Friday, March 31, 2017

Melibatkan Anak dalam Proyek Keluarga (Bagian Pertama)



Setelah sebelumnya keterlibatan si papa yang romantis, kali ini saya ingin menceritakan bagaimana serunya melibatkan anak dalam proyek keluarga. Sejak jauh-jauh hari sebelum proyek keluarga ini dieksekusi, Eza yang berusia 3 tahun sudah diberitahu bahwa nanti keluarga kami akan beberes buku dan berbagi pakaian. Tentu tak menggunakan bahasa “proyek”, karena ini hanya akan membuat pusing si anak hihi.

Saat melaksanakan proyek berbagi pakaian, Eza semangat sekali membantu, mulai dari mengeluarkan pakaian dari lemari, sampai memilih pakaian yang mau diberikan. Eza sering ditanya, baju ini kecil atau masih muat. Dan dia benar menjawab, saat pakaian yang sudah kecil, dia bilang ga muat. Saat ditunjukkan pakaian yang besar, dia pun bilang masih muat. Setelah itu Eza memasukkan pakaian yang akan disumbangkan, ke dalam plastik, juga semangat.

Saat proyek kedua dieksekusi pada hali libur nyepi, Eza juga semangat membantu mengeluarkan buku dari rak, setelah menyimpannya di lantai, Eza meminta lagi buku untuk diangkut. Kadang dia simpen diatas kepalanya, seperti jualan kue. Penampakannya seperti dalam foto ini...



Setelah buku dikeluarkan dari lemari, memang resikonya jadi lebih berantakan karena dia menyimpannya dengan melempar dan sembarang menyimpan. Awalnya kalau hanya mengeluarkan dari lemari, rencananya saat dikeluarkan tetap disusun, tidak disimpan dengan sembarang. Tapi rencana tinggal rencana, jika ingin melibatkan anak dalam proyek keluarga, memang harus siap segalanya terjadi tak sesuai rencana. Yang penting anak merasa dipercaya dan terlibat, itu sudah membuat kepercayaan dirinya tumbuh. 

Thursday, March 30, 2017

Proyek Keluarga yang Romantis



Setelah beberapa buku dikeluarkan dari lemari buku, dan si papa serius menata buku yang berbahasa Arab, pergantian peran pun dimulai. Buku-buku selain yang berbahasa arab, tugas si bunda lah yang menyusun dan merapikan. Ada beberapa kategori yang dibuat diantaranya adalah kategori pemikiran islam, novel, parenting, dan sisanya buku campuran yang disusun berdasarkan tebal dan tinggi bukunya.

Dulu, saya punya mimpi membuka perpustakaan mini untuk masyarakat sekitar. Tapi setelah tau saya ternyata tinggal di rumah dinas, dan sebagian besar tetangganya memiliki perpustakaan mini di rumahnya masing-masing, karena memang orang tuanya berpendidikan, maka niat itu pun saya urungkan.

Tadinya buku buku keluarga kami, hanya disusun untuk satu lemari buku. Sebagai konsekuensinya, jika ada buku lebih maka itu harus dikeluarkan. Akhirnya beberapa bulan lalu, sebagian buku sudah disumbangkan pada pesantren yang membutuhkan. Tapi sekarang si papa sepertinya sedang semangat dengan perpustakaan keluarga kami. Ia pisahkan buku-buku yang berkaitan dengan pekerjaan dan kuliahnya seputar pendidikan bahasa Arab, disimpan di lemari yang berbeda di belakang. Supaya saat ia membutuhkan, dengan mudah bisa dicari.

Wednesday, March 29, 2017

Proyek Keluarga : Pembagian Peran Anggota Keluarga



Setelah sebelumnya proyek kedua ini berjalan secara mendadak dan spontan, ceritanya disini, saya dan suami pun berbagi tugas. Saya yang mengeluarkan buku dari lemari, suami yang mengelompokkan buku berdasarkan kategorinya, apalagi sesama pecinta bahasa arab, banyak kitab berbahasa arab yang belum dibaca. Hiks hiks suka dukanya beberes buku itu seru lho. Sukanya saat menemukan buku baru, wuah senengnya, tapi sedihnya ternyata banyak sekali buku buku bagus yang belum dibaca. Semoga suatu saat bisa menjadwalkan membaca buku.

Setelah semua buku dikeluarkan, dan Eza sangat semangat membantu menurunkan buku, pembagian peran dilakukan lagi. Si papa memasukkan buku yang kategori Arab dulu ke lemari, secara dia yang lebih faham tentang buku-buku berbahasa Arab. Saya memilih membereskan buku yang setelah dibantu Eza, bukannya malah rapi tapi makin berantakan. Ya sudahlah yang penting dia semangat berinteraksi dengan buku.

Tuesday, March 28, 2017

Proyek Keluarga 2 : Perpustakaan Mungil Keluarga



Setelah sebelumnya proyek keluarga kami berupa berbagi pakaian di hari 1, hari 2, hari 3 dan hari 4, hari kelima ini akan berganti dulu proyeknya dengan proyek perpustakaan mungil keluarga. Nanti di hari ke-9 dan ke-10, akan kembali ke proyek berbagi pakaian karena hari pelaksanaan bakti sosial oleh anak OSIS akan dilaksanakan di akhir minggu ini.

Awalnya hari ini, hari libur nyepi kami rencanakan akan berlibur bersama keluarga kakak kakak saya, tapi sepertinya gagal total karena masing masing sudah memiliki agenda liburan yang sudah direncanakan sebelumnya. Jadi kami memutuskan pulang di pagi hari setelah semalam menginap di rumah kakak saya di daerah Batu Ceper Tangerang.

Kami berpamitan pulang menuju Serpong pada pukul 8 pagi, trus si papa dan Eza mencuci mobil, si bunda membereskan barang-barang setelah menginap. Tiba-tiba si papa mengajak kami mengerjakan proyek perpustakaan mungil kami menjelang pukul 10 pagi. Jarang-jarang nih si papa moodnya bagus dan punya inisiatif mengajak kami mengerjakan proyek keluarga kami yang kedua. Si bunda pun tak menyia nyiakan kesempatan ini.

