Salah satu prinsip dalam struktur al-Qur’an adalah
dipilihnya huruf sesuai dengan bunyi, harakat dan posisinya yang sangat
berpengaruh terhadap makna. Setiap kata dalam al-Qur’an menduduki posisinya
yang tepat dan jika salah satunya dibuang, digeser atau diganti dengan kata
lain yang lebih baik dari seluruh perbendaharaan kata bahasa Arab, maka itu tak
akan menjadi indah lagi.
Salah satu permasalahan bahasa yang masih menjadi
sumber perdebatan para pakar bahasa Arab adalah masalah sinonim. Menurut
Wikipedia bahasa Indonesia, sinonim adalah suatu kata yang memiliki bentuk yang
berbeda namun memiliki arti atau pengertian yang sama atau mirip. Sinomin bisa
disebut juga dengan persamaan kata atau padanan kata. Masalah sinonim ini,
masih menjadi salah satu persoalan yang menyibukkan perhatian Lembaga Bahasa Kairo
di Mesir sana. Salah seorang anggotanya yang terhormat pernah mengusulkan untuk
mengurangi beban kata-kata sinonim dengan menyusun sebuah kamus kosakata Arab
yang menghindari adanya satu makna yang dimiliki oleh lebih dari satu kata.
Al-Qur’an adalah kitab berbahasa Arab terbesar. Oleh
karena itu, kita tak layak mengeluarkan pendapat tentang masalah ini tanpa
mengajukannya kepada kitab berbahasa Arab yang jelas ini. Kitab itulah yang
akan menghentikan perselisihan yang sudah lama berlangsung. Banyak sinonim
digunakan dalam al-Qur’an yang setiap katanya tak akan mampu mewakili yang lain
karena penggunaan setiap katanya sudah sangat tepat.
Salah satu contohnya adalah kata yang digunakan
al-Qur’an tentang mimpi. Ada 2 kata yang digunakan yaitu kata “al-hilmu
atau al-ahlam” dan “ar-Ru’ya”. Kata “al-ahlam” digunakan
dalam al-Qur’an sebanyak 3 kali yaitu di surat al-Anbiya: 5, Yusuf: 44 dan
ath-Thur: 32, sedangkan kata “ar-Ru’ya” disebutkan sebanyak 7
kali yaitu di surat Yusuf: 5, Yusuf: 43 (2x), Yusuf: 100, ash-Shaffat: 104-105,
al-Isra: 60, al-Fath: 27.
Mari kita baca ayat-ayat al-Qur’an yang menggunakan
kedua kata tersebut.
Kata “ar-Ru’ya” terdapat dalam
ayat-ayat berikut:
قَالَ يَا
بُنَيَّ لا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَى إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا إِنَّ
الشَّيْطَانَ لِلإنْسَانِ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu
ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar
(untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi
manusia." (QS Yusuf: 5)
وَقَالَ
الْمَلِكُ إِنِّي أَرَى سَبْعَ بَقَرَاتٍ سِمَانٍ يَأْكُلُهُنَّ سَبْعٌ عِجَافٌ
وَسَبْعَ سُنْبُلاتٍ خُضْرٍ وَأُخَرَ يَابِسَاتٍ يَا أَيُّهَا الْمَلأ أَفْتُونِي
فِي رُؤْيَايَ إِنْ كُنْتُمْ لِلرُّؤْيَا تَعْبُرُونَ
Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari
kaumnya): "Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang
gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir
(gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering." Hai orang-orang
yang terkemuka: "Terangkanlah kepadaku tentang takbir mimpiku itu jika
kamu dapat menakbirkan mimpi." (QS Yusuf: 43)
وَنَادَيْنَاهُ
أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي
الْمُحْسِنِينَ
Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,
sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu", sesungguhnya demikianlah
Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS Ash-Shaffat:
104-105)
وَرَفَعَ
أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا وَقَالَ يَا أَبَتِ هَذَا
تَأْوِيلُ رُؤْيَايَ مِنْ قَبْلُ قَدْ جَعَلَهَا رَبِّي حَقًّا وَقَدْ أَحْسَنَ
بِي إِذْ أَخْرَجَنِي مِنَ السِّجْنِ وَجَاءَ بِكُمْ مِنَ الْبَدْوِ مِنْ بَعْدِ
أَنْ نَزَغَ الشَّيْطَانُ بَيْنِي وَبَيْنَ إِخْوَتِي إِنَّ رَبِّي لَطِيفٌ لِمَا
يَشَاءُ إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
Dan ia menaikkan kedua ibu-bapaknya ke atas
singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf.
