Perjalanan Eza menuju Surabaya ini membuat saya
menyadari banyak potensi Eza yang belum dieksplor, terutama terkait ranah
hubungan inter personel (hubungan antar sesama). Eza sepertinya tak mengikuti
jejak saya terkait hal ini. Saya lebih senang menyendiri dari kecil. Saya tak
suka suasana rame. Sementara suami, senang ngobrol dan ngumpul. Saya merasakan
sendiri suasana kehangatan di keluarga suami dan mulai menikmatinya.
Maka saat Eza bermain, saya sering amati dia senang
sekali bermain bersama teman-temannya. Dari kecil, saya biasakan Eza tidur
siang, tapi seiring bertambahnya usia, Eza suka murung jika siang disuruh
pulang ke rumah, berbeda jika mendengar suara teman-temannya, Eza langsung ceria
dan terlihat berbinar binar. Ngantuk pun hilang. Semakin besar, tidur siang pun
semakin jarang.
Hari terakhir kami di Surabaya kemarin, adalah saatnya
city tour seputar wisata di Surabaya. Kami hanya mengunjungi 3 tempat yaitu pantai
Klenjeran, Masjid Cheng Ho dan pusat oleh-oleh Surabaya, mulai dari Patata
milik Oki Setiana Dewi hingga toko H. Rudy yang menjual aneka snack oleh-oleh
khas Surabaya.
Saat kami pergi ke masjid Cheng Ho, lokasinya beberapa
ratus meter dari jalan raya, Eza pengen digendong. Saya gendong sebentar,
tiba-tiba ada bapa panitia baik hati yang menawarkan untuk menggendong Eza. Saya
kira Eza ga mau karena baru kenal, ternyata mau juga, diajak ngobrol dan
bercanda. Saya terpesona dengan perkembangan sosialisasi Eza saat bertemu orang
baru dan asing, ternyata tak membuatnya takut dan sungkan.
Lalu saat kami dalam perjalanan pulang menuju Jakarta dengan
menggunakan kereta yang bearngkat dari Stasiun pasar Turi pukul 15.30,
sebenarnya Eza sudah ngantuk. Tapi karena Eza senang berpetualang dan kereta
adalah salah satu transportasi favoritnya, ia pun senang dan berbinar-binar, mulai
dari mengamati stasiun, mengeksplor kereta dan yang tak saya sangka, ia
langsung bermain saat ada anak kecil di kereta itu, kebetulan anak itu duduknya
di depan kami. Tiba-tiba mereka sudah berlarian bersama, bolak balik di lorong
kereta, padahal entah saling berkomunikasi atau tidak, begitulah bahasa kalbu
anak kecil.
Bahkan, anggotanya bertambah, di kursi belakang, ada
anak perempuan yang tertarik bermain bersama Eza dan anak kecil itu, jadilah
mereka menjadi bertiga seperti tampak dalam foto berikut.
Mereka bermain tak mengenal lelah mulai dari berangkat
hingga waktu isya menjelang. Berapa jam itu ya bermain bersama. Hingga akhirnya
kelelahan sendiri dan sukses tidur tanpa terbangun sama sekali hingga tiba di
stasiun Senen pukul 3 dinihari.
Sepertinya potensi inter personel itu mengikuti jejak
bapaknya dan memang laki-laki harus seperti itu. Sesuatu yang harus saya
syukuri karena itu akan menjadi modal awal Eza untuk mengenal lingkungan yang
lebih luas lagi. Semoga networking Eza di masa depan semakin terasah dan semakin
menemukan muaranya yang lebih menebar manfaat untuk sesama. Aamiin
Semoga Bermanfaat
Selasa, 220817.12.00
#Tantangan10HariLevel7
#day4
#KuliahBunSayIIP
#BintangKeluarga
#odopfor99days#semester2#day63
No comments:
Post a Comment