Monday, March 27, 2017

Proyek Keluarga : Berbagi Pakaian Bunda




Setelah sebelumnya proyek keluarga dengan berbagi pakaian Eza, tulisannya disini, dan berbagi pakaian Papa, bisa dibaca disini, sekarang saatnya menyortir pakaian si Bunda. Dan setelah dikeluarkan ternyata pakaian Bunda memecah rekor dengan tumpukan paling banyak, ga nyadar juga kalau baju si bunda ternyata buanyak banget. Dan kali ini si papa ikut menyortir pakaian bunda untuk disumbangkan.

Jauh-jauh hari si papa sudah ngingetin, kalau dia ga suka dengan beberapa pakaian yang dipakai Bunda, tapi masih saja dipakai sama si Bunda karena Bunda suka. Kali ini si papa benar-benar tak ada ampun lagi, pakaian yang masih bagus, walaupun si bunda suka tapi kalau di ga suka, dia langsung pisahkan untuk disumbangkan. Si bunda cuma minta dispensasi beberapa baju yang berwarna ungu, celana panjang hitam untuk daleman, sisanya direlakan untuk disumbangkan, walaupun masih seneng banget pakenya.

Rasanya sedih banget berpisah dengan beberapa pakaian favorit yang masih sering dipakai seperti daster, bergo yang masih bagus, gamis bahan kaos yang masih nyaman buat bersantai ria dan beberapa pakaian lainnya, tapi demi suami tercinta, belajar ah untuk menyukai apa yang suami suka dan membenci apa yang tidak suami suka. Bukan berarti kalah, disini tidak ada siapa yang menang siapa yang kalah, tapi berusaha menghayati peran istri bahwa sebagai istri harus mengenakan pakaian yang disukai suami. Karena disitulah nilai ibadahnya dan fungsi pernikahan adalah meredam ego-ego pribadi. Bukankah intinya pernikahan bukanlah memajukan ego masing masing sebagai pribadi, tapi mensinergikan dua pribadi agar sama-sama bahagia.

Sunday, March 26, 2017

Proyek Keluarga : Berbagi Pakaian Papa



Setelah tulisan sebelumnya berhasil menyortir pakaian Eza, kali ini giliran menyortir pakaian Papa. Sebenarnya ada kejadian yang tidak terprediksi, si papa nawarin beres beres rumah bagian belakang, padahal si mba ART lagi mudik karena sepupunya menikah. Si bunda pun galau. Dari jam 8.30 pagi si papa dah mulai bongkar barang di lemari belakang, padahal dari kemarin si bunda ngejadwalin hari ini nyortir pakaian si papa. Tapi oke lah, akhirnya dibantu Eza, kami pun bongkar bagian belakang rumah. Abis itu si papa beberes kamar belakang, bongkar lemari, si bunda beberes rak piring. Untungnya Eza setelah itu juga main bareng teman-temannya jadi bisa lebih leluasa beberes.

Penyakitnya beberes, kalau satu bagian pengen diberesin pasti meluas ke bagian lain. Lemari di kamar depan, lemari di mushola dan akhirnya semua bagian lah tuh dibongkar. Untungnya sempat juga nyortir baju si papa. Mumpung si papa lagi mau beberes, biasanya nyari mood bareng yang semua mau tuh lumayan menantang, tapi hari ini tampaknya kita pada pengen di rumah aja. Sudah mah piket, yang pasti jalanan macet, dan akhir bulan pula haha jadi berada dalam rumah seharian adalah pilihan tepat untuk saat ini.

Saat nyortir baju si papa, sempat juga tuh pas si papa memisahkan bagian baju yang masih bagus tapi dimasukkan ke bagian yang untuk disumbangkan, si bunda agak protes,
“Papa, itu kan masih bagus, masih bisa dipake,”
“Bunda, ngasih itu harus yang bagus, kan nanti kita beli lagi,” balas si papa.

Iya juga sih, biasanya saya dulu berfikir nyortir baju itu, yang dipisahin adalah baju yang udah lusuh, kekecilan, udah jarang dipake, intinya memisahkan baju yang “jelek” dengan yang bagus. Tampaknya kali ini harus diubah mind set nya, menyumbang sesuatu itu harus yang terbaik, kalau perlu yang bagus bagus saja, bukan barang sisa yang tak terpakai lagi.

Saturday, March 25, 2017

Proyek Keluarga : Berbagi Pakaian Eza


Hari pertama proyek sosial pertama adalah menyortir pakaian Eza. Sebenarnya Eza agak kurang fit tapi anak kecil dimana mana sama, senangnya main, jadi walopun sakit tetap saja mainnya aktif. Dari pagi sampai siang si bunda kerja, Eza sama papanya. Siangnya kecapean, pada bobo siang dulu. Baru setelah ashar lah proyek nya dilaksanakan.

Dari kemarin, saya sudah sounding ke Eza kalau kita akan berbagi pakaian, entah dia mengerti atau tidak, saya bilang bahwa baju dia yang kecil, akan kita pisahkan dari lemari. Dia sih iya iya saja. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengeluarkan baju Eza dari lemari, dan jadilah terkumpul seperti ini:


Setelah itu kita pisahkan baju Eza yang udah kecil, kadang saya tanya Eza, “Mas ini masih muat ga?” tapi ternyata dia cerdas, kalau emang masih muat, dia bilang iya. Kalau sudah kekecilan, dia bilang kecil. Dan inilah baju Eza yang masih bisa dipakai setelah dipisahkan baju yang kecilnya

Friday, March 24, 2017

Kuliner di Bali : Mahalnya Anugerah Makanan Halal



Setelah menyelesaikan tugas mengawas tes seleksi siswa baru di Kanwil Provinsi Bali, saya bersama dua teman lainnya ditraktir Bapa Haji Hud, Kepala Seksi Madrasah Aliyah Kementerian Agama Provinsi Bali untuk menikmati kuliner halal khas Bali. Dan pilihannya jatuh pada Ayam Betutu Bu Agung Ulan. Warung sederhana yang berlokasi di Jalan Tukad Pakerisan no 99 L Denpasar Bali, tepat di depan STIKES Bali ini, konon pemiliknya adalah seorang mualaf.

