Tuesday, March 29, 2016

Konflik Suami Isteri : Saat Teman Pinjam Mobil




 

Pernikahan yang baik bukanlah pernikahan tanpa konflik. Justru adanya konflik akan membuat sepasang suami isteri belajar cara memenej konflik, belajar memahami karakteristik pasangan lebih mendalam, belajar menyelesaikan masalah dengan sebijak mungkin dan menjadikan sebuah pernikahan lebih berwarna.

Suatu hari, sepasang suami isteri dikaruniai rejeki dengan kemampuan membeli sebuah mobil. Mereka ingin kehidupannya bersama anak anak mereka lebih nyaman dengan adanya mobil. Mobilitas untuk bersilaturahmi dan sebagai kewaspadaan jika terjadi peristiwa yang tak diinginkan seperti sakit dan musibah lain, menjadi alasan kuat yang tak terhindarkan bagi mereka dalam mempertimbangkan untuk membeli mobil.

Dan ternyata, seiring berjalannya waktu, adanya mobil tersebut bermanfaat sekali bagi kehidupan pernikahan mereka yang baru diikaruniai seorang anak ini. Ajang silaturahmi melalui mudik dan liburan, menjadi agenda rutin yang selalu dinanti nanti. Membengkaknya anggaran tentu saja tak terhindarkan, namun dengan niat sedekah dan berbagi, pasangan suami isteri pun tetap bertahan dengan agenda rutin mudik tahunan dan liburan ini.


Hingga, ujian itu datang menerpa keluarga mungil ini. Saat teman sang suami ingin meminjam mobil. Awalnya sang istri keberatan. Bukan karena pelit tak ingin meminjamkan atau menyewanamun adanya acara yang tak terprediksi, atau musibah yang seringkali datang tanpa diundang, menjadi argumentasi yang coba diajukan sang istri kepada suaminya. Namun suaminya mengungkapkan pertimbangan lain yang dapat meyakinkan istrinya bahwa sd                                                                  emuanya akan baik baik saja. Akhirnya sang istri pun luluh, jadilah mobil tersebut dipinjamkan kepada temannya.
Dengan perjanjian akan meminjam dan menyewa selama 3 hari, sang peminjam pun mengambil mobilnya. Tanpa diduga sebelumnya, musibah pun datang. Keluarga suaminya sakit dan kemudian meninggal, namun apa daya, taziah pun terlewatkan gara gara tak ada kendaraan. Bagaimanapun, karena ini adalah kesepakatan sepasang suami isteri, maka resiko dari apa yang telah disepakati, harus ditanggung bersama pula.

Ternyata janji sang peminjam pun molor satu hari. Telat mengembalikan dan kondisi mobil sangat kotor, menjadi awal perdebatan sepasang suami isteri ini. Ditambah pula dengan tarif peminjaman yang tak jelas, membuat sang suami malas berurusan lebih lanjut dengan sang peminjam. Urusan dengan peminjam mobil (dianggap) selesai, ternyata tak berbanding lurus dengan urusan sepasang suami isteri ini. Sang isteri pun ngambek, diam saja tak mau berkata atau ngobrol dengan sang suami walau suaminya sudah berusaha mendinginkan suasana.

Setelah beberapa hari, suaminya dengan tekun mencoba menyelesaikan episode marahan ini. Dengan diajak ngobbrol, luluh lah hati sang isteri. Mulailah mereka belajar cara berkomunikasi dengan pasangan, saling mengkomunikasikan apa yang dirasakan agar tak salah faham, hingga cara menyelesaikan konflik pun menjadi sebuah pembelajaran positif dari apa yang sudah dialami sepasang suami istri. Tak pernah ada yang kebetulan dan tak ada yang sia sia dari perjalanan yang sudah dialami siapapun. Selalu ada hikmah dalam setiap peristiwa yang dilami, tinggal kepekaan seseorang lah yang menentukan mau atau tidak untuk menerima dan mempelajari hikmahnya, walau kadang terasa menyakitkan.

No comments:

Post a Comment

Postingan Favorit