تَنَوَّعَتْ أجْنَاسُ
الأعْمَالِ, لِتَنَوُّعِ وَارِدَاتِ الأحْوَالِ
Jenis amal itu
bermacam-macam karena asupan hati juga beragam.
Actions differ
because the inspirations of the states of being differ
Kajian kitab Hikmah yang kesembilan ini adalah tentang Kajian kitab Hikmah yang kesembilan ini adalah tentang hubungan antara kondisi batin seseorang dan bentuk amal yang dilakukannya.
seperti apa lebih detailnya?? simak terus yuks
Amal perbuatan seseorang itu beraneka ragam, ada yang berupa shalat, puasa, sedekah, menolong sesama, menuntut ilmu dan lain-lain. Kadang kita termotivasi untuk banyak berdzikir, dan di waktu lain semangat untuk sedekah dan membantu sesama. Tidak ada amal tertentu yang lebih utama dari amal lainnya. Seseorang yang merasa termotivasi untuk lebih banyak berdzikir, tetap harus menjalankan kewajiban lain seperti shalat dan zakat. Sebaliknya, orang yang lebih aktif dalam amal sosial, tetap harus menjaga hubungan batinnya dengan Allah Swt.
Pada hikmah tersebut, ada istilah “warid” yang artinya karunia Allah yang diturunkan kepada hamba-Nya dan istilah ahwal. Ahwal adalah jama’ dari hal yang dalam kajian tasawuf dimaknai sebagai pengalaman ruhani dalam proses mencapai hakikat dan marifat. Hal ini ada 5 macam yaitu Abid (posisi atau hal yang menyadari dirinya sebagai hamba), Asyiqin (orang yang selalu memandang dan memuji keindahan segala hal yang berkaitan dengan Allah), mutaakhaliq (orang yang memandang dirinya adalah alat, sedangkan Allah sebagai pengguna alat. Semua yang terjadi adalah perbuatan Allah Swt), muwahhid (adalah orang yang fana dalam dzat, dirinya sirna dan yang ada hanyalah Allah) dan mutahaqqiq (yaitu orang yang setelah fana dalam dzat, turun kembali kepada kesadaran sifat dan mendapat amanah sebagai khalifah).
Hikmah kesembilan ini mengandung makna bahwa setiap amal yang dilakukan harus sejalan dengan keadaan hati dan dorongan spiritual yang diterima. Dengan memahami variasi amal sebagai bentuk penerimaan ilham, seseorang bisa lebih sadar dalam beribadah, menghargai perbedaan cara beramal orang lain, serta menyeimbangkan antara aspek lahir dan batin dalam beragama. Sebagai manusia, tentu kita harus menjadi khalifah yang memakmurkan bumi, bukan sebaliknya yang melakukan kerusakan di bumi.
Sumber tulisan:
Sumber foto : darisini
Semoga bermanfaat
No comments:
Post a Comment