Makanan halal menjadi kekhawatiran banyak umat Islam saat akan wisata ke Bali. Apalagi setelah saya mendapat cerita dari kedua murid saya yang sedang menjadi mahasiswa kedokteran di Universitas Udayana, bahwa babi sudah menjadi santapan biasa kalangan mahasiswa non muslim disana. Budaya meminum wine juga ternyata menjadi trend tersendiri di kalangan mahasiswa terutama jika ada pesta perayaan ulang tahun atau hari besar lainnya. Menyeramkan juga ya, tapi karena umat Islam yang berdomisili di Bali ini tak sedikit, maka sudah banyak pula para pengusaha muslim yang melirik wisata kuliner halal di Bali, salah satunya adalah Bu Agung Ulan ini.


Merencanakan Proyek Keluarga



Setelah mengikuti materi kuliah bunda sayang yang pertama dan kedua, tiba saatnya menuju materi sesi 3 yang lebih menantang yaitu meningkatkan kecerdasan anak. Dan tantangan game dalam level ini adalah membuat proyek keluarga. Awalnya tak pede saat membaca kisah bunda-bunda lain dengan proyeknya yang kece kece, tapi akhirnya menghibur diri sendiri bahwa setiap keluarga memiliki ceritanya sendiri-sendiri jadi saya pun mendiskusikan renccana proyek keluarga ini bersama suami.

Ada dua rencana proyek yang saya tawarkan pada suami yaitu Proyek Merapikan Perpustakaan Al Zayyan (nama gabungan keluarga kami) dan Proyek Sosial lewat Berbagi Baju.

Proyek 1 : Proyek Sosial Melalui Berbagi Pakaian
Latar belakang : kondisi lemari pakaian saya, papa dan Eza yang sudah tak beraturan, susah menyimpan baju saking banyaknya baju yang menumpuk di lemari. Mumpung ada kegiatan sosial sekolah yang diinisiasi para siswa lewat kegiatan I Care yang akan dilakukan minggu depan, maka pilihan menyortir pakaian untuk disumbangkan adalah prioritas utama agar lemari pakaian ini kembali rapi dan tak sesak lagi.

Puja Mandala : Bukti Kerukunan Antar Umat Beragama di Bali


Setelah puas menikmati beberapa tempat wisata di bali seperti Pantai Pandawa dan Uluwatu, waktu menunjukkan saatnya shalat dhuhur. Kedua murid ku pun langsung mengajak shalat dhuhur di Kompleks Puja Mandala, Nusa Dua. Betapa girangnya saya saat diajak ke tempat ini karena sebenarnya saat menuju kawasan Uluwatu, kami sempat melewati kompleks ini dan kedua muridku pun bercerita bahwa Raja Salman mengunjungi masjid ini saat berkunjung ke Bali beberapa minggu yang lalu. Awalnya saya kecewa pas diceritakan muridku dan hanya melewati kawasan ini, ternyata mereka punya rencana lain yaitu akan menghabiskan waktu dhuhur dengan singgah di kompleks ini.

Puja Mandala merupakan kompleks berdirinya 5 tempat ibadah dari 5 agama di Bali. Sebagai destinasi wisata para turis lokal maupun manca negara, membangun 5 tempat ibadah di Bali tentu sangat tepat diwujudkan untuk memfasilitasi kebutuhan beribadah para penganutnya. Maka berdirinya 5 tempat ibadah yaitu masjid, 2 gereja, pura dan vihara ini menjadi poin plus tersendiri bagi pariwisata Bali karena menjadi bukti adanya kerukunan umat beragama di Bali. Maka bukan menjadi sesuatu yang mengherankan lagi bila disana akan terdengar kumandang adzan disertai bunyi lonceng gereja dan kidung Hindu.

Pura Uluwatu yang Bersejarah




Setelah menikmati pesona pantai Pandawa Bali, saya diajak untuk menikmati keindahan Uluwatu yang memiliki nilai sejarah tinggi. Saat kami tiba disana dan membayar tiket seharga 20.000 per orang, kami diharuskan memakai selendang saat memasuki kawasan wisata ini. Pura ini terletak di desa Pecatu, kecamatan Kuta, Kabupaten Badung dan  berdiri megah di ketinggian sekitar 97 meter di atas permukaan laut. Inilah alasannya diberi nama Uluwatu yaitu Ulu berarti kepala dan watu artinya batu.

Pura uluwatu merupakan salah satu pura tertua di Bali dan menyimpan banyak keindahan pemandangan alam yang mempesona. Lautan yang terhampar luas di sepanjang kawasan Uluwatu ini, sukses membuat saya jatuh hati pada tempat ini. Rasanya seperti berada di luar negeri, ternyata Indonesia sungguh sangat kaya dan potensi alamnya luar biasa. Siapapun yang melihat ini, akan kagum pada kekuasaan Allah yang terhampar melalui pemandangan indah di Uluwatu ini.

Setiap sore, di tempat ini setiap wisatawan bisa menikmati tarian Pecak yang sakral dan atraktif yang dibawakan oleh 70 penari laki-laki bertelanjang dada dengan latar belakang sunset yang indah. Sayang saat saya kesana, waktu menunjukkan pukul 11 pagi sehingga tak bisa menyaksikan tarian khas budaya Bali ini. Tapi saya sangat puas dengan menikmati indahnya laut yang melatar belakangi Uluwatu ini.

Thursday, March 23, 2017

Menikmati Pesona Pantai Pandawa Bali



Setelah menyelesaikan tugas dinas di Bali pada hari Sabtu tanggal 18 Maret 2017, saya berkesempatan menikmati wisata Bali di hari Minggu tanggal 19 Maret 2017. Ternyata murid saya yang sekarang sudah menjadi mahasiswa kedokteran di Universitas Udayana, sudah menyiapkan mobil untuk jalan-jalan. Dengan meminjam mobil temannya, Wardah menggandeng Fuad sang supir sekaligus guide wisata kali ini, dan mereka berdua sukses membuat saya terpesona dengan keindahan tempat wisata di Bali. Kami bertiga sangat menikmati petualangan kami di Bali, sambil menunggu tiket kepulangan saya yang direncanakan pada pukul 18.15.

Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Pantai Pandawa. Kami berangkat dari hotel Grand Shanti pukul 07.30, saya sekaligus check out karena akan langsung diantar ke bandara. Dengan jarak tempuh sekitar 27 km, kami bertiga menyusuri tol mandara menuju pantai pandawa. Tol mandara ini unik karena merupakan satu-satunya tol di Indonesia diatas laut dan memiliki jalur sepeda motor nya. Tol yang menghubungkan 3 area yaitu Pelabuhan Benoa, bandara Ngurah Rai dan Nusa Dua ini, dibangun dalam waktu singkat yaitu 14 bulan saja, dimulai bulan Maret 2012 dan berakhir pada bulan Mei tahun 2013.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam, akhirnya kami tiba juga di Pantai Pandawa yang dulunya dikenal dengan nama Secret Beach (Pantai Rahasia). Hal ini karena lokasinya yang sangat tersembunyi yaitu ada di belakang tebing tingggi. Pantai yang berlokasi di Bali Selatan, tepatnya di Desa Kutuh, Kecamatan Kutu Selatan, Kabupaten Badung ini awalnya bernama Pantai Melasti. Dahulu, di pantai Pandawa ini sering diadakan upacara Melasti yang merupakan bagian dari perayaan Hari Raya Nyepi bagi umat Hindu. Penganut agama Hindu akan bersembahyang di tepi pantai dengan tujuan untuk mensucikan diri dari perbuatan buruk di masa lalu.

Bali, Ketika Islam Menjadi Minoritas


Pada hari Jumat-Ahad, tanggal 17-19 Maret 2017, saya ditugaskan dinas ke Bali untuk seleksi siswa baru di sekolah tempat saya bekerja. Bersama teman saya yang ditugaskan ke Yogyakarta, saya naik taxi ke bandara dari rumah pukul 04.30. Ternyata jalanan sangat lancar, kami tiba di bandara pukul 05.30. Saya sangat menikmati sekali perjalanan dinas kali ini. Setelah menikah sampai Eza lahir hingga usia 3 tahun, rasanya baru kali ini saya menginjakkan kaki di bandara lagi. Agak-agak kaget dengan suasana bandara, masih bingung dengan terminal mana kami harus berhenti. Setelah tanya tanya, akhirnya nyampe juga di gate, langsung deh sholat subuh.

Pesawat berangkat pukul 07.30 WIB, nyampe di Bali pukul 10.30 WITA. Karena bingung alamat kantor kanwil dan panitia daerah masih rapat, akhirnya saya makan dulu. Pilihan menu jatuh pada gado-gado dan kopi Bali. Pengen nyoba aroma kopi Bali seperti apa. Ternyata biasa saja hehe. Setelah itu, saya menuju lokasi tes dengan menggunakan ojeg dengan mengeluarkan 70.000 rupiah saja. Ini karena saat ditawarkan taxi, saya kaget juga dengan harganya, sekitar 200.000. Akhirnya saya memilih menggunakan ojeg, alhamdulillah jalanan lancar dan sampai di lokasi pukul 12 siang.
Setelah bertemu pihak panitia, dan menyiapkan perangkat tes untuk besok, saya pun check ini di Hotel Grand Shanti. Saya akan bermalam disini selama 2 malam, dengan tarif 500.000 per malam. 

Tak lama kemudian, salah satu alumni IC pun datang. Mahasiswi fakultas kedokteran ini asli Solo tapi memilih kuliah di Bali setelah beberapa tahun lalu, menyaksikan ibunya sakit. Sore itu kami habiskan berjam jam untuk saling cerita dan sharing berbagai hal.

Friday, March 17, 2017

Resensi Buku : Koperasipreneur


Judul Buku           : Koperasipreneur: Jurus Jadi Pengusaha Kaya Anti Bangkrut
Penulis                  : Larto
Penerbit                 : Nagamedia
Tahun Terbit          : 2012
Jumlah Halaman    : 245

Buku ini saya dapatkan sebagai hadiah doorprize saat mengikuti kuis di Training Fiqh Muamalah 2017 di hotel Amaris Jakarta, tanggal 15-16 Maret kemarin. Tak terasa buku ini saya lahap habis saat duduk di ruang tunggu Bandara Soekarno Hatta sebelum bertolak untuk dinas kerja di Bali.

Buku ini terdiri dari 7 bab yaitu
Bab I               : Enterpreneur Menuju Koperasipreneur
Bab II              : Menyusun Impian Koperasipreneur
Bab III                        : Pelembagaan Bisnis Koperasipreneur
Bab IV                        : Ide dan Rencana Bisnis Koperasipreneur
Bab V              : Gerakan Selamatkan Indonesia
Bab VI                        : Memulai Usaha
Bab VII           : Koperasipreneur dan Kunci Sukses

Pada bab pertama, dibahas perbedaan antara enterpreneur dan koperasipreneur, dimana enterpreneur adalah pengusaha yang memiliki karakter khusus dalam menangkap peluang bisnis di sekitarnya. Sedangkan koperasipreneur adalah orang yang bersama sama membangun usaha yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan, menolong diri sendiri dan peduli terhadap orang lain, juga dikontrol bersama-sama untuk kepentingan pendirinya. Seorang koperasipreneur harus memiliki sikap mental disiplin, memiliki visi dan misi jelas, memiliki kepercayaan diri kuat, berorientasi hasil, berani mengambil resiko yang terukur, memiliki mindset positif, mengupayakan originalitas dan memiliki nilai spiritualitas.

Thursday, March 16, 2017

Menginap di Hotel Syariah Sofyan Inn Tebet Jakarta



Pada hari Rabu tanggal 15 Maret 2017, saya berkesempatan menginap di hotel Syariah Inn Tebet Jakarta. Saya sengaja memilih tempat ini saat mengikuti pelatihan fiqh muamalah yang bertempat di hotel Amaris Jakarta. Mengapa tak memilih menginap di hotel Amaris, yang memang merupakan lokasi pelatihan? Karena saya ingin mencoba merasakan aroma hotel syariah.


