Untuk melanjutkan
pembahasan tentang ayyaman ma’dudat ini, awalnya saya fikir ini adalah
hal sederhana, yang saya bisa fahami secara cepat. Ternyata saat membaca tafsir
al-Mishbah karya M. Quraisy Shihab dan membandingkannya dengan analisa seorang
dosen bernama Fadhil as Samirai dalam website www.albayanalqurany.com yang
berbahasa Arab, saya kebingungan lalu saya pun mendiskusikannya dengan suami. Butuh
waktu lama bagi saya untuk memahami ini, kembali bertanya pada suami tentang
maksud dari berbagai referensi berbahasa arab yang terkadang membuat saya banyak
bertanya tanya. Maka diskusi panjang pun terjadi, sejak sahur dilanjutkan
setelah shalat shubuh, diiringi rasa kantuk yang mendera, lanjut lagi siang
hari, ternyata seru dan menarik sekali karena analisanya berkembang ke pembahasan
ilmu nahwu (sintaksis) dan balaghah.
Sisi menarik
dari pembahasan tentang ayyaman ma’dudat ini adalah saat membandingkan
redaksi ayat 80 surat al Baqarah dengan ayat 24 surat Ali Imran. Redaksi yang digunakan
ternyata hampir mirip yaitu قَالُوا
لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلا أَيَّامًا مَعْدُودَةً yang artinya mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan disentuh
oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja.". Secara umum kedua ayat tersebut menggunakan redaksi yang
hampir sama, tapi jika kita amati,
ternyata ada penulisan yang berbeda untuk kata مَعْدُودَةً . Pada ayat 80 surat al Baqarah, tulisan yang
digunakan adalah مَعْدُودَةً,
sedangkan
pada ayat 24 surat Ali Imran, menggunakan tulisan مَّعْـدُودَاتٍ. Mari kita perhatikan
penulisan ayat lengkapnya berikut ini :
Surat Al
Baqarah ayat 80
وَ قَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلا
أَيَّامًا مَعْدُودَةً قُلْ أَتَّخَذْتُمْ عِنْدَ اللَّهِ عَهْدًا فَلَنْ يُخْلِفَ
اللَّهُ عَهْدَهُ أَمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ
Dan mereka berkata: "Kami
sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari
saja." Katakanlah: "Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga
Allah tidak akan memungkiri janji-Nya ataukah kamu hanya mengatakan terhadap
Allah apa yang tidak kamu ketahui?".
Surat Ali
Imran ayat 24
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلا أَيَّامًا
مَعْدُودَاتٍ وَغَرَّهُمْ فِي دِينِهِمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ
Hal itu adalah karena mereka mengaku:
"Kami tidak akan disentuh oleh api neraka kecuali beberapa hari yang dapat
dihitung". Mereka diperdayakan dalam agama mereka oleh apa yang selalu
mereka ada-adakan.
Kedua
ayat tersebut, redaksinya hampir mirip tapi ada sedikit perbedaan tentang
penulisan kata ma’dudah. Ada beberapa pendapat yang bisa menjelaskan hal
tersebut
1.
Dalam
Kitab an-Nahwu al-Wafi karya Abbas Hasan, juz 1 halaman 138-139, Imam Sibawaih,
seorang pakar ilmu nahwu, mengungkapkan bahwa jama’ muannats salim dan
jama mudzakkar salim itu menunjukkan arti sedikit, antara 3-10, maka jama
qillah itu terbatas antara bilangan 3-10. Sementara menurut pendapat lain,
(selain Imam Sibawaih,) berpendapat bahwa jama’ muannats salim dan jama
mudzakkar salim itu bisa untuk jama qillah & katsrah (bisa untuk
bilangan sedikit hingga tak terhingga), selama tidak ada qarinah /indikator
yang menjelaskannya.
2.
Menurut
Ibnu Jama’ah dalam kitabnya Kasyful Ma’anii, bahwa kata مَعْدُودَةً adalah termasuk jama katsrah, sedangkan مَّعْـدُودَاتٍ. Termasuk jama
qillah. Hal ini berdasarkan pada 2 kelompok Yahudi tentang lamanya mereka
disentuh api neraka. Kelompok pertama menganggap bahwa lamanya mereka disentuh
api neraka itu adalah 7 hari, kelompok inilah yang termasuk dalam surat Ali
Imran ayat 24, dan itu berarti kata مَّعْـدُودَاتٍ termasuk jama
qillah/dibawah bilangan 10. Kelompok kedua menganggap waktu / lamanya disentuh
api neraka adalah 40 hari, itu berarti kata مَعْدُودَةً termasuk jama katsrah/diatas bilangan 10. Ada hadits yang
menjelaskan type kelompok kedua ini yaitu
“Ikrimah meriwayatkan bahwa orang-orang
Yahudi berdebat dengan Rasulullah Saw lalu mereka berkata, “Kami tidak akan
masuk neraka kecuali hanya selama 40 malam, setelah itu kami digantikan oleh
suatu kaum yang lain”, yang dimaksud oleh mereka ialah Nabi Muhammad Saw dan
sahabat-sahabatnya, maka Rasulullah berisyarat dengan tangannya di atas kepala
mereka (yang mengandung makna, seakan akan beliau bersabda): Bahkan kalian
kekal di dalamnya, tiada seorang pun yang menggantikan kalian.”
