Hari
ini saya kesulitan menentukan tema yang akan dibahas, karena saking banyaknya
hal menarik saat saya berselancar mencari makna dari beberapa kata dalam Al-Qur’an.
Awalnya ingin membahas tentang ayyam ma’dudat, tapi sepertinya
referensinya belum cukup dan belum memuaskan rasa penasaran saya dari sisi
aspek bahasanya. Lalu berkembang menjadi kemujizatan bilangan dalam Al-Qur’an,
terutama saat saya mengkaji penggunaan kata syahr / bulan dalam Al-Qur’an.
Ternyata ada yang lebih menarik lagi, saat Al-Qur’an menggunakan beberapa kata
saat membahas tentang bulan.
Setidaknya
ada 3 kata yang digunakan Al-Qur’an saat berbicara tentang bulan yaitu syahr
(شهر), qamar (قمر) dan hilal (هلال). Penggunaan
setiap kata tersebut, tentu berbeda dan memiliki ciri khas tersendiri. Penerjemahan
kata tersebut ke dalam bahasa Indonesia yang hanya memiliki kosa kata “bulan”, sebenarnya tak cukup mewakili kedalaman makna dari 3 kata tersebut.
Makna
kata syahr, menurut Ibnu Manzhur dalam kitab lisan al Arab,
mengandung 3 makna yaitu
1.
Syahr bermakna
qamar yaitu bulan yang berada di langit (benda langit). Qamar secara
akar kata bermakna putih, maka benda langit itu dinamakan qamar karena
itulah yang tampak dan jelas cahayanya berwarna putih.
2.
Syahr bermakna
hilal yaitu bulan sabit (bulan yang berumur dua malam awal). Hilal dalam
bahasa Arab, secara akar kata bermakna tampak. Maka dinamakan hilal karena
tampak dan jelas.
3.
Syahr bermakna
sejumlah hari yang dikenal banyak orang, dinamakan demikian karena syahr ini
dikenal lewat keberadaan bulan di langit (qamar), berdasarkan bulan
inilah dapat diketahui awal dan akhir syahr. Makna syahr disini
merupakan bulan dalam arti perjalanan waktu/zaman/masa. Makna syahr
disini tetap terkait dengan qamar & hilal karena keberadaan posisi qamar
& hilal lah yang menentukan perjalanan waktu yang kita sebut syahr.
Kata
syahr dan derivasinya terulang sebanyak 12 kali dalam Al-Qur’an yaitu
dalam surat al Baqarah ayat 185, 194, 197, 217, 226 dan 234; An-Nisa ayat 92,
Al Maidah ayat 97, at-Taubah ayat 36, al-Ahqaf ayat 15, al Mujadalah ayat 4 dan
ath-Thalaq ayat 4.
Kata
qamar biasanya disebutkan dalam bentuk tunggal, seperti pada surat
al-Insyiqaq ayat 18:
وَالْقَمَرِ
إِذَا اتَّسَقَ
dan dengan bulan
apabila jadi purnama,
Sementara
kata hilal disebutkan hanya satu kali, dalam bentuk jamak ahillah pada
surat al-Baqarah ayat 189
يَسْأَلُونَكَ
عَنِ الأهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ وَلَيْسَ الْبِرُّ
بِأَنْ تَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ ظُهُورِهَا وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقَى
وَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُونَ
Mereka bertanya
kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda
waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki
rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang
yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintunya; dan bertakwalah
kepada Allah agar kamu beruntung.
Ternyata saat mengungkapkan kata qamr, al-Qur’an
menggunakannya dalam bentuk tunggal / mufrad, sedangkan saat berbicara
tentang hilal, ini disebutkan dalam bentuk jamak. Ini bisa difahami
bahwa hilal itu tidak hanya sekali, tapi berulang ulang. Hilal itu bulan
yang tidak sempurna, nampak sedikit, sebagian, separuh atau hampir sempurna. Ketika
sempurna, maka tidak disebut hilal lagi, tapi disebut qamar. Hilal bisa
juga berarti penampakan dari qamar yang mendapat pantulan sinar
matahari. Bulan merupakan sandaran perhitungan kalender qamariyahi yang
kita kenal untuk penentuan awal dan akhir bulan hijriah.
Sementara
kata syahr yang dikaitkan dengan bulan Ramadhan, terdapat pada ayat 185
surat al Baqarah berikut:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ
وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ
فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ
أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ
تَشْكُرُونَ
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan
yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak
dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri
tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan
barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah
baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang
lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur.
Syahr pada ayat tersebut bermakna bulan sebagai bagian dari
perjalanan waktu, apalagi dikaitkan ayat sebelumnya tentang ayyam ma’dudat (beberapa
hari yang telah ditentukan). Maka waktu ini menjadi sesuatu yang sangat
penting, bahkan Allah beberapa kali bersumpah dalam Al-Qur’an dengan
menggunakan waktu, seperti dalam surat al-ashr yang sudah masyhur. Kita akan
termasuk orang yang merugi jika tidak menggunakan waktu di bulan Ramadhan ini pada
4 hal dalam surat al-‘ashr yaitu iman, amal shalih, saling mengingatkan
dalam kebenaran dan kesabaran.
Syaikh Yusuf Qardhawi menjelaskan 3 karakteristik
waktu yaitu waktu itu cepat berlalu, waktu yang sudah berlalu takkan bisa
kembali dan terganti dan waktu adalah hal yang paling berharga yang dimiliki
manusia. Maka dikaitkan dengan bulan Ramadhan ini, kita harus memanfaatkan
sebaik mungkin saat-saat istimewa dalam bulan Ramadhan ini karena akan cepat
berlalu, tak bisa kembali dan sangat berharga untuk diisi amal shalih.
Maka melalui kata “Syahru Ramadhan” dalam ayat 185
ini, Allah ingin membimbing manusia untuk memahami dan menyadari ni’mat waktu
yang istimewa dalam bulan Ramadhan ini. Betapa Ramadhan yang hanya ada sekali
dalam setahun ini, tak boleh disia siakan dan harus menjadi “bekal” untuk 11
bulan berikutnya.
Semoga Bermanfaat
Wassalam
Serpong, Sabtu,
2 Juni 2018 / 17
Ramadhan 1439 H, 21.00
#KolaborasiZaiNovi
#ProyekRamadhanAlZayyan
#AlZayyanHari17
#Karya5TahunPernikahan
#SerunyaBelajarBahasaArab
Terima kasih banyak sudah mnjelaskan tausyiah pemakaian istilah/kata syahru, qomar, dan hilal yg selama ini membingungkan saya (mksudnya: kenapa tidak disebut Qomar Ramadhan). Wassallam
ReplyDelete