Untuk menuju hotel Sofyan Inn, saya hanya berjalan kaki sekitar 400 m dari lokasi pelatihan. Sebelum tiba di hotel, ada pedagang bakwan malang dan saya pun tergoda dengan aromanya. Saya tiba di hotel pukul 6 malam,berbarengan dengan adzan magrib berkumandang. Untuk memesan kamar di hotel ini, saya sudah booking online sebelumnya, maka saat tiba di hotel, saya hanya menyerahkan bukti dan kode booking nya saja. Alhamdulillah langsung diberi nomor kamar 124, tak jauh dari tempat resepsionis hotel.


Setibanya di kamar, saya bingung cara makan bakso ini, saya pun menelpon coffee shop nya. Karena malu jika hanya meminjam piring dan sendok, saya pun memesan jus wortel. Ternyata harganya 27.000, padahal harga bakso nya hanya 11.000 saja. Saya pun senyum senyum sendiri. Tak lama kemudian, pesanan datang dan saya pun langsung menyantap bakso malang yang masih hangat ini.
Hotel bintang 3 yang berlokasi di Jalan Dr. Soepomo no 23 Jakarta Selatan ini, berdiri pada tahun 2013 dengan 2 lantai dan memiliki 101 kamar. Fasilitas hotelnya cukup oke, seperti wifi gratis, tempat makan yang beragam seperti Rasamala Coffee Shop yang menyajikan hidangan khas Indonesia, Oriental dan European Specialities serta fasilitas lain seperti laundry, Al-Qur’an, penyewaan mobil, mushola, ruang pertemuan dan lain-lain.


Dari sisi fasilitas kamar, yang berbeda hanyalah Al-Qur’an. Dan syarat administrasi, jika yang menginap adalah laki-laki dan perempuan, maka harus memperlihatkan akta menikah. Berbeda dengan hotel kebanyakan yang membebaskan siapapun yang ingin menggunakan hotelnya tanpa harus melampirkan akta menikah. Itu saja perbedaannya. Yang lainnya tak jauh berbeda fasilitasnya.
Pelayanannya cukup oke dan ramah. Menu sarapan paginya juga enak dan memuaskan. Tak menyesal saya memilih hotel syariah ini walau hanya sebentar. Check in pada pukul  6 malam dan check out pada pukul 8 pagi, sebenarnya kurang lama untuk menikmati layanan kamar dengan tarif 380.000 rupiah. Tapi karena memang kegiatan pelatihannya dua hari dari pagi hingga sore, kesempatan saya istirahat hanya di malam hari. Maka saya bersyukur masih bisa istirahat dan menikmati layanan hotel syariah, yang sejak dulu sudah saya impikan. Pengen tau aja gimana rasanya hotel syariah dibanding hotel biasa. Ternyata lebih tenang dan menentramkan.

Semoga Bermanfaat

Kamis, 160317.09.40

#odopfor99days#part2#day39

Training Fiqh Muamalah 2017



Pada hari Rabu dan Kamis 2017, saya mewakili koperasi mengikuti Training Fiqh Muamalah 2017 yang digagas oleh PPMKI (Pusat Pendidikan Manajer Koperasi Indonesia) yang bertempat di Hotel Amaris Tebet jakarta. Biaya trainingnya adalah 1.500.000 minus penginapan. Untuk penginapan, saya ingin mencoba menginap di Hotel Syariah, maka sejak seminggu yang lalu, saya sudah hunting hotel syariah yang dekat dengan lokasi pelatihan. Testimoninya disini.

Berangkat dari Serpong pukul 06.30 dengan menggunakan kereta KRL, ternyata padat sekali kereta pada jam jam sibuk begini. Saya nyaris didorong-dorong di dalam kereta saking penuhnya kereta menuju Tanah Abang ini. Dari Stasiun Tanah Abang, saya melanjutkan perjalanan melalui rute 3 menuju Depok dan langsung turun di Stasiun Tebet. Alhamdulillah sampai di stasiun Tebet pukul 07.30, sarapan dulu baru ke hote Amaris dengan menggunakan ojeg online yang bertarif hanya 12.000 saja.

Ada 8 materi yang disajikan dalam training ini, yaitu :

Jodoh Pasti Bertemu



Pada hari Sabtu tanggal 11 Maret 2017, saya sekeluarga pergi ke resepsi pernikahan adiknya teman di Bogor. Kami berangkat dari Serpong pukul 06.00 pagi, lalu lintas ramai lancar, kami tiba di tempat resepsi yang bertempat di gedung wanita Bogor. Selalu menakjubkan jika menyaksikan akad nikah, perjanjian dua orang d hadapan Allah. Hanya dalam hitungan detik, dua orang yang awalnya tidak saling mengenal dan tidak boleh bersentuhan, tiba-tiba dengan akad nikah sederhana, menjadi halal dan sah sebagai suami istri.

Adiknya teman saya ini baru menemukan jodohnya pada usia 40 tahun, begitu pula usia suaminya. Suaminya adalah seorang tentara yang berasal dari Maluku tapi sudah lama bekerja di Jakarta. Keduanya dipertemukan dalam sebuah perkenalan yang digagas teman sang istri. Saya selalu penasaran dan sering dibuat terkagum kagum oleh sebuah kata yang namanya JODOH.
Saat belum menikah, saya beberapa kali taaruf dengan berbagai jenis laki-laki. Rasanya melelahkan dan nyaris putus asa. Tak kuat rasanya melabuhkan harapan dari satu laki-laki ke laki-lain yang bertaaruf dengan saya. Berbagai tekanan sosial yang mengganggu melalui pertanyaan “Kapan?”, nyaris membuat saya malas untuk menghadiri pertemuan keluarga, pernikahan teman, reuni dan pertemuan-pertemuan lainnya.

Setelah menikah, saya berusaha berempati pada teman-teman yang belum menikah. Bagaimanapun, saya pernah berada pada posisi itu. Maka berusaha tak menanyakan “Kapan?”, adalah salah satu usaha saya dalam rangka berempati pada mereka. Maka saat mendengar adik nya temannya ini akan menikah pada usia matang, saya dan suami antusias untuk menghadirinya.

