Saat saya tadarus dan sampai di surat ar Rum, tiba-tiba saya terpesona pada ayat 39 yang berbunyi:
وَمَآ اٰتَيْتُمْ مِّنْ رِّبًا لِّيَرْبُوَا۟ فِيْٓ اَمْوَالِ
النَّاسِ فَلَا يَرْبُوْا عِنْدَ اللّٰهِ ۚوَمَآ اٰتَيْتُمْ مِّنْ زَكٰوةٍ
تُرِيْدُوْنَ وَجْهَ اللّٰهِ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُضْعِفُوْنَ
Riba yang kamu berikan agar
berkembang pada harta orang lain, tidaklah berkembang dalam pandangan Allah.
Adapun zakat yang kamu berikan dengan maksud memperoleh keridaan Allah, (berarti)
merekalah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya).
Saya seperti tersadarkan kembali bahwa logika Allah memang berbeda dengan logika manusia. Menurut logika manusia, riba itu menguntungkan, misalnya kita meminjamkan orang lain sejuta rupiah, terus dia menyicil ke kita perbulan 150.000 selama 10 kali menjadi total 1.500.000, maka seolah-olah kita untung 500.000 selama 10 bulan dari transaksi tersebut. Tapi ternyata dari ayat itu semua logika itu terbantahkan, bahwa menurut ayat itu, di hadapan Allah, tidaklah berkembang sama sekali. Logika Allah mengatakan bahwa riba itu tak diterima disisi Allah, walaupun sepertinya menguntungkan manusia.
Sementara zakat, saat kita mengeluarkan zakat dari harta kita, misalnya zakat 2.5 % dari sejuta, kita mengeluarkan uang 25.000, menurut logika kita harta kita berkurang, karena kita mengeluarkan uang 25.000 dari satu juta yang kita punya. Tapi ternyata menurut ayat tersebut, jika kita berzakat dengan niat mencari keridhaan Allah, maka sesungguhnya berlipat gandalah (pahala) dari apa yang kita lakukan. Begitulah perbedaan logika kita dengan logika Allah dari 2 fenomena yaitu riba dan zakat.
Apa yang saya tulis diatas adalah tadabur hasil pemikiran saya terhadap ayat tersebut. Sementara ayat-ayat Al Quran harus kita lihat juga tafsirnya agar pemahaman kita utuh. Berikut adalah salah satu tafsir dari Kemenag tentang ayat tersebut.
Tafsir Kementerian Agama Republik
Indonesia
Setelah menginformasikan cara
membantu orang lain dengan benar melalui zakat, infak dan sedekah, yang dilandasi
keikhlassan, melalui ayat ini Allah memperingatkan para pemakan riba dan orang
yang menyembunyikan tujuan buruk dibalik bantuannya. Dan sesuatu riba yang kami
berikan kepada orang yang terbiasa memakan riba agar harta manusia yang diberi
itu semakin bertambah, maka sesungguhnya harta tersebut tidak bertambah dalam
pandangan Allah dan tidak pula diberkahi. Dan apa yang kamu berikan kepada
orang lain berupa zakat, infak dan sedekah yang kamu maksudkan untuk memperoleh
keridaan Allah, maka itulah orang-orang yang melipatgandakan pahalanya dengan
cara yang benar dan bermartabat. Jika pemberian yang baik harus dilandasi
keikhlasan, sudah seharusnya setiap muslim mengembalikan balasan pemberian itu
kepada Allah, karena dia lah yang menciptakan kamu dari tiada, kemudian
memberimu rejeki sesuai ketentuan dan kebijaksanaan-Nya, bukan semata berkat
usahamu, lalu mematikanmu setelah sampai ajalmu, kemudian menghidupkanmu kembali
setelah kematianmu. Adakah diantara mereka, yakni berhala-berhala atau apa pun
yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu yang demikian
itu, yaitu memberi rejeki, menghidupkan dan mematikan, Mahasuci Dia dan Maha
tinggi dari apa yang mereka persekutukan.
Sumber gambar: darisini
No comments:
Post a Comment