacaan
bergizi. Dia pun sejak kecil amat menyukai buku dan senang berbagi
cerita tentang buku yang dibacanya kepada teman sebaya.
Masa remaja dihabiskannya untuk mengasah potensi kreatifnya dalam
dunia baca-tulis. Sejak akhir kelas II SMA, ia rajin menulis
artikel-artikel tentang pendidikan dan keluarga. Saat itu, ia juga sudah
mulai memasukkan nilai-nilai keislaman ke dalam naskah cerpen dan
skenario yang ditulisnya -- meskipun tidak verbal. Ia juga ikut
bergabung dengan remaja masjid. Kesadaran itu terus berlanjut saat ia
kuliah di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Ketika itu ia terus aktif menulis, baik cerpen, reportase, maupun
nonfiksi.
Diantara karya-karya nya adalah Kupinang Engkau dengan Hamdalah,
Indahnya Pernikahan Dini, Mencapai Pernikahan Barokah, Membuat Anak Gila
Membaca, Saat Berharga untuk Anak Kita. Mantan dosen Fakultas
Psikologi UII Yogyakarta itu kini hidup sepenuhnya dari menulis. Di
samping itu, ia pun mengabdi sebagai guru non akademik di SDIT
Hidayatullah Yogyakarta.
Buku ini menarik karena mengingatkan para orangtua tentang hal yang
lebih esensi dalam mendidik anak. Saya bersyukur sekali ada yang
meminjamkan buku ini sehingga saya bisa belajar banyak dari sang maestro
parenting islami ini.
Semoga Bermanfaat
Wassalam
Eva Novita Ungu
Jumat, 20 Juni 2014 (yang seharusnya untuk Rabu, 18 Juni 2014)
Semoga bisa memberikan saat berharga dan bermakna untuk anak (anak)ku nanti…
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Postingan Favorit
-
Jika kita membaca al-Qur'an secara teliti, ada beberapa kata yang digunakan untuk menjelaskan suatu makna. Tentang penciptaan misalny...
-
Secara garis besar, kalam insya’i terbagi menjadi dua yaitu thalabi dan ghair thalabi . Definisi Insya Thalabi adalah yang kalimat ...
-
Nama Allah al-'Afuww,al-Ghafur dan al-Ghaffar jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, artinya sama yaitu Maha Pengampun. Tapi se...
Memang anak terlahir dlm keadaan fitrah, orang tualah yg seharusnya memberikan shibghoh berupa diinul haq dg segala konsekuansi yg hrs ditanamkan dengan kuat. Sebuah resensi yg total dan lengkap terhadap buku yg sangat berharga!
ReplyDelete