Imah Noong : Kolaborasi Ilmu Falak & Astronomi



Pada hari Selasa tanggal 7 Maret 2017, saya dan beberapa rekan kerja mengadakan perjalanan untuk survei tempat homestay di Imah Noong, Lembang Bandung. Saya mengajak Eza agar tau dan mengenal kawasan eddu wisata Imah Noong ini. Kami berangkat dari Serpong pukul 06.00 pagi, sempet terjebak macet di Bekasi, akhirnya kami sampai di lembang Bandung pukul 10.00 pagi.

Kami langsung menghubungi pemilik Imah Noong yaitu kang Hendro, senior saya di masjid Salman ITB tapi baru ketemu hari ini merupakan lulusan astronomi ITB asal Semarang yang memilih untuk mengembangkan imah noong ini. Imah dalam bahasa sunda artinya rumah, sementara noong artinya ngintip. Maknanya adalah tempat ini merupakan tempat untuk melihat dan meneropong benda langit seperti bintang matahari. Di tempat ini, tersedia teleskop, kamera astronomi dan filter matahari. Tempat ini sering dikunjungi beberapa mahasiswa astronomi atau yang berminat mempelajari ilmu falak. Tak sedikit pula siswa siswi SD yang berkunjung ke tempat ini untuk pengenalan dasar benda langit.

Lokasi imah noong ini berada di Kampung (eduwisata) Areng no 31, RT 02, RW 12 desa Wangunsari Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Bagi yang pernah berkunjung ke observatorium Booscha, tempat ini ini searah dengan Bosscha. Setelah masuk gerbang, terus saja menuju SD Negeri Wangunsari. Rumahnya tak jauh dari SD tersebut. Sambutan ramah Kang Hendro sebagai tuan rumah, membuat kami nyaman dan betah untuk berada di tempat ini.

Me Time yang Mendebarkan






Saya adalah seorang ibu seorang putra 3 tahun yang juga bekerja di ranah publik dengan menjadi PNS di sebuah sekolah boarding school di Serpong Tangerang Selatan. Selain menjadi seorang ibu dan pegawai, saya juga menjadi admin di IIP Tangsel merangkap bendahara dan sejak bulan Juni 2016, diberi amanah dengan menjadi bendahara koperasi untuk tiga tahun mendatang.

Dengan seabreg aktivitas ini, rasanya saya kesulitan mencari waktu untuk diri sendiri yang sekarang dikenal dengan istilah Me Time. Saat tidak bekerja, saya sibuk bermain dengan anak, kadang mengajaknya berenang, bermain di aktivitas outdoor atau hanya bermain di depan rumah. Saya juga ikut tantangan menulis setiap hari di ODOP, one day one posting. Biasanya sekian banyak kerjaan ini, baru sempat saya lakukan di malam hari, saat anak sudah tidur. Ini menjadi salah satu me time yang bisa saya lakukan supaya saya tetap waras menjalani berbagai aktivitas.

Sebagai bendahara koperasi sekolah, setiap hari saya juga disibukkan dengan berbagai transaksi keuangan, mulai dari yang mengajukan pinjaman, membayar cicilan, mentransfer segala transaksi keuangan, mengambil dan menabung uang di bank, ini semua biasanya saya lakukan sambil mengajak Eza bermotor ria jalan-jalan ke atm dan bank. Harus kreatif deh sebagai ibu dengan seabreg aktivitas untuk menyiasatinya, salah satunya dengan cara melakukan beberapa kegiatan dalam waktu yang bersamaan.

Suatu saat, di bulan Januari 2017, ada undangan mengikuti pelatihan manager koperasi selama 3 hari di Cianjur. Saya tawarkan pengurus lain, ada yang bersedia. Saya pun mendaftarkan namanya. Jelang hari H, ternyata teman saya ini mendadak harus dinas keluar kota karena menggantikan temannya yang sakit. Tentu tak ada yang kebetulan, saat saya menawarkan pengurus lain dan tidak ada yang bisa, saya pun konsultasi sama suami sekaligus  minta ijin saya yang berangkat ke Cianjur. Alhamdulillah suami pun mengijinkan.

Aliran Rasa Kemandirian




Saat mendapat materi tentang kemandirian dan tantangan kemandirian 10 hari, tadinya saya bingung kemandirian apa yang harus dilatih  pada Eza yang masih berusia 3 tahun. Saya mendiskusikan dengan suami. Awalnya saya ingin melatih kemandirian makan, suami mengusulkan mandi dan memakai baju. Saya pun ngobrol dengan ART tentang rencana saya, awalnya dia enggan karena katanya masih ingin menyuapi Eza makan. Tantangan pertama pun dimulai, bagaimana caranya supaya ART mau mendukung program saya. Saya kerahkan berbagai upaya agar dia faham kenapa saya harus melatih kemandirian ini pada Eza. Sambil saya contohkan jika di rumah, saat makan, saya biarkan Eza makan sendiri walau berantakan. Biasanya si mbak nya malas karena harus merapikan kalau Eza makannya berantakan.

Beberapa hari pertama, berhasil, saat saya tidak ada, si mbak nya kembali menyuapi. Wah tantangannya ternyata bukan pada anak saja, tapi harus kompak juga dengan ART. Ini tak pernah terfikirkan sebelumnya. Saya fikir nanti masalahnya pada Eza, ternyata saaat saya jalani, Eza mau mau aja, malah ART yang masih rindu dan seneng nyuapin... hadeuuh...
Ternyata harus pelan-pelan memberitahu mbak ART ini agar sejalan dengan misi saya.

Monday, March 13, 2017

Perjalanan Menemukan Passion


Sering banget kita mendengar kata passion, sebenarnya apa sih passion itu? Passion di zaman sekarang sering jadi trend topik di media sosial maupun acara acara TV. Ada yang mengatakan passion itu hobi, banyak juga yang menambahkannya dengan kata semangat. Kamus bahasa inggris indonesia, beberapa menerjemahkan kata passion dengan istilah nafsu, keinginan besar, kegemaran. Berdasarkan pengalaman pribadi, saya menyimpulkan bahwa passion adalah sesuatu yang kita lakukan dengan antusias, tanpa kenal lelah dan sangat bersemangat apapun rintangannya.