Dan berkata Yusuf: "Wahai ayahku inilah takbir mimpiku yang dahulu itu;
sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan sesungguhnya
Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari rumah
penjara dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah setan merusakkan
(hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut
terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana. (QS Yusuf: 100)
وَإِذْ
قُلْنَا لَكَ إِنَّ رَبَّكَ أَحَاطَ بِالنَّاسِ وَمَا جَعَلْنَا الرُّؤْيَا
الَّتِي أَرَيْنَاكَ إِلا فِتْنَةً لِلنَّاسِ وَالشَّجَرَةَ الْمَلْعُونَةَ فِي
الْقُرْآنِ وَنُخَوِّفُهُمْ فَمَا يَزِيدُهُمْ إِلا طُغْيَانًا كَبِيرًا
Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu:
"Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia". Dan Kami tidak
menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian
bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Al Qur'an. Dan
Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar
kedurhakaan mereka. (QS Al-Isra: 60)
لَقَدْ
صَدَقَ اللَّهُ رَسُولَهُ الرُّؤْيَا بِالْحَقِّ لَتَدْخُلُنَّ الْمَسْجِدَ
الْحَرَامَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ مُحَلِّقِينَ رُءُوسَكُمْ وَمُقَصِّرِينَ
لا تَخَافُونَ فَعَلِمَ مَا لَمْ تَعْلَمُوا فَجَعَلَ مِنْ دُونِ ذَلِكَ فَتْحًا
قَرِيبًا
Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya
tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu
pasti akan memasuki Masjidilharam, insya Allah dalam keadaan aman, dengan
mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka
Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu
kemenangan yang dekat. (QS Al-Fath: 27)
Dari ayat-ayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kata ar-Ruya disebutkan sebanyak 7x di 6 ayat. Dari ketujuh
pengulangan tersebut, 5 x digunakan berkaitan dengan nabi, untuk mendekati
ilham yang benar dan mendekati wahyu. Yaitu mimpi Nabi Ibrahim di surat
ash-Shaffat: 104-105, mimpi Nabi Yusuf di surat Yusuf ayat 5 dan 100 serta
mimpi Nabi Muhammad di surat al-Isra: 60 dan al-Fath: 27. Sedangkan dua sisanya
adalah untuk menunjukkan mimpi raja Mesir yang menjadi kenyataan. Mimpi itu
disebutkan dua kali dalam satu ayat (Yusuf: 43) melalui mulut sang raja dengan
kata ru’ya karena menurutnya sangat jelas dan terang, meskipun
para punggawanya menganggapnya sebagai gangguan pikiran dan mimpi kosong. Jika
kata ru’ya yang digunakan al-Qur’an, maka secara tidak
langsung al-Qur’an atau Allah ingin menjelaskan bahwa mimpi sang raja adalah
ilham yang benar, bukan mimpi kosong seperti disangka oleh para punggawa
kerajaannya.
Sedangkan kata “al-ahlam” digunakan
dalam ayat-ayat berikut:
بَلْ
قَالُوا أَضْغَاثُ أَحْلامٍ بَلِ افْتَرَاهُ بَلْ هُوَ شَاعِرٌ فَلْيَأْتِنَا
بِآيَةٍ كَمَا أُرْسِلَ الأوَّلُونَ
Bahkan mereka berkata (pula): "(Al Qur'an itu
adalah) mimpi-mimpi yang kalut, malah diada-adakannya, bahkan dia sendiri
seorang penyair, maka hendaknya ia mendatangkan kepada kita suatu mukjizat,
sebagaimana rasul-rasul yang telah lalu diutus" (QS Al-Anbiya: 5)
أَمْ
تَأْمُرُهُمْ أَحْلامُهُمْ بِهَذَا أَمْ هُمْ قَوْمٌ طَاغُونَ
Apakah mereka diperintah oleh pikiran-pikiran mereka
untuk mengucapkan tuduhan-tuduhan ini ataukah mereka kaum yang melampaui batas?
(QS Ath-Thur: 32)
قَالُوا
أَضْغَاثُ أَحْلامٍ وَمَا نَحْنُ بِتَأْوِيلِ الأحْلامِ بِعَالِمِينَ
Mereka menjawab: "(Itu) adalah mimpi-mimpi yang
kosong dan kami sekali-kali tidak tahu menakbirkan mimpi itu." (QS Yusuf:
44)
Kata “al-ahlam” digunakan dalam
al-Qur’an sebanyak 4 kali di 3 ayat. Jika kita perhatikan ayat-ayat tersebut,
maka konteks kata tersebut menunjukkan bahwa kata itu berarti mimpi kosong dan
gangguan pikiran yang campur aduk. Dalam 4 tempat itu, muncul dalam bentuk
plural (jama’) untuk menunjukkan makna campur aduk dan kacau hingga tak bisa
dibedakan antara satu kata itu yang terdapat dalam 4 tempat yang berbeda.
Demikianlah salah satu contoh sinonim yang terdapat
dalam al-Qur’an, dan ternyata penggunaan setiap katanya mengandung makna yang
sangat mendalam. Jadi kata yang bermakna mimpi dalam al-Qur’an, menggunakan 2
kata yaitu “al-hilmu atau al-ahlam” dan “ar-Ru’ya”.
Kata “al-ahlam” menunjukkan bahwa kata itu berarti mimpi kosong
dan gangguan pikiran yang campur aduk. Sedangkan kata “ar-Ru’ya” digunakan
untuk menjelaskan mimpi yang benar, atau ilham yang mendekati wahyu.
Wallahu’alam.
Referensi :
- Al-Qur’an yang Menakjubkan, Prof. DR. Issa. J. Boullata
- Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfazh al-Qur’an al-Karim
Semoga bermanfaat.
Wassalam
Kudus,
Kamis, 14 Juni 2018 / 29
Ramadhan 1439 H, 07.40 repost dari Rabu, 9 Oktober 2013
#KolaborasiZaiNovi
#ProyekRamadhanAlZayyan
#AlZayyanHari29
#Karya5TahunPernikahan
#SerunyaBelajarBahasaArab
No comments:
Post a Comment