3. Berbeda dengan pendapat yang sudah
disebutkan, menurut
M. Quraisy Shihab dalam Tafsir al-Mishbah, volume 2, kata مَّعْـدُودَاتٍ dengan معدودة keduanya adalah bentuk jamak, tapi kata معدودة adalah bentuk jamak yang mengandung makna
sedikit, atau istilahnya dalam bahasa Arab adalah jama qillat (جمع قلة), sedangkan kata مَّعْـدُودَاتٍ adalah bentuk jamak yang
mengandung makna banyak atau istilahnya dalam bahasa Arab adalah jama’
katsrat (جمع كثرة). Pada
surat Ali Imran ayat 24, menggunakan kata مَعْدُودَاتٍ karena konteksnya menjelaskan aneka
kedurhakaan yang mencapai puncaknya. Di sisi lain, adalah untuk mengisyaratkan
bahwa ucapan ini sangat banyak dan sering mereka ucapkan, sehingga walaupun
pada mulanya mereka menyadari bahwa mereka mengada ada, yakni sengaja
berbohong, tetapi karena seringnya kebohongan itu mereka ucapkan, maka apa
yang selalu mereka ada-adakan itu memperdaya mereka dalam agama mereka.
4.
Seorang
dosen bernama Fadhil as Samirai dalam website albayanalqurany.com, menjelaskan
perbedaan kedua kata itu sebagai berikut : Yaitu bahwa kata مَعْدُودَاتٍ pada ayat 24 surat Ali Imran ini termasuk jama
qillah adalah karena dosa-dosa yang disebutkan dalam ayat ini lebih
sedikit, sedangkan kata معدودة pada ayat 80 surat al Baqarah adalah termasuk jama
katsrah karena dosa-dosa yang disebutkan dalam ayat ini lebih banyak. Dosa yang
dimaksud adalah saat mereka menyembah anak sapi selama 40 hari.
5.
Dalam
kitab at Tahrir wat Tanwir, juz 1, disebutkan bahwa pendapat terkuat
dari para ahli nahwu yaitu definisi jama’ taksir itu adalah untuk
menjelaskan bilangan banyak atau lebih dari 2, tanpa harus dijelaskan apakah qillah
atau katsrah. Jadi lamanya siksa untuk Yahudi ini tak perlu
dipermasalahkan apakah sedikit atau banyak, karena biasanya manusia malas
menghitung secara detail benda atau sesuatu yang banyak itu, entah karena bosan
atau sibuk untuk menghitungnya.
Kesimpulannya adalah bahwa bahasa Al-Qur’an itu unik
dan menarik untuk diperbincangkan, bahkan untuk membahas perbedaan tulisan مَعْدُودَةً dan مَّعْـدُودَاتٍ , para ahli berargumentasi dengan pendapatnya
masing-masing. Terkait dengan perbedaan
tulisan مَعْدُودَةً dan مَّعْـدُودَاتٍ pada
tema yang hampir mirip yaitu قَالُوا لَنْ
تَمَسَّنَا النَّارُ إِلا أَيَّامًا مَعْدُودَةً yang artinya mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan disentuh
oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja, ada 5 pendapat yang tampaknya saling bertentangan, tapi
sebenarnya saling melengkapi. Bahwa teori umum struktur bahasa Arab tentang jama,
sudah lengkap tapi saat digunakan dalam Al-Qur’an, kadang strukturnya
menjadi tak beraturan, menabrak struktur umum bahasa Arab yang sudah berlaku. Tapi
saat didalami maknanya, ternyata maknanya sangat dalam. Ada unsur balaghah
/ gaya bahasa yang indah dan mubalaghah disitu yaitu agar mendapat perhatian
yang lebih dari para pembacanya dan berhenti sejenak untuk merenungi maknanya.
Semoga Bermanfaat
Referensi :
www.alfaseeh.net
Wassalam
Serpong, Senin,
4 Juni 2018 / 19
Ramadhan 1439 H, 14.00 (mulai menulis dari jam 2 pagi, dan butuh perjuangan panjang untuk menyelesaikan tulisan ini)
#KolaborasiZaiNovi
#ProyekRamadhanAlZayyan
#AlZayyanHari19
#Karya5TahunPernikahan
#SerunyaBelajarBahasaArab
No comments:
Post a Comment