Saya bersekolah di SD Negeri, kemudian SMP saya habiskan di pesantren dan SMA kembali ke jalur SMA umum, lalu kuliah mengambil jurusan sastra Arab. Dulu mana kepikiran ikut tes minat bakat, sebenarnya bakat kita di bidang apa, harus ambil kuliah jurusan apa, dulu pertimbangannya hanya satu, keridhaan orang tua. Dan orang tua hanya merekomendasikan kuliah di kampus negeri karena zaman dulu, universitas negeri adalah simbol sekolah murah.

Setelah selesai kuliah, saya kerja sebagai guru, menjalaninya sesuai rutinitas, tapi belum terlalu antusias. Barulah saat saya tes psikologi di tempat kerja, hasilnya membuat saya tercengang, ternyata ada istilah kemampuan computational yaitu kemampuan berkutat dengan angka angka. Disinilah saya mendapat poin tinggi, sedangkan poin rendah ada di poin kreatifitas. Ini mah udah saya akui sejak dulu, emang ga kreatif. Lalu saya renungkan pengalaman saya di berbagai bidang.

Saat bekerja sebagai guru di sebuah sekolah di Karawaci Tangerang, karena pendapatannya kecil, saya sambi dengan jualan baju. Niat utamanya saat itu, agar saya bisa berangkat haji. Bahkan saya sempat buka toko juga lho di Malabar. Lalu saya pindah kerja di Serpong, toko pun tutup. Di Serpong ini saya bekerja sebagai guru asrama yang mengajar bahasa Arab. Tiga tahun kemudian, tiba-tiba saya terpilih menjadi bendahara koperasi. Senang sih menjalaninya, apalagi saat SHU anggota yang dibagikan tiap tahun, mengalami kenaikan. Rasanya bangga saja bisa membahagiakan banyak orang. Tapi kemudian saya putuskan hanya satu periode saja, karena ingin melanjutkan S2 dan juga karena ada pengalaman traumatis yang membuat saya enggan menlanjutkan kepengurusan.

Setelah itu, saya asyik dengan kesibukan dengan berbagai tugas kampus, tugas kantor hingga tugas organisasi. Saat kuliah S2, sebenanya sangat menikmati juga dan tak merasa lelah, walau harus kuliah sampai jam 9 atau 10 malam. Karena pada saat itu belum nikah, jadi kelayapan malam hari, bermotor ria menghabiskan waktu untuk membunuh kesepian, memang jadi alternatif kesibukan yang menyenangkan.

Setelah menikah tahun 2013, aktivitas pun berganti. Kesibukan sebagai pasangan baru, ibu baru, hampir melupakan semua aktivitas sebelumnya. Kenikmatan menjadi ibu itu, mengalahkan segala ambisi atau sekedar mencari passion saya sebenarnya apa, itu juga tak terfikirkan. Menjalani berbagai jabatan sebagai bendahara masjid, bendahara IIP Tangsel, menjadi panitia di berbagai kegiatan, saya jalani apa adanya. Tapi ternyata menyenangkan.

Hingga saat mengikuti program matrikulasi di tahun 2016, terjawab sudah bahwa passion saya ternyata di bidang keuangan. Beberapa jabatan sebagai bendahara, rasanya menantang untuk saya taklukkan. Walaupun harus begadang bermalam-malam, tapi saya tidak merasa lelah. Tetap antusias dan tak kenal lelah. Walaupun nanti ke depan tak tahu akan berakhir dimana bidang yang saya geluti, tapi menjalani berbagai kesibukan berdasarkan passion itu membahagiakan sekali. Alhamdulillah...

Semoga Bermanfaat

Senin, 130317.08.00

#odopfor99days#part2#day32

Monday, March 6, 2017

Bonus Melatih Kemandirian : Pengen Mandi Sendiri



Selama ini fokus saya untuk melatih kemandirian Eza adalah urusan makan dan memakai sepatu. Ternyata bonusnya banyak, alhamdulillah. Kemandirian bersosialisasi dan kemandirian mandi sendiri adalah bonus yang didapat selama proses melatih kemandirian ini berlangsung. Saya memang mencoba memberi kepercayaan penuh pada Eza (3 tahun) untuk sebisa mungkin melakukan sesuatu, yang masih bisa dilakukan sendiri, seperti mengambil air minum, makan, memakai sepatu dan lain lain.

Urusan mandi, sebenarnya tak ada dalam daftar target kemandirian untuk Eza. Rasanya saya masih belum percaya aja Eza akan bersih jika mandi sendiri, masih pengen mandiin, usap usap sabun ke badannya, kayanya episode memandikan ini adalah episode bonding yang asyik buat saya dan Eza untuk mandi bersama. Maka saat kemarin, tiba tiba dia minta mandi sendiri, saya coba biarkan, saya coba kasih tau apa aja yang harus dibersihin. Hasilnya? Tentu tak seideal jika kita yang memandikan, tapi melihat dia senang karena dipercaya untuk bisa mandiri, itu sesuatu banget.

Ternyata beberapa kemandirian ini bisa dilatih secara bersamaan dengan keterampilan lain. Seperti keterampilan untuk memiliki rasa percaya diri, tak dilarang larang, itu saya dapatkan saat saya melatih kemandirian Eza untuk makan sendiri dan memakai sepatu sendiri. Saat mendapat bonus bahwa dia sudah berani bersosialisasi, mau diajak bertemu orang banyak, di sesi pengajian maupun saat shalat berjamaah, itu adalah keterampilan tersendiri yang dapat dibanggakan oleh anak usia 3 tahun.

Sunday, March 5, 2017

Melatih Kemampuan Bersosialisasi Melalui Sholat Berjamaah


Kemarin hari Jumat, Eza bangun sebelum shubuh, saat ditawarkan papanya mau ikut sholat shubuh berjamaah ke masjid atau tidak, dengan semangat 45 Eza langsung bangun, langsung pipis dan saya pun menyiapkan baju koko plus saarung dan peci nya. Rasanya hal yang membahagiakan sekali saat bisa berangkat bareng suami dan anak untuk sholat berjamaah ke masjid. Nikmat dan menentramkan sekali.

Pernah beberapa kali saya mengajak Eza shalat berjamaah ke masjid. Ada beberapa respon positif dan negatif yang saya dan suami terima. Mulai dari teman teman guru, hingga siswa yang protes pun tak sedikit. Pernah saat kami sholat berjamaah, ada siswa yang menyimpan kaca mata dan keinjek sama Eza. Wuah kami minta maaf sama siswa ini, hingga dia berkata agak protes ke suami, “Saya gak melarang sih pa, anak bapa ikut. Tapi kalo sampe merusak kacamata begini, saya keberatan.” Uh rasanya saya dan suami malu banget. Kami menawarkan untuk mengganti kacamata tersebut, tapi ternyata hanya diperbaiki saja. Alhamdulillah.

Ada juga kejadian, saat shalat isya berjamaah, Eza diajak. Saya sholat di pojok kanan, papanya di barisan kedua belakang shaf jamaah laki-laki. Tiba-tiba, saya merasa kayanya Eza buang air besar, wah gawat, karena dia jalan-jalan terus, khawatir nyebar kemana-mana. Setelah beres sholat, saya langsung gendong Eza untuk bersih bersih di toilet masjid. Sambil saya tanya anak putri yang ada di barisan depan, ternyata memang kena karpet. Wah malu sekali saya saat itu, tapi saya ajak mba nya setelah bubar shalat untuk menggulung karpet. Tetap harus bertanggung jawab setelah anak melakukan kesalahan.

Setelah peristiwa itu, papanya melarang saya mengajak Eza ke masjid. Sudah lama sekali ga diajak ke masjid, hingga Jumat kemarin ditawarkan papanya karena sudah bangun sebelum shubuh. Tentu dengan diberi pemahaman dulu bahwa dia tak boleh lagi kencing atau buang air besar di masjid.

Ternyata mengajak anak shalat berjamaah ke masjid itu bukan hal yang mudah. Harus mempersiapkan diri untuk respon negatif dari orang orang yang belum faham perlunya anak dilatih untuk rajin ke masjid. Beberapa masjid memang belum ramah anak. Hal berikutnya juga harus dijelaskan ke anak, tentang adab ke masjid. Sudah dijelaskan pun, harus siap dengan resikonya jika tiba tiba anak kencing atau buang air besar di masjid. Jadi rindu Rasululllah yang tetap ramah pada anak, saat ada anak yang pipis di masjid. Semoga tetap semangat dan tidak menyerah untuk melatih Eza shalat berjamaah di masjid.

Semoga Bermanfaat

Ahad, 050317.06.30
#level2day10
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian
#FasilBunsay

#odopfor99days#part2#day30

Friday, March 3, 2017

Melatih Kemandirian Bersosialisasi


Saya ingat waktu kecil, kalau di rumah ada tamu itu saya ga suka banget. Merasa terganggu, sulit memulai pembicaraan, merasa tak nyambung dengan obrolan mamah dan tamunya dan lain lain. Akibatnya saya jadi sering menyendiri dan tak suka ngumpul bareng bareng. Paling pas usia SD itu, saya punya beberapa teman dekat saja.

Menjelang SMP, mulailah saya berkenalan dengan lebih banyak teman di pesantren. Di sinilah saya mendapatkan haid pertama, mulai suka dengan lawan jenis, pas liburan jalan jalan ma teman teman. Ternyata untuk bersosialasi itu, butuh teman yang benar benar nyambung dan seringkali untuk saya, yang “seumuran”.

Sejak menikah, suami itu seneng banget ngobrol. Diluar rumah, ia simpan meja dan kursi agar orang senang bertamu. Eza jadi terbiasa ketemu dengan banyak orang, bahkan tiap pagi kalau sudah bangun tidur, ia langsung ke depan rumah, menyapa ART depan rumahnya. Saya sering ajak Eza juga mengikuti forum forum yang diikuti banyak orang seperti pengajian rutin Jumat pagi di kantor kami. Alhamdulillah Eza jadi tidak takut ketemu banyak orang.

Ada beberapa hal yang saya lakukan agar kemampuan bersosialisasi Eza terlatih, diantaranya:
      1.      Beri contoh sering menyapa tetangga sekitar
      2.      Mengajak Eza bermain dengan teman di sekitar rumahnya
      3.      Mengajak Eza menghadiri playdate komunitas parenting
      4.      Mengajak Eza menjenguk temannya, jika ada yang sakit
      5.      Mengajak Eza menghadiri acara pengajian rutin setiap Jumat pagi
      6.      Membiarkan ia main ke rumah temannya, tanpa didampingi
      7.      Mengajarkan dan mencontohkan ucapan salam
      8.      Mengingatkan Eza untuk menelpon nenek kakeknya dan mbahnya di Kudus
      9.      Karena bertetangga dengan orang Mesir, Eza dilatih untuk mengantarkan makanan ke rumah Syaikh, akhirnya malah sering main lama dengan Syaikh di rumahnya. Ga tau juga itu ngapain aja, biasanya minta makanan
      10.  Karena saya dan suami tinggal di rumah dinas sekolah boarding school, jika ada siswa datang ke rumah, Eza seneng banget kalau diminta membukakan pintu dan menanyakan mau ketemu saya atau suami

Foto diatas diambil saat Eza mengamati teman teman saya saat membersihkan kolam ikan. Saya tinggal sebentar ke rumah, membiarkan dia mengamati yang sedang membersihkan kolam ikan, dan saat saya kembali, alhamdulillah dia ga menangis walo di sekitarnya tak ada anak kecil, orang dewasa semua. Semoga Eza jadi terbiasa ketemu banyak orang, berani berekspresi, ga seperti saya dulu yang takut kalo ketemu tamu orang tua atau tak berani bicara depan umum.


Semoga Bermanfaat

Jumat, 030317.16.25
#level2day9
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian
#FasilBunsay

#odopfor99days#part2#day29

Postingan Favorit